Setelah Bayu dan Sulis berlalu, Laura menangis sejadi-jadinya. Dirinya sungguh menyesal, karena dahulu terlalu bodoh dan mau kena bujuk rayu sekretaris suaminya. Rasa kesepian dalam hidupnya yang selalu di tinggal Bayu, yang menjadi pemicu perselingkuhan tersebut.
Laura sebenarnya berasal dari keluarga yang cukup terpandang di kota ini. Dahulu pernikahan keduanya karena perjanjian bisnis. Tapi akhirnya mereka saling jatuh cinta. Bayu yang tampan dan pekerja keras, mampu meluluhkan hati Laura.
Seiring besarnya perusahaan yang di pimpin oleh suaminya, karena penggabungan dua perusahaan, maka Bayu semakin sibuk saja. Dalam seminggu bisa pergi ke luar kota sampai dua kali. Tinggal di rumah hanya sebentar dan pergi lagi.
Laura yang saat itu baru melahirkan, pelan-pelan, sedikit demi sedikit, sekretaris suaminya mulai mendekati dirinya sebagai seorang sahabat. Berawal dari curhat dan seringnya mereka bersama. Akhirnya menumbuhkan rasa suka dan cinta di hati Laura. Apalagi Bayu yang selalu sibuk dan workaholic. Semakin memuluskan sang sekretaris untuk merebut Nyonya majikannya.
Setelah Laura dan Bayu bercerai, mereka berdua menikah dan kabarnya memiliki anak dua orang. Entah kenapa, Akhirnya 5 tahun kemudian mereka berdua bercerai. Laura tak lama kemudian menikah dengan seorang pengusaha batu bara asal Kalimantan, tapi hanya seumur jagung saja. Mereka tidak punya anak selama pernikahan.
Saat ini Laura bekerja sebagai dosen di kampus yang sama dengan Fathu. Hanya beda fakultas saja. Laura pernah bertemu Fathu beberapa kali, apabila mereka menghadiri seminar atau acara-acara untuk para dosen yang mengajar di kampus tersebut. Hubungan keduanya hanya sebatas itu.
Laura sudah siap akan berangkat ke kampus, semua sudah disiapkan, hanya tinggal sarapan saja. Setelah memasak untuk dirinya sendiri, Laura bergegas menghabiskan sarapannya lalu dengan kecepatan sedang mobilnya melaju ke kampus. Laura ada jam kuliah di jam pertama.
Laura bertemu dengan Fathu di parkiran. Hari ini Amira tidak ikut ke kampus. Umynya mengajak Amira untuk belanja kebutuhan pondok, karena sebentar lagi akan di adakan pengajian Akbar, dalam menyambut maulid nabi Muhammad.
Banyak hal yang harus Uminya persiapkan, makanya mengajak Amira untuk membantu. Fathu sangat senang, kalau Umy dan Amira dapat bergaul dengan baik. Jadi tidak perlu ada drama mertua yang menganiaya sang menantu.
"Selamat pagi, Pak Fathu!" sapa Laura ramah.
"Selamat pagi, Bu! Apa kabarnya?" tanya Fathu sambil terus melangkah menuju ruangannya.
"Baik, alhamdulillah! Istrinya tidak ikut, Pak?" tanya Laura dengan senyuman manis.
"Tidak, Bu! Kemarin kebetulan saja. Istri saya gak selalu ikut saya ke kampus." jawab Fathu mulai risi dengan Laura yang sok sok akrab.
"Baiklah, Bu! Saya permisi!" Fathu langsung berlalu ke ruangannya. Laura juga masuk ke fakultas nya dan langsung masuk kelas. Jam pertama sudah di mulai. Begitu juga dengan Fathu.
Siang itu, Laura masuk ke kelas mahasiswa semester satu. Dari kejauhan, Laura dapat melihat Sulis yang kini tengah memperhatikan dirinya. Laura bahagia, melihat Sulis ada dalam kelasnya.
'Syukurlah, aku bisa melihat Sulis dengan mudah.' bathin Laura. Setelah pelajaran selesai, Laura meminta Sulis untuk datang ke kantornya. Tapi Sulis sama sekali tidak perduli.
Jujur saja, Sulis merasa sakit hati dengan mamahnya yang begitu tega meninggalkan ayahnya yang sangat mencintai mamahnya. Dalam hidup Sulis, ayahnya adalah segalanya.
"Sulis, Mamah hanya rindu sama kamu, sayang!" ucap Laura dengan wajah sendunya.
"Waktu saya rindu dengan Anda, Anda dimana, Bu? Waktu ayah saya kerja keras pontang panting bekerja mengurus perusahaan keluarga kita, apa yang Anda lakukan, Bu? Stop melewak karena itu gak lucu sama sekali!" Sulis langsung pergi ke kantin,mengejar teman barunya.
Setelah kuliah. Sulis langsung berangkat ke kantor untuk bekerja. Sulis bekerja part time, membantu Cakra di bidang personalia. Jadi secara teknis, Sulis ini adalah bawahannya Cakra Abimana.
Hari ini merupakan hari yang berat bagi Sulis, Setelah kuliah, Sulis langsung ke kantor. Di toilet, Sulis menangis sejadi-jadinya. Sedih dan kesal jadi satu. Kalau mau jujur, Sulis juga sangat rindu dengan mamahnya. Tapi kalau memikirkan penderitaan ayahnya sejak di tinggalkan Mamahnya, Sulis menjadi benci sekali dengan mamahnya. Sungguh dilema sekali.
Sulis masih remaja, masih merindukan kasih sayang seorang ibu. Laura sudah lebih dari 10 tahun meninggalkan dirinya dan ayahnya. Berpetualang mencari cinta dari satu laki-laki ke laki-laki lainnya. Kalau ingat hal itu, Sulis menjadi geram dan malu dengan kelakuan Mamahnya.
Ketika Sulis sedang menangis, kebetulan Cakra juga keluar dari toilet, dia mendengar suara tangisan seorang wanita.
"Masih siang, masa ada hantu di kantor ini?" Cakra sudah merinding. Dia berniat berlari dari sana.
"Tunggu, kok itu seperti suaranya Sulis, ya?" Cakra kemudian memberanikan dirinya untuk melihat ke toilet perempuan. Untung saja suasana dalam keadaan sepi, jadi Cakra tidak terlalu malu. Saat sudah ada di dalam toilet, Cakra melihat Sulis yang jongkok di lantai dengan tangan dilipat dan ditaruh di atas lututnya. Suara tangisan Sulis membuat hati Cakra ikut sedih.
"Kamu kenapa menangis? Apa ada masalah?" tanya Cakra berusaha mendekati Sulis. Sulis langsung lari ke pelukan Cakra dan menangis semakin kencang, membuat Cakra jadi serba salah dan canggung.
Selama hidup Cakra, ini adalah kali pertama dirinya dipeluk seorang wanita di saat wanita tersebut menangis. Cakra bingung harus bagaimana. Sulis semakin mengeratkan pelukannya, Sulis bahkan menggunakan jas Cakra untuk lap ingusnya.
"IU... ohm... AU.. " rintih Cakra merasa ngenes dengan jas yang dia gunakan.
"Ah.... ah.. hiks hiks..!" suara tangisan Sulis tambah kencang, Cakra semakin bingung di buatnya. "Cup cup, jangan nangis, ya sayang! Cup Cup!" Cakra mengelus punggung Sulis dengan lembut. Lambat laun, tangisan Sulis Semakin berkurang, kini tinggal sesegukan saja. Cakra merasa lega, tapi ketika dia melihat ke jasnya yang tadi digunakan oleh Sulis untuk lap ingus, hatinya sungguh miris dan sedih.
"Kamu kenapa?" tanya Sulis, saat hatinya mulai tenang. Cakra hanya menunjuk ke arah jasnya yang sekarang banyak ingusnya Sulis.
Sulis melihat ke arah sana, dan dia seketika menjadi malu dan canggung. "Lepaskan jas kamu, biar aku cuci dulu." ucap Sulis dan mulai berdiri.
Cakra melepaskan jasnya dan memberikan kepada Sulis. Dengan telaten, Sulis mencuci jas bekas ingusnya tadi. Cakra memperhatikan ketelatenan Sulis. Tiba-tiba Cakra merasa hatinya berdesir, ada rasa bahagia dan deg-degan. Cakra memegang dadanya yang berdenyut keras.
"Aduh, besok kayanya aku harus periksa ke rumah sakit, jangan-jangan aku penya sakit jantung!" Cakra bermonolog sendiri. Sulis yang mendengar ujaran Cakra lalu menoleh kepadanya.
"Apa kau sakit? Pulanglah, kalau sakit. Jangan memaksakan diri untuk bekerja!" setelah selesai di cuci dengan sabun cuci tangan yang tersedia di sana, Sulis kemudian mengeringkan jas Cakra dengan pengering tangan yang menempel di dinding. Sulis merasa sangat senang dengan maha karyanya.
"Selesai! Kamu adalah orang beruntung yang mendapatkan kesempatan aku cuci pakaianmu!" Sulis memperlihatkan hasil karyanya kepada Cakra dengan sangat bangga.
Cakra melihat senyum tulus Sulis, hatinya Seketika berdebar kencang. "Oh Tuhanku! Aku sekarat kayanya!" Cakra menerima jas miliknya yang kini sudah bersih dan wangi.
"Pakailah!" Lalu Sulis membantu Cakra untuk menggunakan jas tersebut. Tiba-tiba tangan mereka bersentuhan. Sulis tampak bersemu wajahnya, menahan malu. Sejenak mereka saling pandang dan saling mengagumi.
Ya, sejak saat itu, bunga-bunga cinta mulai bermekaran di hati keduanya. Sulis merasa malu, dan segera lari keluar dari toilet, begitu juga dengan Cakra. Wajahnya yang putih bersih, berubah kemerahan seperti tomat busuk saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Tavia Dewi
cinta pandangan pertama,asyik
2023-10-14
0