Melihat istrinya pergi, Fathu lalu meninggalkan Erik yang kini terkulai di tanah, hampir pingsan. Fathu mengejar istrinya yang marah.
"Sayang, tunggu! Ko kamu malah marah sama Mas? Harusnya Mas yang marah sama kamu! Baru kemarin kamu janji gak akan berduaan dengan pria lain, hari ini kamu udah ketemu an sama mantan kamu!" Fathu merajuk pada Amira.
"Aku gak ketemu sama Mas Erik. Saat aku sampai sana, dia sudah ada di sana! Hati-hati dalam menggunakan kosa kata!" ucap Amira ketus.
"Ya udah, Mas minta maaf. Ayo kamu ikut Mas aja ke kampus. Mas kok jadi gak tenang ya, ninggalin kamu sendiri. Dimana-mana kenapa ada penggemar kamu?" ucap Fathu sambil memasangkan seat belt pada Amira.
"Mau ngapain aku ikut Mas ke kampus?" tanya Amira kesal dengan suaminya yang terlalu posesif kepadanya. Fathu gak mendengarkan protes Amira. Dia melajukan mobilnya ke kampus.
" Nanti kamu ikut Mas ke kelas. Duduk di kursi mahasiswa. Itung-itung kamu belajar jadi mahasiswa. Jadi tahun depan kamu sudah ahli jadi mahasiswa, Mas!" ucap Fathu asal bunyi.
"Ih, Mas ini ada-ada aja! Masa jadi mahasiswa aja harus latihan? Nanti juga ahli kalau sudah jadi mahasiswa!" protes Amira.
"Sudah sayang, Mas pokoknya gak suka kalau kamu bantah perintah yang Mas berikan!" ucap Fathu ngotot. Amira menarik nafas kasar, suaminya itu memang selalu memaksa.
"Baiklah!"Akhirnya Amira menurut juga.
" Istri yang baik!" puji Fathu lalu mengecup bibir istrinya sekilas. Amira tersipu malu-malu dengan kelakuan Fathu yang menciumnya di depan umum
"Malu, Mas!" Amira menyembunyikan wajahnya di pelukan sang suami. Fathu merangkul bahu Amira sambil berjalan ke ruangannya. Mata para mahasiswa mengawasi mereka berdua.
Banyak yang berbisik-bisik. "Siapa yang bersama Gus Fathu ya?" begitu rata-rata pertanyaan mereka. Yang penasaran dengan dosen ganteng mereka yang selalu berwajah dingin sedingin kutub Utara. Berwajah darat sedatar LCD TV Flat.
"Sayang, kenapa mereka semua menatap heran sa kita?" tanya Amira mulai risih dengan tatapan para cewek yang melihat dirinya seperti musuh.
"Udah, gak usah pikirkan mereka. Ayo ikut Mas masuk ke kelas. Kamu nanti duduk di pojok saja. Biar gak jadi pusat perhatian para mahasiswa." ucap Fathu memberikan perintah.
"Selalu saja perintah-perintah!" protes Amira kesal.
"Mas gak akan suka, kalau para pria itu melihat kamu sayang, kamu cuma milik Mas saja! Paham?" ucap Fathu sambil mencubit hidung istrinya yang sedang misuh misuh.
"Mas boleh jadi pusat perhatian cewek-cewek, kenapa aku gak boleh jadi pusat perhatian cowok-cowok? Mas gak adil!" protes Amira lagi.
Fathu memulai kuliahnya hari ini. Amira duduk di bagian paling pojok, sesuai instruksi sang suami posesif nya. Bagian paling pojok ini paling tinggi, jadi bisa memperhatikan sang suami yang tampak fokus mengajar. Di sela-sela mengajar, Fathu selalu sempatkan untuk tersenyum melihat istrinya yang tampak fokus memperhatikan kuliah yang dia bawakan.
saat masuk ke season tanya jawab, Amira melihat para mahasiswi yang begitu antusias dengan sang suami. Suaminya memang mempesona, saat dia serius bagitu, ketampanan nya melesat tinggi. Membuat Amira tambah cinta dengan suaminya. Tak terasa sudah dua jam mereka di ruangan itu, saatnya untuk bubar kelas.
Amira melihat, banyak gadis-gadis yang mendekati Suaminya dengan alasan bertanya soal kuliah yang tadi dia sampaikan. Bahkan ada seorang wanita yang sengaja mepet-mepet suaminya, hingga dadanya menempel dengan tangan sang suami. Hati Amira mendidih di buatnya, Amira langsung bangun, memecah keramaian, lalu menarik tangan suaminya.
"Permisi, saya mau ajak suami saya pulang!" teriak Amira sambil mendorong wanita yang tadi Amira lihat sengaja mepet-mepet suaminya.
"Siapa sih, kamu? Lancang banget!" ucap perempuan gak ada akhlak itu kepada Amira.
"Aku istrinya, kenapa? Gak suka kau? Minggir! Gak usah kau mepet-mepet suami orang! Calon pelakor kau, ya?" semprot Amira tanpa sensor.
Fathu tersenyum saja melihat sang istri yang mengamuk. Dia malah tertawa terbahak-bahak.
"Apa kau ketawa? Senang kali kau, di kerumunan cewek-cewek seksi! Dasar Nyebelin!" Amira masih belum reda kemarahan di hatinya. Rasa cemburu sudah menutup akal dan logikanya.
"Sayang, kok malah marah sama Mas sih? Mereka itu mahasiswa nya Mas, jangan marah dong, sayang! Nanti cantiknya hilang loh!" Fathu tersenyum tengil menggoda sang istri kecilnya yang sedang ngambek. Terlihat menggemaskan baginya. Fathu meraup wajah Amira lalu mengecup bibir sang istri dengan gemes.
"Ih, apaan! Gak usah cium-cium! Mas aku hukum, gak boleh pegang-pegang aku!" Amira malah tambah murka kepada suaminya.
"Uh, istriku kalau lagi ngamuk tambah gemesin! Mau cium lagi, ah!" Fathu udah siap-siap mo nyosor malah di kasih tas sama Amira tepat di bibirnya. Fathu jadi gemes bukan main.
"Sayang, kamu gak cemburu kalau aku cium tas kamu? Hmmmmm?" Fathu makin gencar godain sang istri yang masih belum reda kesalnya.
"Bodo!" Amira melemparkan pandangan ke luar jendela, di luar sana banyak mahasiswa yang bersiap untuk makan siang.
"Aku lapar, Mas!" Ucap Amira pada akhirnya, Setelah lama diam saja.
"Kita cari makan, ya? Kamu mau makan apa, sayang?" Fathu mengelus pucuk kepala istrinya.
"Aku bukan kucing!" protes Amira ketus.
"Aku lakuin ini karena sayang sama kamu. Bukan anggap kamu kucing, sayang!" ucap Fathu yang sudah mulai fokus menyetir.
"Pokoknya aku gak suka! Itu jadi mengingatkan aku sama ayah, ayah selalu melakukan hal itu padaku. Hiks hiks!" tiba-tiba Amira menangis.
Fathu jadi panik melihat istrinya tiba-tiba menangis. "Sayang, kamu kenapa? Jangan nangis dong! Maafkan, Mas ya! Mas janji gak lakukan itu lagi!" ucap Fathu sambil meremas telapak tangan Amira yang masih menangis tersedu-sedu.
"Hiks hiks. Aku kangen ayah, Mas!" ucap Amira.
"Ya udah, nanti habis makan siang, kita ziarah ke makam ayah, Ok?" tawar Fathu berusaha membujuk Istrinya untuk jangan menangis lagi.
"Ya Allah, jadi berasa punya anak beneran ini, mah!" ucap Fathu rada geli.
"Mas bilang apa?" tanya Amira masih bersedih.
"Mas gak bilang apa-apa sayang, udah jangan sedih lagi. Ayo kita makan siang yang enak. Lalu kita ke makam ayah. Ok?" Amira mengangguk, lalu mencium bibir suaminya tiba-tiba.
Fathu yang sedang fokus menyetir jadi kalang kabut. Sehingga fokusnya jadi pecah.
"Sayang, apa yang kamu lakukan sungguh berbahaya sekali," protes Fathu.
"Bodo! Pokoknya kamu ingat, Mas! Kamu harus jaga hati dan jarak dengan cewek-cewek centil. Para cabe cabean tadi! Aku gak iklas pokoknya! Lihat suamiku di pegang-pegang sama mereka!" ucap Amira lalu mencium bibir Fathu lagi.
Fathu frustasi dengan ulah sang istri, "Kamu kalau ngambek berbahaya sayang! Kita hampir kehilangan nyawa dua kali loh! Untung aku mahir berkendara, sayang!" Fathu lalu mencium telapak tangan Amira yang kini mulai tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments