"Hallo, ini siapa?" tanyaku sesaat setelah sambungan telfon aku angkat.
"Apa benar ini nomornya Mbak Senja?" suara renyah gadis kecil terdengar jelas di telinga, mendengar nada bicaranya terasa begitu familiar di telingaku, aku merasa seperti kenal dengan suara itu, tapi aku takut untuk mengatakannya. Pasalnya saat ini aku tak bisa melihat apapun kecuali kegelapan, sepertinya gadis kecil itu mematikan lampu di tempatnya sehingga aku tak bisa melihat wajahnya.
"Iya, ini siapa?" aku kembali bertanya berharap dia bisa menjawab dan mengatakan yang sebenarnya.
"Ini aku Mbak, Tania," jawab gadis kecil yang menelfonku dan ternyata dia adalah Tania, puteri kesayangan majikan dingin plus menyebalkan itu.
Sungguh aku terkejut mendengar suara gadis kecil yang tak ku sangka ternyata suara Tania, gadis tajir tapi kesepian.
"Tania dapat dari mana nomer Mbak Senja?" tanyaku yang kini merasa begitu penasaran dengan apa yang di lakukan oleh Tania.
"Bu Lastri mengajukan diri kerja di rumah sambil meninggalkan nomor ini jika ada sesuatu yang terjadi," Tania menjelaskan dari mana dia mendapatkan nomor Senja.
"Oh, Nona Tania telfon semalam ini ada apa?" aku kembali bertanya.
"Aku hanya ingin punya teman saat tidur, Mbak," jawab Tania polos.
"Loh, apa Nona Tania sendirian saat ini?" aku semakin penasaran dengan apa yang terjadi dan seperti apa keluarga Tuan Arka yang terkenal sebagai keluarga sempurna sepanjang masa.
"Bukan hanya saat ini Mbak, Aku selalu sendirian, selalu," ujar Tania yang aku yakini jika saat ini air matanya mengenang di pelupuk mata.
Sepanjang aku mengenal, Tania selalu mengalirkan air mata setiap kali dia menceritakan betapa pedih dan kesepiannya dirinya saat itu.
"Sudah jangan bersedih! Mbak Senja akan menghiburmu," ujarku sambil tersenyum manis ke arah Tania yang terlihat sedikit terhibur dengan senyuman yang aku berikan.
"Mbak Senja mau sholat atau baru selesai?" tanya Tania yang melihatku masih memakai mukenah yang menutupi kepalaku.
"Iya, apa Tania sudah sholat?" tanyaku.
Sebenarnya badan dan fikiranku sudah lelah setelah seharian bekerja dan memikirkan jawaban yang akan aku berikan pada Sam nanti, tapi mendengar suara Tania yang terdengar begitu kesepian membuatku terpaksa menyingkirkan semua rasa lelah yang hampir menguasai seluruh tubuhku.
"Tidak ada yang mengajariku sholat Mbak, sekalipun aku ingin mempelajarinya," sekali lagi aku terkejut dengan jawaban yang ku dengar, apa sebegitu tidak pedulinya kedua orang tua Tania sampai anaknya tak di ajari hal dasar dalam agamanya.
"Apa kedua orang tuamu sesibuk itu sampai mereka tidak sempat untuk mengajari hal dasar dalam agama kita?" setiap jawaban Tania selalu sukses membuat rasa penasaran dalam diriku kembali bangkit tanpa bisa aku kendalikan.
"Mereka bukan hanya sibuk Mbak, tapi mereka benar-benar tidak ada waktu untukku lagi, yang mereka tahu hanya satu, mereka sudah menyekolahkanku di sekolah favorit dan paling elit, itu sudah cukup untuk aku, mereka terlihat tidak begitu peduli soal agama," penjelasan Tania terdengar seperti seseorang yang sudah dewasa, dia sama sekali tidak terlihat seperti anak gadis yang sedang berbicara, apa mungkin semua kedewasaan yang saat ini aku lihat tumbuh karena tekanan atau tumbuh karena hilangnya sebuah perhatian.
"Jika Mbak punya kesempatan, suatu hari nanti Mbak yang akan mengajarkan semua soal agama padamu, jadi jangan bersedih ataupun merasa kesepian, kamu bisa menghubungi Mbak kapanpun kamu mau dan di manapun kamu berada, jika Mbak tidak sedang sibuk, maka Mbak akan mengangkat telfonnya dan menemani setiap kalinkamu merasa sepi.
"Aku pasti akan terus menghubungi Mbak Senja jika membutuhkan dan aku akan selalu mencari Mbak Senja setiap saat nanti, andai saja kalau Mommyku seperti Mbak Senja, maka aku akan merasa menjadi puteri paling beruntung di dunia ini," ujar Tania yang entah bagaimana ekspresinya, saat ini keadaan kamar masih terlihat sepi dan gelap, karena itulah aku tidak bisa melihat bagaimana ekspresi wajah Tania saat ini.
"Sudah malam, apa Nona Tania tidak tidur?" aku memang menjanjikan untuk menemani Tania setiap kali dia merasa kesepian, tapi aku tidak bisa berjanji selalu ada setiap kali dia membutuhkan, karena aku tidak selamanya bekerja di rumahnya, karena itulah aku berusaha mengalihkan arah pembicaraan yang semakin serius ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments