Aku hanya bisa diam tanpa kata, bagaimanapun Sam sudah banyak berjasa dalam hidupku, meskipun saat ini jantungku juga berdetak lebih kencang saat berada di dekat Sam, tetap saja aku masih belum bisa menjawab pertanyaannya.
"Aku berangkat kerja dulu. Terima kasih tumpangannya," ucapnya sesaat setelah turun dari sepeda motor yang baru saja aku tumpangi.
"Sama-sama, hati-hati kalau bekerja!" pesan Sam sebelum dia pergi.
"Harusnya aku yang bilang, hati-hati di jalan!" ujarku saat sadar jika seharusnya aku yang mengatakannya lebih dulu, bukan Sam.
"Aku pasti hati-hati jika yang mengingatkanku itu bidadari sepertimu," ujar Sam yang kini berubah menjadi tukang gombal dadakan, dan aku hanya memutar bola mata jengah melihat dan mendengar apa yang di lakukan oleh Sam.
"Sudah, jangan menggombal! cepat berangkat kerja!" ujarku yang mengerti jika Sam pasti akan berangkat bekerja setelah mengantarku bekerja.
"Aku akan semangat bekerja jika kamu yang menyuruh, Senja," sahut Sam sambil mengedipkan sebelah mata menggoda diriku yang kini tiba-tiba merasa malu saat di pandang oleh Sam.
Aku yang tidak ingin terus-terusan di goda oleh Sam memilih untuk melenggang pergi meninggalkan Sam yang terlihat masih menatap kepergianku.
"Pak Santo!" panggilku dengan suara sekuat tenaga agar Pak Santo yang berada di pos satpam bisa mendengar panggilanku.
"Neng Senja," sahut Pak Santo seraya berlari kecil mendekat ke arahku untuk membuka pintu.
"Pagi, Pak!" sapaku dengan senyum penuh semangat menyapa Pak Santo yang ikut tersenyum ke arahku.
"Pagi, Neng, silahkan masuk!" sahut Pak Santo sambil membuka pintu gerbang yang menjulang tinggi di hadapanku.
"Terima kasih, Pak," ucapku setelah Pak Santo membuka pintu untukku dan aku masuk ke dalam istana milik Tuan Arka.
Aku berjalan masuk ke arah rumah, seperti biasa, Nona Tania selalu berada di teras rumah setiap pagi sebelum aku datang.
"Nona Tania sedang apa di sini?" tanyaku pada Nona Tania yang kini duduk di teras rumah sambil menatap ke arahku.
"Mbak Senja lama sekali?" tanya Tania.
"Bukankah biasanya Mbak datang jam segini?" sahutku.
"Tapi aku sudah lama menunggu Mbak di sini," Tania kembali mengatakan alasan dirinya mengatakan jika aku terlambat datang.
"Benarkah? kenapa Nona Tania menunggu Mbak di sini?" tanyaku yang penasaran dengan apa yang di lakukan Tania sebenarnya.
"Aku ingin belajar sholat bersama Mbak Senja," jawab Tania polos.
Aku hanya tersenyum menanggapi jawaban Tania kemudian mengajaknya berjalan masuk ke dalam rumah.
"Tania!" panggil Daddy Tania yang baru turun dari tangga.
"Iya, ada apa Daddy?" sahut Tania dengan ekspresi biasa saja, malah terkesan enggan menanggapi panggilan Daddynya.
"Kamu dari mana?" tanya Tuan Arka.
"Aku dari teras depan Daddy," Tania kembali menjawab pertanyaan Tuan Arka dengan nada yang sama.
"Ngapain kamu ke teras depan?" Tuan Atma memang terlihat begitu Sayang hingga terkesan membatasi semua yang di lakukan oleh Tania.
"Cari angin, aku pergi dulu Dad," pamit Tania yang langsung menarikku masuk ke dalam dapur. Dan sikap yang di tunjukkan oleh Tania mengisyaratkan jika saat ini Tania ingin menghindari Tuan Aria.
"Kenapa Nona terlihat menghindari Tuan Aria?" tanyaku penuh rasa penasaran dengan sikap yang di tunjukkan oleh Tania saat ini.
"Aku sedang malas menanggapi apapun yang di tanya oleh Daddy," jawab Nona Tania.
"Kenapa begitu? apa Nona Tania punya masalah?" Aku semakin penasaran dengan apa yang terjadi dengan Nona Tania sebenarnya.
"Iya, aku sedang marah pada Daddy, dia tidak mengerti dengan apa yang aku inginkan, padahal aku hanya ingin sedikit waktunya, tapi Daddy tak pernah bisa memberikan itu padaku," Tania mengatakan apa yang dia rasakan.
"Tani, jangan bersikap seperti itu! Tuan Atma bersikap seperti itu karena dia ingin memberikan yang terbaik untukmu," Aku kembali mengatakan apa yang aku katakan tadi malam, semua yang aku katakan bukan tanpa alasan, semua itu aku lakukan demi kebaikan Tania sendiri.
"Mbak Senja, sudah berapa kali aku katakan, Harta tidak bisa membeli sebuah kebahagiaan dari dalam hati," Tania juga mengatakan apa yang dia katakan semalam.
"Tania dengarkan apa yang di katakan oleh Mbak Senja!" sahut Oma yang entah sejak kapan berada di belakangi, padahal sejak tadi aku tidak melihatnya.
"Oma dari mana? kenapa bisa ada di situ?" jawab Tania, jawaban Tania seolah mewakili perasaanku yang sejak tadi penasaran dengan kedatangan Oma yang tiba-tiba.
"Oma dari kamar, sejak tadi Oma melihat dan mendengar apa yang kalian bicarakan, karena itulah Oma menyahuti perbincangan kalian," Oma menjelaskan alasan dirinya yang datang secara tiba-tiba sambil menyahuti ucapanku dan Tania yang sedang serius membicarakan Daddy Tania yang memang selalu sibuk dnegan urusannya sendiri.
"Nona Tania tidak boleh seperti itu! bukankah masih ada Nyonya Angel yanh bisa menemani Nona Tania," aku kembali mengatakan sesuatu yang mungkin bisa meluluhkan hati Tania yang tengah mengeras itu.
"Apa lagi Mommy, aku justru swmakin di abaikan olehnya," Tania kembali mengatakan apa yang ada dalam hatinya, saat ini di wajah Tania tergambar jelas gurat rasa kecewa yang memancar.
"Tania, lebih baik sekarang kamu istirahat saja dulu!" titah Oma.
"Tania ingin Mbak Senja bekerja di sini sebagai babby sisterku Oma, bisakah Oma memberikan tugas memasak itu pada orang lain?" pinta Tania dengan ekspresi wajah memelas dia meminta pada Oma.
Sejenak Oma terdiam, dia terlihat sedang berfikir dan entah apa yang ada di fikirannya.
"Baiklah, Senja, mulai saat ini kamu bisa menemani Tania selama dia mau," ujar Oma kemudian.
"Baik, Oma," jawabku yang tak bisa menolak ataupun menawar apa yang di perintahkan oleh Oma padaku.
Aku yang mendapat perintah baru dari Oma langsung mengikuti langkah Tania yang lebih dulu berjalan ke arah Kamar.
"Mbak, sekarang ajari aku bagaimana caranya sholat!" pinta Tania.
Sesuai dengan apa yang aku janjikan semalam, Tania benar-benar menuntutku untuk mengajarinya sholat, dan aku menuruti apa yang Nona Tania mau.
Nona Tania benar-benar belajar dengan serius hingga dia bisa mengerti apa yang aku ajarkan, aku akui Nona Tania memang sangat pintar dan terkesan jenius, Aku baru mengerjakan beberapa hal tapi Nona Tania sudah hafal dan mengerti.
"Untuk saat ini sampai di sini dulu, Nona, besok kita lanjutkan lagi." Ujarku menutup pembelajaran hari ini.
"Terima kasih, Mbak Senja," sahut Tania dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
"Sama-sama, semoga apa yang Mbak ajarkan bisa bermanfaat untukmu," sahutku.
Tania berusia sekitar tujuh tahun, tapi pemikirannya lebih dewasa dari umurnya, seminggu ini Tania sedang libur sekolah setelah menghadapi ujian, karena itulah dia selalu ada di rumah dan menunggu kedatanganku di teras hampir setiap pagi beberapa hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments