"Kamu boleh masuk, silahkan!" ujar Pak Santo seraya membuka lebar pintu gerbang besar di hadapanku.
"Maaf, Pak, saya harus menemui siapa?" tanyaku yang merasa begitu bingung dengan apa yang harus aku lakukan setelah ini.
"Biar aku yang mengantarmu," jawab Pak Santo, meski dia terlihat pendiam dan terkesan berbicara seperlunya saja, tapi senyum ramah terlihat jelas di wajahnya.
Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Pak Santo sambil berjalan mengikuti langkahnya masuk ke dalam rumah yang jauh lebih mirip istana dari pada rumah.
'Astaga, rumah ini besar sekali, pantas saja Ibuku sakit, aku yakin dia pasti sangat lelah membersihkan semua ruangan ini, apa lagi dengan penghuninya yang aku yakini pasti ada banyak,' batinku mulai menduga-duga apa yang belum tentu terjadi, Ibuku memang sakit, tapi sakit yang dia rasakan saat ini bukan karena kelelahan, melainkan karena kakinya tertimpa piring pecah.
"Assalamualaikum," sapaku lirih sambil memperhatikan sekeliling rumah yang terlihat begitu mewah dan menawan.
"Permisi Tuan, ada yang ingin bertemu?" sapa Pak Santo yang cukup mengalihkan perhatian seorang pria yang pernah aku kenal.
"Iya, kenapa?" sahut pria itu.
'Mampus aku, kenapa ada pria sombong ini di sini? mana Pak Santo tadi manggil pria itu dengan sebutan Tuan pula,' batinku mulai berkomentar dengan apa yang baru saja aku lihat.
Pria itu menatap tajam ke arahku seolah ingin menerkamku hidup-hidiup, tapi sedetik kemudian tatapan tajam itu berubah dan beralih ke arah Pak Santo yang berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri.
"Siapa dia?" tanyanya kemudian sambil melirikku sekilas seolah menandakan bahwa pria itu bertanya tentangku.
"Dia puterinya Bu Sulastri, Tuan," jawab Pak Santo yang terlihat pendiam dan dia berbicara seperlunya saja.
"Suruh dia temui Oma di dapur!" tanpa komentar Pria itu memberi perintah seolah sudah mengerti dengan kedatanganku.
"Baik, Tuan," jawab Pak Santo.
"Silahkan ikut saya!" ucap Pak Santo yang langsung aku ikuti perintahnya tanpa memperdulikan keberadaan Pria menyebalkan bin sombong yang kini tersenyum licik melirik kehadiranku.
Jarak antara ruangan yang tadi aku datangi menuju dapur cukup jauh, hingga sampailah aku di dapur yang tak kalah mewah dari ruangan sebelumnya, sebelum sampai di dapur, ada ruangan yang bisa aku pastikan jika ruangan itu merupakan ruang makan, dengan meja panjang yang membentang di sepanjang ruangan itu, serta beberapa kursi yang berjajar rapi di sana.
"Permisi Oma," tegur Pak Santo yang tentu saja mengejutkan seisi ruangan, saat ini ada tiga orang yang sedang memasak dan yang satu sedang membersihkan ruangan, sedangkan di sana juga ada seorang Nenek yang kemarin aku tolong, Nenek itu terlihat baik-baik saja, sehat bugar seperti seseorang yang tidak mengalami kecelakaan, hal itu sangat kontras dengan keadaannya kemarin, terkulai lemas tak berdaya.
"Loh, bukankah kamu gadis yang sempat menolongku?" ujar Nenek tua yang saat ini di panggil Oma oleh Pak Santo.
"Benar, maaf, kemarin aku langsung pergi, aku ada urusan yang harus fi selesaikan makanya aku langsung pergi meninggalkan Nenek sendirian," Aku tak lagi bisa berkata selain mencari alasan tentang kepergianku yang tiba-tiba kemarin.
"Sudah, jangan bahas yang sudah terjadi, kamu kenapa bisa sampai di sini?" tanya Nenek.
"Dia puterinya Bu Sulastri, Oma," aku masih terdiam, sedikit terkejut melihat betapa Kaya nya Nenek yang kemarin sempat aku kira pengemis itu.
"Kamu puterinya Sulastri, pantas saja kamu baik, dan aku tahu dari mana kebaikan yang kamu miliki itu berasal," ujar nya.
"Maaf, Nenek, aku harus melakukan apa?" mendengar ucapan Nenek itu membuat aku bingung dan sedikit khawatir, aku takut jika apa yang terjadi bisa memperburuk pekerjaan Ibu di sini, aku harus bersikap biasa saja dan menunjukkan sikap penuh semangat bekerja agar tak mempengaruhi pekerjaan Ibu esok hari jika beliau kembali menjadi pembantu di sini.
"Panggil aku Oma! aku senang melihat semangatmu bekerja dan aku juga senang melihatmu begitu tulus menolong orang lain tanpa pamrih sedikitpun," ujar Nenek tua yang kemarin Ku tolong itu.
"Baiklah, Oma, saya datang kemari untuk bekerja menggantikan Ibu saya, jadi saya harap Oma memperlakukan Saya sama seperti yang lain dan memberi perintah pada saya sama seperti Oma memberi perintah pada yang lain," jelasku.
"Baiklah, Oma akan jelaskan apa tugasmu, Ibuku adalah juru masak, jadi tugasnya adalah memasak dan membersihkan alat masak setelah dia menggunakannya," Oma menjelaskan apa tugas Ibunya di rumah itu.
"Apa cuma itu tugasnya, Oma?" bukannya terkejut dan khawatir, aku malah menunjukkan ekspresi wajah biasa saja karena memang tugas yang di berikan oleh Oma sangat mudah untuk aku kerjakan, memasak adalah pekerjaanku sejak aku lulus sekolah, Ibu selalu mengajariku bagaimana caranya memasak dengan baik dan Benar.
"Apa kamu sanggup mengerjakannya?" Oma terlihat ragu dengan kemampuan yang aku miliki, tapi namaku bukan Senja jika aku tidak bisa melakukan apa yang baru saja Oma jelaskan.
"Tentu saja, jika hanya memasak aku sangat bisa Oma, katakan saja aku harus memasak apa hari ini! dan berapa porsi yang harus aku mask?" aku tak ingin membuat reputasi Ibuku menjadi buruk hanya karena aku yang menggantikannya, karena itulah aku mengiyakan semua yang Oma katakan tanpa menolak ataupun membantahnya sedikitpun.
"Masukkan aku ayam bakar dan tempe bacem lengkap dengan sambalnya!" Oma memberi perintah dan memberitahukan masakan apa yang harus aku masak untuk hari ini.
"Baiklah Oma, aku akan memasakkannya untuk keluarga Oma, tapi apa boleh Saya meminta satu orang untuk membantu saya masak, khusus untuk hari ini saja?" saya kembali mengatakan apa yang sebenarnya membuatku khawatir.
"Tentu saja boleh," jawab Oma dengan senyum yang mengembang di wajahnya, meski aku tidak tahu arti dari senyuman itu, tapi aku yakin jika saat ini Oma sedang menguji kemampuan yang aku punya
"Mbak Sari!" panggil Oma yang langsung di dengar dan di sahut oleh seorang Ibu-Ibu yang aku yakini seumuran denhan Ibuku.
"Iya, Oma, ada apa?" sahut nya seraya berjalan mendekat ke arah Oma.
"Hari ini tugasmu hanya menemani puteri Sulastri memasak, tunjukkan letak makanan, bumbu dan alat masak di sini, besok kamu bisa kembali melakukan pekerjaanku seperti biasa," ujar Oma dengan nada tegas yang penuh kewibawaan meski usianya sudah tua tapi pesona pemimpin masih jelas terlihat di wajahnya.
"Baik, Oma," jawab Ibu-Ibu yang di panggil Mbak Sati tadi.
"Silahkan ikuti saya!" sambungnya, sedang Pak Santo yang tadi mengantarmu sudah pergi setelah Oma tahu siapa diriku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments