Pekerjaanku hari ini jauh berbeda dari sebelumnya, aku yang biasanya berkutat dengan dapur sekarang bekerja sebagai babby sister, tapi pekerjaanku tidak seperti bambu sister lebih mirip Kakak yanh sedang menjaga adiknya.
"Mbak pulang dulu Nona Tania." Pamitku setelah selesai mengajari Tania beberapa hal tentang apa yang harus di lakukan sebelum sholat.
"Hati-hati di jalan Mbak! besok jangan terlalu siang datangnya!" pesan Tania sebelum aku bebar-benar pergi meninggalkan rumah.
Aku hanya mengacungkan tangan seraya membentuk jari jempol dan jari telunjuk hingga berbentuk bulat.
Aku berjalan keluar dari rumah mewah bak istana keluar dari gerbang setelah menyapa Pak Santo yang selalu setia berada di pos, entah kapan Pak Santo pergi? aku selalu melihat dia berada di dalam pos dan tak pernah ku lihat pergi dari sana.
"Sam," lirihku saat melihat Sam sudah stand by di depan gerbang, dia duduk di atas motor sambil memainkan lolipop kesukaannya, meski sudah lulus sekolah Sam terlihat sering menikmati lolipop tanpa ada rasa canggung, dan setiap kali aku tanya kenapa dia suka lolipop jawabannya selalu sama, dari pada aku merokok lolipop ini jauh lebih baik, ucapan seperti itu sangat sering aku dengar sejak kami sekolah dulu.
"Kamu gak bosen makan lolipop itu terus?" tanyaku saat aku sudah sampai do dekat Sam.
"Enggak," jawab Sam sambil menggelengkan kepala tanda jika dia tidak akan pernah bosan dengan lolipop yang saat ini di berada di mulutnya.
Aku hanya menghembuskan nafas kasar mendengar jawaban Sam yang tak pernah berubah sejak dulu sampai saat ini.
"Ayo Naik!" ajakku seraya naik ke atas motor kemudian menepuk bahunya.
"Aku bukan tukang ojek yang bisa di tepuk pundaknya langsung jalan Senja," ujar Sam setelah mendapat tepukan bahu dari ku.
"Siapa bilang kamu tukang ojek? aku cuma ngajak kamu jalan, kalau kamu gak mau aku pulang sendiri saja," ujarku yang entah mengapa sekarang merasa mudah marah jika mendengar ucapan Sam yang menurutku kurang menyenangkan.
"Tumben sewot, lagi pms ya?" tanya Sam sambil menghidupkan motor yang dia bawa sedang aku mulai mencari pegangan agar tidak jatuh saat Sam melajukan motornya.
"Au ah, gelap," jawabku yang malas menanggapi ucapan Sam yang menurutku tidak penting untuk di jawab.
Perjalanan kali ini terasa begitu berbeda dari biasanya, jika biasanya aku merasa lelah bercampur lapar yang terus mendorongku agar aku segera sampai di rumah, kini sangat berbeda dari biasanya, perutku yang masih terasa kenyang karena tak melakukan aktifitas apapun memberikan sensasi berbeda saat duduk didi belakang Sam dengan udara semilir yang terasa dingin menerpa tubuhku yang tak terlalu gemuk.
Perlahan tapi pasti aku mulai tertidur tanpa aku sadari, entah sejak kapan mata ini terpejam dan kepala ini bersandar dengan nyamannya di pundak kekar milik Sam yang kini berada di depanku.
"Eummm," lenguhku setelah merasa cukup puas tidur dan betapa terkejutnya aku saat diriku sadar jika saat ini aku tengah tidur dengan nyamannya di pundak Sam yang justru diam tanpa bergerak sedikitpun di tempatnya.
"Sejak kapan kita sampai di sini?" tanyaku dengan suara serak khas bangun tidur yang terdengar merdu.
"Sejak satu jam yang lalu," jawab Sam santai, sedang aku yang mendengar jawaban Sam hanya bisa terbengong dengan mulut yang menganga, bagaimana mungkin Sam diam di sini dengan aku yang bersandar di pundaknya begitu lama, bisa aku pastikan jika pundaknya kini pasti terasa kebas dan kesemutan, bayangkan saja berada di atas motor selama satu jam dengan kepalaku yang bersandar di pundaknya.
"Kamu serius?" tanyaku seolah tak percaya dengan apa yang baru saja di katakan oleh Sam.
"Tentu saja, Aku bukan pembohong Senja, jadi jangan bertanya seolah aku membohongimu!" ujar Sam dengan ekspresi wajah penuh keyakinan dia berkata.
"Aku tidak bilang kamu pembohong Sam," selaku yang tak ingin Sam salah faham dengan apa yang aku katakan.
"Jika memang begitu apa maksud dari ucapanmu barusan?" Sam mencoba memastikan apa yang dia dengar.
"Aku hanya merasa jika kamu begitu baik padaku, kamu rela menanggung rasa sakit demi kenyamanan diriku ini," Aku menjelaskan apa yang sebenarnya ada dalam fikiranku dan apa yang sebenarnya ingin aku sampaikan.
"Aku akan jauh lebih baik lagi jika kamu mau menerima pernyataan cintaku kemarin Senja," Sam kembali berkata seolah dia masih menunggu jawaban dariku.
"Aku akan menjawab semuanya jika waktunya telah tiba Sam, aku harap kamu bisa sabar menungguku," jawabku yang memang masih merasa begitu bingung dengan apa yang aku inginkan.
"Tentu saja, Aku siap menunggumu bahkan hingga ujung usiaku sekalipun," sahut Sam yang kembali mencoba menaklukkan diriku yang memang tak bisa membuka hati dengan sangat mudah.
Aku tak lagi menjawab ucapan Sam, karena aku memang masih belum punya jawaban yang tepat untuk nya.
Jangan pernah menjanjikan sesuatu yang belum tentu bisa aku ungkapkan." Jawaban Ibuk
"Maaf," lidahku mencoba mengatakan apa yang saat ini ada dalam diriku.
"Maaf kenapa?" tanya Sam yang justru kini menatap aneh ke arah wajahku.
"Kamu tidak punya salah apapun, kenapa mesti minta Maaf," sambung Sam yang hanya melihat aku diam di depannya.
"Maaf karena aku sudah merepotkanmu, dan maaf juga karena aku masih belum bisa menjawab apa yang ingin kamu dengar Sam," aku berkata dengan suara yang cukup lirih mengingat jika diriku memang melakukan hal yang mungkin cukup membuat Sam merasa di permainkan.
"Telat," jawab Sam yang lagi-lagi menganggap ucapanku hanya isapan jempol belaka.
"Kok telat?" tanyaku spontan membuatku lanhsung bertanya.
"Harusnya kamu mengatakannya sejak dulu, sudah lebih dari dua tahun aku selalu mengantar dan menjemputmu setiap pagi dan sore hari? dan aku sudah merasa kau lebih baik dari hari kemarin!" jawab Sam yang cukup menyadarkanku jika saat ini Sam sudah cukup lama menungguku.
Aku kembali diam, selalu saja seperti itu, Aku terus tak bisa menjawab setiap pertanyaan ataupun kata jika aku sedang berada di sini.
"Sudahlah, jangan bahas itu lagi! lebih baik sekarang kita bahas apa yang akan kita lakukan setelah ini," Sam mulai mengalihkan pembicaraannya dan aku yang mengerti langsung tersenyum kecut ke arah Sam.
"Memangnya kita mau ke mana?" tanyaku yang merasa tak pernah punya rencana ataupun keinginan untuk pergi jalan-jalan.
"Terserah, kali ini kamu yang menentukan tempatnya," jawab Sam dengan senyum yang ku lihat tak pernah luntur sedikit pun.
"Aku ingin pulang, Sam, badanku terasa begitu lelah dan aku ingin segera rebahan di dalam kamar sambil menikmati musik yang aku suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments