"Halo, ini siapa?" tanya seorang laki-laki dari seberang telepon.
"Maaf apa ini nomor cucunya orang yang punya HP ini?" tanyaku yang merasa bingung dengan panggilan yang harus aku sempatkan pada seseorang yang sedang ku telepon ini.
"Ya, kamu siapa? kenapa HP nenek saya ada di kamu?"dia balik bertanya.
"Maaf sebelumnya jika saya lancang, Nenek anda sedang mengalami kecelakaan dan saat ini dia terbaring lemas di tengah jalan," jawabku.
"Apa? kecelakaan, bagaimana bisa? Sekarang kamu dan nenek saya ada di mana?" Laki-laki itu memberondongiku dengan berbagai pertanyaan yang cukup membuatku bingung.
"Aku berada di jalan x dekat pertigaan kota A." Aku menjelaskan keberadaan kami berdua dengan harapan sang cucu bisa segera menjemput kami.
"Tunggu aku di situ!" Jawab nya.
"Pak, Bu! Tolong bantu aku mengangkat Nenek ini ke tepi. Karena keluarganya akan segera menjemputnya," tadi aku mencoba mencari batuan.
Nenek yang sedang aku tolong hanya terserempet dan yang menyerempet menabrak sebuah tiang, meski begitu tak ada korban jiwa ataupun darah yang tercecer karena keduanya hanya mendapatkan luka lecet, meskipun sang pengendara motor harus merelakan motornya yang hancur tak berbentuk.
"Apa Nenek ini baik-baik saja?" tanya seorang laki-laki yang tadi menyerempet sang nenek.
"Aku tidak tahu, bagaimana ceritanya kamu bisa menyerempet Nenek ini? "Aku mulai mencari tahu akar permasalahannya.
Sejak kecil aku sering melihat ayahku menolong banyak orang, karena itulah aku terbiasa menolong orang dan tak bisa diam saat melihat orang lain dalam kesusahan, entah karena keturunan atau aku memang sudah terbiasa untuk menolong orang aku tidak mengerti yang aku tahu saat ini jiwaku selalu meronta untuk segera menolong orang saat melihat orang lain sedang kesusahan.
"Nenek ini berjalan menyeberangi jalan tanpa melihat kiri dan kanan, Mbak, sungguh aku tidak tahu karena nenek ini tiba-tiba saja menyeberang," jawab sang pengendara motor.
"Apa kamu baik-baik saja?"tanyaku yang kini beralih melihat seorang laki-laki yang tadi menaiki motor dengan luka lecet di bagian kaki dan tangan juga dahi.
"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja tapi lihatlah apa yang terjadi dengan motorku, motorku hancur dan siapa yang akan mengganti rugi atas semua ini? Apa kamu cucunya atau kamu anaknya? " Jawab sang pengendara motor sambil kembali melempar pertanyaan padaku yang kini merasa bingung harus menjawab apa.
"Aku bukan anaknya dan aku juga bukan cucunya, aku sama sekali tidak mengenal Nenek ini, aku tadi hanya kasihan melihat dia tergeletak di tengah jalan,"aku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan siapa diriku ini.
"Aku tidak percaya jika kamu tidak punya hubungan apapun dengan Nenek ini, karena tidak mungkin ada orang menolong tanpa ada maksud atau hubungan darah seperti yang kamu katakan tadi." Sang pengendara motor itu masih saja ngotot dengan apa yang aku jelaskan dia terlihat tidak percaya dengan diriku yang sudah berkata jujur seperti ini.
"Kalau kamu tidak percaya tunggu saja di sini! Sebentar lagi cucunya akan datang dan menjemput nenek ini," ujarku.
Laki-laki itu tak menjawab ucapanku lagi, dia lebih memilih pergi mendekat ke arah motornya dan membersihkan kaca motor yang pecah.
Dia memang terlihat baik-baik saja, tapi aku yakin luka yang ada di tubuhnya itu pasti terasa perih dan sakit tapi laki-laki itu masih terlihat kuat dan bisa membersihkan pecahan motor miliknya yang berada di tepi jalan.
Sebuah mobil mewah yang kutahu pasti harganya miliaran rupiah terparkir tepat di harapanku, keluarlah seorang pria memakai jas rapi dan terlihat mahal dari dalam mobil, meski aku yakin umurnya tak lagi muda tapi ketampanan dan kewibawaannya masih terpancar jelas menggoda setiap wanita yang melihatnya.
"Nenek!" teriaknya seraya berlari mendekat ke arahku yang masih memangku kepala sang nenek yang entah siapa namanya.
Melihat dari penampilan cucu nenek yang kupangku, membuatku yakin jika nenek itu bukanlah orang biasa.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Nenek aku bisa sampai seperti ini?" tanya pria itu seraya menggantikanku memangku kepala Nenek yang terlihat lemas tak berdaya.
"Nenek anda menyeberang jalan sembarangan, beliau berjalan tanpa melihat ke kiri dan kanan, karena itulah nenek anda terserempet oleh dia," aku yang tak ingin disalahkan karena aku memang tidak salah lebih memilih menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dari pada harus diam dan membiarkan pria di hadapanku ini menyalahkanku.
"Maaf, apa kamu cucu dari Nenek ini? "Tanya seorang laki-laki yang tadi sempat menanyaiku dan mengira jika aku adalah cucu dari nenek yang saat ini masih tergeletak lemas di hadapanku.
"Iya, apa kamu orang yang telah menyerempet Nenekku ini?" tanya pria berjas mewah yang kini sedang memangku kepala sang Nenek yang sedang tak sadarkan diri.
"Iya, dan kau harus bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi, kenapa kau biarkan Nenek tua ini berkeliaran di jalan dan merugikan orang lain, lihatlah sepeda motorku! Hancur gara-gara aku menghindari Nenekmu yang sedang berjalan, kalau aku tidak menghindar tadi aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada Nenekmu itu," laki-laki yang merasa dirugikan karena telah menabrak nenek yang memang seharusnya tidak berjalan di jalan raya, pria itu terus mengoceh seolah meminta ganti rugi pada sang cucu.
"Sam!" Panggil pria di hadapanku ini dengan nada tegas yang membuat siapapun yang mendengar langsung terkejut dan berlari ke arahnya.
"Iya, Tuan," sahut seseorang yang juga terlihat begitu rapi dengan setelan jas berwarna hitam, sejak tadi dia berdiri tak jauh dari tempat cucu nenek yang ku tolong duduk, dia berjalan cepat mendekat ke arahnya.
"Urus semuanya!"titanya yang langsung dilaksanakan oleh orang yang terlihat seperti anak buahnya.
"Kamu ikut aku!" Dia kembali memerintah dan aku tidak tahu siapa yang dia perintah, karena itulah aku hanya diam mematung melihat bingung ke arahnya.
"Jangan diam saja! Cepat ikut aku!" Dia kembali memerintah sambil menatap tajam ke arahku.
"Apa orang yang kamu maksud itu aku?" tanyaku dengan ekspresi bingung yang mungkin terlihat jelas di wajahku.
"Ya, kamu pikir siapa lagi kalau bukan kamu? Masuk dan bantu aku menopang nenekku di dalam mobil!" Pria itu memberi perintah seolah-olah aku adalah bawahannya, tapi aku yang memiliki jiwa penolong tak bisa menolak orang yang terlihat kesusahan meskipun sebenarnya orang itu tidak pantas untuk ditolong.
Tanpa banyak berpikir aku berjalan mendekat ke arah pria itu yang kini kesulitan membuka pintu mobil.
"Jangan hanya diam saja, cepat bukakan pintu itu!" Laki-laki itu kembali memberi perintah dan aku terkejut mendengarnya bagaimana tidak terwujud suaranya saja sudah seperti petir di siang bolong.
Aku tak pernah naik ataupun masuk ke dalam mobil mewah ini, ngana itulah aku merasa bingung bagaimana cara membuka pintu pintu mobil yang ada di hadapanku itu.
"Aku tidak bisa membukanya, maaf," ujarku bingung.
"Astaga, kau kolot sekali, cuma buka pintu mobil saja kamu tidak bisa, berasal dari planet mana kamu?" Ujar pria itu dengan nada sombong dia menghinaku.
"Kalau kamu mau menghinaku jangan pernah meminta pertolonganku! Enak saja, sudah ditolong masih sempat-sempatnya menghina, buka sendiri dan gendong sendiri nenekmu itu!" Aku yang mulai emosi tak lagi memikirkan kondisi nenek yang saat ini berada di gendongan pria sombong di hadapanku itu, aku berjalan menjauh tanpa memperdulikannya lagi. Lebih baik aku pergi dari pada menolong orang bermulut sampah seperti dia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
bunda syifa
terkejut bukan terwujud ka'🙏
2023-08-29
0