Bu Sita yang mendapatkan tugas dari Bayu untuk membuat putrinya menangis sampai guling guling, mulai mengatur strategi beserta anak buahnya. Adrian sebagai Direktur personalia juga dimintai kerjasamanya oleh Bu Sita.
"Entah punya dosa apa, gadis bernama Sulis itu, tapi yang jelas, kita dapat tugas untuk membuat dia menangis sampai guling-guling! Pak Adrian! Anda sebaiknya ikut bersama kami dalam melaksanakan tugas negara yang diberikan oleh Bos besar kita!" ucap Bu Sita dengan semangat. Iyalah, semangat! Dijanjikan bonus sama big bos!
"Tenang Bu Sita, urusan kayak gini mah kecil, anggap aja kita mau ngeospek siswa SMA!" jawab seorang pria tampan dengan senyum tengilnya.
"Ga boleh ada pembullyan di sini, Cakra Abimana!" peringatan keras dari Adrian.
"Kan kita dapat perintah langsung dari big boss, kakaku sayang!" protes Cakra, manyun!
"Kalau sampai ada kasus pembullyan, nanti Mas juga kena masalah, secara gitu, Mas kamu disini sebagai Direktur Personalia nya!" kepala Cakra sudah di timpuk penggaris oleh Adrian.
"Tenanglah, Kakaku sayang! Aku tahu kok batasanku! Sabar, ya!" ucap Cakra lagi.
Bu Sita yang duduk di antara duo ganteng itu seketika lemes, "Seandainya gue belum punya laki, mau noh di karungin nih duo ganteng!" rintih Bu Sita melumer hatinya duduk di antara keturunan Iswara, yang berasal dari keluarga konglomerat.
Tapi di perusahaan ini, tidak ada yang tahu duo ganteng ini sebagai keturunan Iswara Group, hanya big bos mereka yang tahu.
Kok bisa? Bisa betie! Bayu dan Adrian itu bersahabat sejak masa kuliah mereka, makanya Bayu menitipkan kedua anaknya kepada Bayu dalam rangka belajar bisnis. Mereka berdua sampai mohon-mohon biar diijnkan balik dan menetap di Indonesia. Sementara Andika masih banyak kerjaan di Dubai, jadilah dia minta tolong kepada sahabat masa kuliahnya untuk menolong dirinya, sebagai gantinya, Abimana Group akan selalu membantu apabila perusahaan Bayu dalam kesulitan. Hingga akhirnya sekarang Abimana Group sebagai pemegang saham terbesar nomor dua di Iswara Group. Dahulu, saat Bayu dan Laura dalam proses bercerai, perusahaan Bayu hampir gulung tikar, di mulai saat itulah, Andika sering menolong Bayu. Sedikit demi sedikit, saham di perusahaan di beli oleh Andika, sehingga dalam rentang beberapa tahun itu, kini Abimana Group sudah menjadi pemegang saham terbesar nomor dua. Baru satu tahun lalu, Andika meminta tolong untuk Adrian dan Cakra bekerja di Iswara Group sebagai perwakilan Abimana Group. Selama rentang waktu itu, Andika hanya menerima laporan saja dari Bayu mengenai kinerja dan labar dari perusahaan miliknya.
Disinilah mereka sekarang, di ruang wawancara karyawan baru!
"Silahkan masuk, saudari Sulis. Hallo Sulistiawaty, dimana kamu? Cepat masuk!" perintah Cakra dengan wajah sangarnya.
Sulis yang sedang menunggu antrian untuk di panggil lalu bergegas masuk.
"Kamu yang bernama Sulis?" tanya Cakra lagi.
"Iya, Kak!" jawab Sulis pelan.
"Kak, Kak, emang sejak kapan saya jadi anaknya Bapakmu! Masuk sana, gak usah keganjenan! Ga mempan ma gue!" hardik Cakra dengan kesal.
"Sabar, Mas, kalau orang suka marah-marah itu, nanti cepat mati loh, kasihan noh orang tua Mas disana, kalau lihat anaknya yang ganteng mati mendadak! Hehehe!" ucap Sulis lalu masuk ke dalam ruangan wawancara.
Adrian yang ada di dalam sana auto tertawa, dengan kelakuan Sulis. Dibentak-bentak bukannya nangis guling-guling, malah doain Cakra cepat mati. Adrian berusaha keras untuk bahan tawa.
"Sialan, loe doain gue biar cepat mati?" Cakra balik lagi, nyecar Sulis yang mulai gak nyaman.
"Maaf, Mas, saya cuma bercanda, kok!" ucap Sulis lagi, dengan mengedipkan matanya yang cantik.
"Gak usah berlagak sok imut, ya! Sama sekali gak mempan!" Hardik Cakra lalu duduk di samping Bu Sita. Cakra merupakan staf di personalia juga.
Sementara itu, Bayu yang kini sedang menonton anaknya di kerjain karyawannya sampai tertawa-tawa melihat ekspresi Cakra yang misuh misuh dari tadi, karena di doain cepat mati sama Sulis.
"Anak gue, emang gak ada matinya! Hehehe!" Bayu tertawa terbahak-bahak melihat putrinya yang super lucu dan tahan mental juga ternyata.
Dan di ruang wawancara, sekarang Bu Sita yang sudah pasang wajah sangarnya, dapat giliran juga. "Kamu namanya Sulistiawaty doang?" tanyanya. Karena di sana gak disebutkan nama bapaknya. Ya, lah! Sulis sengaja gak kasih nama Iswara di dalam CV yang dia kirim, biar mereka gak curiga.
"Maaf, Bu, saya hanya melamar jadi staff kecil saja. Saya lagi mau lanjut kuliah, jadi belum punya izasah untuk kualifikasi jabatan yang tinggi!" jawab Sulis seadanya.
"Ku sadar kalau kamu masih mau mulai kuliah, bukannya kuliah aja, biar tambah pinter. Kenapa malah cari kerjaan di sini?" hardik Bu Sita dengan tatapan horornya.
"Saya butuh uang, Bu! Buat biaya kuliah dan juga adik-adik saya, ayah saya lari Bu, sama perempuan lain, hanya menyisakan saya, yang harus membesarkan adik-adik saya! Hiks hiks!" Sulis mulai dengan drama nya, dia tahu kalau dirinya sedang di kerjain oleh ayahnya. Sulis melihat ada CCTV di ruangan itu. Sulis melihat ke kamera lalu memeletkan lidahnya kearah sana.
"Sialan! Anak gue emang gak ada matinya! Kurang ajar, ngatain gue kabur sama perempuan lain, dasar anak gak ada akhlak, awas aja nanti kalau sudah sampai rumah!" ucap Bayu sambil meremas kertas di hadapannya dengan gemas.
"Eh, kenapa kamu meletin lidah, huh? Kamu gak menghargai kami yang duduk di sini, huh?" Itu suara Adrian yang sok cool tentu saja.
"Bukan, Mas! Maaf! Tadi ada daging nyelap di gigi saya!" jawab Sulis asal saja.
"Dasar perempuan aneh!" umpat Adrian.
"Tapi kami gak bisa sembarangan menerima karyawan gak jelas kaya kamu disini!" bentak Bu Sita. Tiba-tiba Sulis bangkit dari kursinya, dia memegang tangan Bu Sita dan mulai menangis Bombay, air mata buaya pokoknya! Sulis sudah tahu kalau dia sedang dikerjain sama ayahnya, maka dia memutuskan akan ngerjain balik ayahnya tersebut.
"Tolonglah saya, Bu! Adik-adik saya butuh makan! Ayah saya yang durhaka itu, gak perduli dengan kami adik kakak! Saya hanya ingin membantu Mamah saya yang di campakkan ayah saya! Hiks hiks! Nasib kami yang malang, memiliki ayah yang gak ada akhlak! Hiks hiks!" air mata buaya Sulis sudah menggenang di lantai kantor.
"Sudah, kamu duduk dulu, jangan nangis, ya! Maafkan kami kalau bikin kamu jadi sedih, kasihan sekali kamu, masih muda begini sudah harus menanggung beban yang begitu berat. Saya doakan, semoga ayah kamu yang gak ada akhlak itu segera insyaf ya, udah, jangan nangis lagi! Kamu saya terima buat kerja disini. Langsung di bawah komando saya. Udah, jangan nangis lagi. cup cup!" ucap Bu Sita yang auto kasihan dengan Sulis. Sulis yang merasa menang kembali memeletkan lidahnya dengan senyum kemenangan ke arah kamera, dia tahu, ayahnya yang suka usil dan jahil itu. Pasti sedang melihat dirinya di bully di ruangan ini.
"Terima kasih, Bu! Sudah berbaik hati kepada saya, semoga amal ibu di terima di sisi Allah!" ucap Sulis dengan senyum tengilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Puspita Indriati
anak bapak yg langka hhhhhhh
2022-10-17
1