Amira dan Fathu sampai di sebuah restoran yang lumayan ramai. Mereka mencari tempat duduk yang agak pojok, agar lebih privat. Amira yang sudah menahan kencing sejak di mobil, langsung minta ijin suaminya untuk ke toilet.
"Hati-hati sayang, jangan lama-lama loh!" ucap Fathu sambil melihat menu yang tadi di bawa oleh pelayan restoran.
"Fathu? Ini kamu bukan, ya?" tanya seorang wanita tiba-tiba, mengagetkan Fathu yang sedang fokus memesan makanan.
"Laura? Apa kabar? Lama ya,kita tidak bertemu!" ucap Fathu sambil mempersilahkan temannya duduk dihadapannya.
Amira langsung bad mood melihat suaminya tampak akrab dengan seorang wanita yang tidak pernah dia lihat.
"Sudah pesan makanan, Mas?" tanya Amira sambil mencium bibir suaminya sekilas. Fathu terkejut dengan ciuman tiba-tiba dari istrinya.
"Terima kasih, sayang!" ucap Fathu sambil mengelus pipi Amira. Laura melihat interaksi tersebut, merasa heran.
"Siapa, dia?" tanya Laura berbisik di telinga Fathu.
"Istriku!" jawab Fathu sambil melirik istrinya yang sudah menatapnya dengan tatapan horor.
"Kapan kau menikah? Kenapa aku tidak tahu?" Laura tampak terkejut.
"Apakah kau harus tahu kalau suamiku menikah? Oh ya, ngomong-ngomong, siapa kamu? Kenapa begitu tidak.sopan, berbisik-bisik dengan suamiku?" tanya Amira.
"Oh, sayang! Please jangan mulai lagi! Dia hanya temanku. Laura, bisa kau tinggalkan kami? Kami berdua ingin makan siang dengan tenang. Maafkan aku, Ok?" ucap Fathu mengusir Laura dengan halus.
"Baiklah, maafkan aku kalau sudah mengganggu kalian!" Laura lalu pergi dan duduk di meja lain, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Fathu dan Amira. Laura sungguh tidak percaya, seorang Fathu bisa seperti itu kepada seorang wanita
"Sejak kapan dia berubah jadi pria konyol?" tatapan Laura sungguh iri melihat keakraban Fathu dan istrinya. Tampak layaknya pasangan romantis dan bahagia.
"Kamu melarangku bertemu pria lain, tapi lihatlah, hidupmu dipenuhi dengan para dayang dan selir, yang cantik jelita!" Sarkas Amira sambil memutar bola mata dengan malas. Fathu hanya tersenyum dengan kecemburuan istrinya yang baginya tampak sangat menggemaskan.
"Sayang, aku suka melihat kamu marah saat ada wanita lain yang mendekati ku." Fathu mencium bibir istrinya sekilas. Hal itu membuat hati Laura semakin panas.
"Dulu Fathu selalu dingin kepada semua wanita, kenapa dia begitu romantis kepada wanita itu?" tanya Laura dan matanya tidak terlepas dari memperhatikan sepasang pengantin tersebut.
"Ayo kita ke makam dulu, bukankah tadi kau rindu dengan ayahmu?" ajak Fathu setelah mereka berada dalam mobil. Tapi Amira tampak tidak bersemangat sama sekali.
"Kenapa, sayang?" tanya Fathu.
"Apakah, setiap harimu seperti ini? Selalu berurusan dengan wanita cantik?" tanya Amira datar, namun bagi Fathu terdengar seperti sindiran
"Sayang, aku itu seorang dosen. Mahasiswa ku rata-rata lebih banyak cewek. Jadi sudah dipastikan hidupku akan selalu berurusan dengan mereka. Kenapa? Kamu keberatan? Hmmmm?" tanya Fathu sambil mengelus pipi Amira.
"Ayo kita ke makam saja, nanti keburu sore." mereka lalu ke makan, mengirim doa untuk ayah Amira. Amira menangis karena merasa hidupnya hanya seorang diri.
"Ayah, kenapa ayah begitu cepat, ninggalin Amira? Hiks hiks!" Amira mencium batu nisan ayahnya yang masih baru.
"Sudahlah, sayang! Kita ke makam, bukan untuk menangis macam itu, makruh hukumnya. Perbanyak doa dan bacakan Alquran yang kita khususnya untuk mereka di alam sana, itu jauh lebih baik!" Fathu menyentuh pundak Amira.
Setelah hatinya merasa plong, Amira dan Fathu kembali ke pondok. Tapi di tengah perjalanan, Amira merasa rindu dengan rumahnya.
"Aku ingin tidur di rumah ayahku!" ucap Amira.
"Baiklah, ayo kita menginap di rumah ayah!" ucap Fathu, lalu mengarahkan mobilnya ke sana.
Saat mereka akan membuka pintu gerbang, di teras sana, Amira melihat Erik kembali ke sana.
Terlihat wajahnya masih memar.
"Mas Erik kenapa belum pulang?" tanya Amira.
"Mas tadi sudah ke rumah sakit, dan mengobati luka-luka Mas. Tapi Mas ingin bertemu dengan kamu, makanya Mas kembali lagi ke sini. Tapi kamu gak ada, Mas putuskan untuk menunggu kamu, sudah tiga jam Mas disini!" ucap Erik.
"Kenapa Anda terus melakukan hal ini? Amira sekarang adalah istriku, bukankah Anda juga sudah punya seorang istri? Pergilah, jangan mengganggu kebahagiaan keluarga kami!" ucap Fathu tegas dan keras.
"Mas, bisa tolong beri aku waktu. Aku butuh bicara berdua dengan Mas Erik!" pinta Amira.
"Tapi sayang..." Fathu tampak keberatan, tapi akhirnya mengalah, dia masuk lagi ke dalam mobil dan menunggu Amira di sana.
"Mas Erik, mari kita saling menerima takdir masing-masing, Mas sudah menikah, saya juga sudah menikah. Tolong sekali, lupakan semua kisah kita. Anggap itu sebagai kenangan di antara kita. Mas sudah memilih menikah dengan perempuan itu, bertanggung jawab sebagai seorang suami dan pria sejati. Pernikahan bukan permainan, Mas! Saya mohon! Pergilah dan berbahagia dengan pernikahan kamu! Aku disini juga bahagia bersama pernikahan aku!" ucap Amira, tapi tiba-tiba Erik histeris dan memeluk Amira, Fathu yang di dalam mobil auto lari dan menarik tubuh Erik dari Amira.
"Sayang, ayo kita pulang saja. Besok akan Mas suruh beberapa santri untuk beres-beres, sehingga rumah ini siap di huni oleh orang yang mau menempatinya." Fathu langsung menarik Amira dan membawanya ke pondok.
"Sayang, sudah, gak usah dipikirkan, ga penting!" ucap Fathu saat melihat Amira lebih banyak melamun saat perjalanan pulang.
"Aku tahu, Mas Erik pasti kesulitan menerima pernikahan dia dan istrinya. Tapi Amira bingung, bagaimana memberikan pengertian kepada dia, agar melupakan Aku." Amira menangkupkan tangannya di wajahnya, lalu menangis.
Hari ini adalah hari terberat bagi Amira. Sejak dia keluar rumah, sampai kembali ke rumah, isinya hanya masalah yang membuat perasaan nya tidak bahagia. Fathu menarik nafas dalam-dalam.
"Menangis lah, kalau itu bisa membuat hatimu merasa lega!" ucapnya sambil fokus menyetir.
Fathu sendiri pikirannya melayang ke atas Laura. Wanita masa lalu yang pernah hadir sekitar lima tahun lalu, yang Fathu dengar, Laura sudah menikah, dengan seorang pengusaha, tapi kenapa tadi dia hanya seorang diri saja?
Para pembaca, Laura ini adalah ibu kandungnya Sulis. Mantan istrinya Bayu Iswara. Dia sudah bercerai lagi dengan suaminya yang telah memberikan dia dua orang anak. Anak mereka sekarang di asuh oleh suaminya Laura.
Laura dahulu menikah muda, seusia Amira. Maka tidak heran di usianya itu, Laura sudah memiliki anak sebesar Sulis. Laura dahulu berselingkuh dengan asistennya Bayu, kepergok, lalu diceraikan oleh Bayu. Hak asuh anak jatuh ke tangan Bayu karena dalam kasus ini Laura bersalah karena banyak bukti tentang perselingkuhan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments