Mulai Dari Awal

Tak sampai lima belas menit kemudian, Alesya sudah selesai membuat mie instan untuk Daniel. Dia segera menatanya ke dalam mangkuk, dan meletakkan di atas nampan bersama dengan kopi yang sudah dibuatnya sejak tadi. Setelah itu, Alesya segera membawa nampan tersebut menuju ruang tengah.

Namun, setelah sampai di ruang tengah, Alesya langsung menghembuskan napas berat. Dia melihat Daniel yang sudah tidur di atas sofa. Dengan gerakan pelan-pelan, Alesya meletakkan mie dan kopi tersebut diatas meja.

Alesya menatap wajah lelah Daniel. Sebenarnya, dia tidak tega membangunkan Daniel yang tampak sangat nyenyak sekali tidurnya. Namun, Alesya tahu jika Daniel pasti kelaparan. Mau tidak mau, Alesya segera membangunkan Daniel agar bisa menyantap makan siangnya tersebut.

"Da, bangun. Ini mie nya sudah siap," ucap Alesya sambil menggoyang-goyang lengan Daniel.

"Hhmmm." Bukannya bangun, Daniel hanya menggumam dan kembali tidur.

Alesya tidak menyerah. Dia kembali menggoyang-goyangkan lengan Daniel untuk membuat suaminya tersebut bangun. Ciieee suami 🤭

"Bangun, Da. Keburu dingin mie sama kopinya."

Masih tidak ada sahutan dari Daniel, akhirnya Alesya berniat untuk mencubit hidung Daniel. Dan, benar saja. Daniel langsung terbangun saat merasa kesulitan bernapas. Daniel mengerjap-ngerjapkan kedua matanya dan menatap sekitar. Dia melihat Alesya yang sedang membungkuk di dekatnya.

"Ngapain, lo?" tanya Daniel dengan wajah polosnya.

"Bangunin lo. Dibangunin dari tadi juga nggak bangun-bangun." Alesya mencebikkan bibir sambil berjalan menuju single sofa yang ada di depan sofa panjang yang tengah ditempati oleh Daniel.

Daniel segera beranjak duduk dan menatap mie instan buatan Alesya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Daniel segera mengambil mangkuk mie tersebut dan langsung melahapnya.

Alesya menemani Daniel sambil memainkan ponselnya. Dia membalas beberapa pesan yang masuk dari teman-temannya. Baik Alesya dan Daniel, tidak ada yang memberitahu teman-teman mereka terkait pernikahan dadakan yang mereka alami.

Daniel menatap tingkah Alesya yang sedang serius memainkan ponsel.

"Dari siapa?" tanya Daniel. Dia cukup penasaran dengan siapa Alesya bertukar pesan.

Alesya mendongakkan wajah dan menatap ke arah Daniel. 

"Dari Fani."

Daniel mencoba mengingat-ingat yang mana teman Alesya yang bernama Fani. Namun seperti biasa, Daniel tidak terlalu bisa mengingat wajah seseorang.

"Yang mana itu?"

Alesya mendesahkan napas beratnya.

"Itu, yang dulu pernah ketemu waktu survey lokasi KKN."

Lagi-lagi Daniel yang sangat lemah mengingat wajah orang, hanya bisa menganggukkan kepala. Dia memang termasuk orang yang tidak terlalu bisa mengingat orang, apalagi jika orang tersebut tidak ada hubungan dengannya.

Tak berapa lama kemudian, mie instan Daniel pun sudah tandas. Hal yang sama juga terjadi pada kopi Daniel. Sekarang, perutnya sudah terasa kekenyangan. Hingga rasa kantuk pun kembali terasa.

Namun, saat Daniel hendak memejamkan mata, terdengar panggilan dari arah ruang tamu rumah Alesya. Rupanya, mama Daniel memanggilnya untuk membantu para bapak membereskan rumah. Mau tidak mau, Daniel pun segera beranjak.

Alesya segera membereskan mangkuk dan gelas yang dipakai oleh Daniel. Setelah itu, dia juga langsung bergegas membantu di rumah Daniel. Menjelang petang, aktivitas membereskan tempat acara tadi pagi sudah selesai dilakukan. Kini, semua orang tengah bersiap untuk membersihkan diri.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Daniel. Lagi-lagi, dia terpaksa pulang ke rumah Alesya karena saat ini kamarnya sudah dipakai oleh Mila dan keluarganya. Apalagi, Mila memiliki anak yang masih berusia delapan bulan.

Alesya sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Dia memang pulang lebih dulu dari pada Daniel.

Daniel tampak bingung harus mandi dimana. Entah mengapa dia mendadak merasa canggung saat berada di rumah Alesya. Biasanya, dia merasa biasa-biasa saja saat memasuki rumah tersebut. Daniel juga sudah biasa keluar masuk ke dalam kamar Alesya. Tapi untuk saat ini, entah mengapa dia merasa berbeda.

Daniel yang baru saja memasuki rumah, mendengar suara-suara ayah dan ibu mertuanya dari arah dapur. Mungkin, ayah minta dibuatkan jus alpukat seperti biasa. 

"Duh, gue harus kemana ini? Mau mandi di kamar mandi bawah, apa ayah dan ibu di dapur," gumam Daniel sambil berjalan menuju dapur.

Ayah yang lebih dulu melihat kedatangan Daniel. Beliau langsung memanggil Daniel agar mendekat.

"Sudah selesai tadi?" tanya ayah begitu Daniel sudah duduk di kursi yang menghadap mini bar di dapur tersebut.

"Sudah, Yah. Semua sudah dibereskan."

Ayah tampak manggut-manggut setelah mendengar ucapan Daniel.

"Kamu sudah mandi?" tanya Ayah lagi.

"Belum, Yah. Kamar mandi di rumah penuh. Mana antri lagi." Daniel mendesahkan napas beratnya.

"Kamu ke kamar Caca saja. Sepertinya dia sudah selesai mandi. Sudah sejak tadi dia pulang."

"Eh?" Daniel mendadak gugup. Entah mengapa dia merasa seperti itu.

Ayah yang menyadari jika Daniel tengah gugup, langsung mengulas senyumannya.

"Semua ada awalnya, Dan. Mungkin, saat ini kamu merasa canggung dan aneh. Tapi, semua itu harus dimulai. Mau sampai kapan kalian akan merasa canggung-canggung seperti ini?"

"I-iya, Yah."

"Mulai malam ini, kamu sudah harus tidur di kamar Caca. Kamar kamu dipakai Mila, kan? Dan, ayah yakin semua kamar di rumah kamu sudah penuh semua."

Daniel hanya mengangguk-anggukkan kepala. Memang benar apa yang dikatakan ayah tadi. Semua kamar di rumahnya sudah ditempati oleh keluarga besarnya. Bahkan, kamar kakaknya pun juga ditempati oleh nenek.

Mau tidak mau, Daniel memantapkan hati untuk beranjak menuju kamar Alesya. Daniel menoleh ke arah meja kecil di dekat ruang tengah tempat dimana dia meletakkan kresek yang berisi baju gantinya tadi sudah tidak ada. Kemungkinan besar, baju tersebut sudah dibawa oleh Alesya ke kamar.

Ketika sampai di lantai dua rumah Alesya, entah mengapa Daniel menjadi semakin gerah. Bukan apa-apa, tapi dia sudah mulai kikuk saat membayangkan apa yang akan dilakukannya dengan Alesya nanti. 

Daniel langsung membayangkan adegan yang normalnya dilakukan oleh pasangan pengantin baru. Mulai dari pegang sana pegang sini, cium sana cium sini, bahkan naik dan dinaiki.

"Astaga. Apa yang gue pikirin, sih? Ini kenapa otak gue mendadak larinya ke adegan dua puluh satu plus plus, sih?" Daniel memukul-mukul kepalanya dengan punggung tangan. Dia berharap otak ngeresnya bisa hilang dengan melakukan hal itu.

Setelah beberapa saat kemudian, Daniel memberanikan diri untuk memasuki kamar Alesya. Dia yang memang sudah terbiasa keluar masuk kamar tersebut tanpa harus mengetuk pintu terlebih dahulu, langsung melakukan kebiasaannya. 

Ceklek.

Pintu terbuka. Daniel melongokkan kepala ke dalam kamar tersebut. Dia tidak melihat keberadaan Alesya di dalam kamar. Namun, sayup-sayup dia mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Rupanya, Alesya masih belum selesai membersihkan diri.

Daniel segera masuk dan menutup pintu kamar tersebut. Dia merebahkan diri diatas karpet bulu tebal yang terhampar di depan televisi tersebut. Entah mengapa rasanya sangat nyaman bagi Daniel. Mungkin, karena tubuh Daniel membutuhkan istirahat. Tak butuh waktu lama, Daniel rupanya sudah langsung terlelap. 

Hingga beberapa saat kemudian, Alesya sudah selesai dengan aktivitasnya membersihkan diri. Dia juga sudah mengganti bajunya, karena ada tempat penyimpanan lemari bajunya ada di sebelah kamar mandi. 

Alesya cukup terkejut saat mendapati keberadaan Daniel di kamarnya. Sebenarnya, hal ini sudah mengusik pikiran Alesya sejak tadi siang. Dia sudah mencoba berdamai dengan hatinya.

"Kok sudah ada disini saja nih orang? Mana molor lagi?" gumam Alesta sambil berjalan menuju meja rias.

Alesya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 16.37 sore. Dia segera menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim sebelum membangunkan Daniel. Alesya ingin memberikan sedikit waktu untuk Daniel beristirahat.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Alesya sudah selesai. Dia segera beranjak membangunkan Daniel untuk segera mandi dan sholat. 

"Da, ayo bangun. Sudah hampir jam lima sore, nih." Alesya menggoyang-goyangkan lengan Daniel.

Kali ini, Daniel bisa langsung bangun dalam sekali percobaan. Dia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya sambil menatap ke arah Alesya.

"Lo sudah selesai?" tanya Daniel sambil beranjak duduk.

"Sudah. Buruan mandi, gih. Gue sudah taruh baju lo di gantungan pintu lemari baju di dalam. Ada handuk baru juga di sana yang bisa kamu pakai," ucap Alesya sambil melepas mukenanya.

Kening Daniel berkerut. "Lo siapin baju gue?" 

"Hhhmmm. Gue ambil dari kresek yang lo taruh di meja tadi."

"Berarti lo juga siapin ****** ***** gue juga, dong? Lo bayangin isinya nggak?"

"Uhuk."

***

Kira-kira, bakal ada kegesrekan nggak ya disini? 🤭

Jangan lupa tinggalkan jejak buat othor ya. Terima kasih. 🤗

Terpopuler

Comments

Odaniel Slt

Odaniel Slt

ahaaayyy

2023-10-13

0

Fitri Saniah

Fitri Saniah

lanjut❤

2023-07-23

0

💃MINgkar mingKURING ukoro🕺

💃MINgkar mingKURING ukoro🕺

maklum Nil, kamu toh sudah dewasa

2023-06-18

0

lihat semua
Episodes
1 Numpang Sarapan
2 Ulah Kudanil
3 Debat Lagi
4 Menuju Lokasi KKN
5 Perkara Gagang Cangkul
6 Kampus
7 Rengekan Daniel
8 Butik
9 Kedai
10 Cerita Daniel
11 Persiapan Hari H
12 Kejutan Dini Hari
13 Permintaan Keluarga
14 Alhamdulillah Sah
15 Numpang Mandi
16 Mulai Dari Awal
17 Canggung
18 Penjelasan Daniel
19 Daniel Minta Dirukiah
20 Pacaran Halal
21 Sudah Tahu Pemenangnya
22 Nafkah Daniel
23 Permintaan Tolong
24 Aktivitas di Rumah
25 Rencana Daniel
26 Alasan Daniel
27 Tindakan Tiba-Tiba
28 Mengantar Mertua
29 Pertemuan
30 Menunggu Daniel
31 Berusaha Menjelaskan
32 Cicilan Daniel
33 Pacaran Halal Jilid Dua
34 Jamu
35 Hari H Bagian 1
36 Hari H Bagian 2
37 Mau Ngapain?
38 Bertemu Teman
39 Kamu Mau?
40 Obat Pilek
41 Kenapa Sekarang?
42 Selimut Kulit
43 Belajar dari Mana?
44 Berangkat KKN
45 Pelan-pelan
46 Boleh Kenalan?
47 Telepon Daniel
48 Pertanyaan Nick
49 Dapur
50 Pengakuan
51 Kangen?
52 Tugas Pertama
53 Jamur
54 Ikut Pulang Saja
55 Hubungannya Apa?
56 Temani Aku
57 Ini Istri Saya
58 Keputusan Daniel
59 Klarifikasi Daniel
60 Menuruti Daniel
61 Pemanasan
62 Sensasi Awal
63 Sensasi Inti
64 Sensasi Penutup
65 Kok Sudah Bangun?
66 Sarapan Dulu
67 Ada Yang Baper
68 Kembali Ke Pos
69 Telepon
70 Bukan Udang, Tapi Lobster
71 Tidak Tinggal Diam
72 Tidak Sabar Lagi
73 Kedatangan Daniel
74 Malu
75 Ariel Dan Briana
76 Mengamuk
77 Kerusuhan Pagi
78 Penjelasan
79 Kecurigaan Daniel
80 Kecolongan
81 Ajakan Galih
82 Tumbal
83 Cerita Galih dan Nick
84 Kecelakaan
85 Mulai Terungkap
86 Kaget
87 Cerita Gea 1
88 Cerita Gea 2
89 Pulang
90 Jangan Bermimpi
91 Bukan Balapan
92 Hendak Balik
93 Kembali Pulang
94 Minta Ritual
95 Telepon Tengah Malam
96 Butuh Wadahnya
97 Mengunjungi Desi
98 Tawaran untuk Daniel
99 Tidak Sengaja Bertemu
100 Pertemuan
101 Obrolan
102 Mampir ke Tempat Kakak
103 Penjelasan Kakak 1
104 Penjelasan Kakak 2
105 Penjelasan Kakak 3
106 Mantri
107 Cerita Sebenarnya
108 Belajar Praktik
109 Rem Blong
110 Kejutan Pagi
111 Tidak Capek
112 Hattrick
113 Galau
114 Perkara Sarapan
115 Telepon Alesya
116 Balik ke Jakarta
117 Tamu?
118 Ada Hal Penting?
119 Panggil Nama Saja
120 Tidak Bisa
121 Kami Sudah Tahu
122 Saya Akan Datang
123 Persiapan
124 Penghilang Stress
125 Tambah Semangat
126 Sah!
127 Dijalani Saja
128 Sudah Halal, Kan?
129 Makan Malam
130 Pembiasaan
131 Biar Semua Tahu
132 Gempa
133 Wisuda?
134 Tidak Sabar
135 Malu Jika Dilihat
136 Anak Siapa?
137 Nunggu Apa Lagi?
138 Jangan Ditahan
139 Pagi Pertama
140 Kedondong
141 Trauma Daniel
142 Hasil Tes
143 Kejutan 1
144 Kejutan 2
145 Kejutan 3
146 Reka Ulang
147 Mengunjungi Dokter
148 Kembali Bekerja
149 Tambah Usaha
150 Baterai Habis
151 Sarapan
152 Membantu Anggi
153 Pokoknya Ikut
154 Kehilangan Bayi
155 Ke Jogja
156 Ke Dokter
157 Kebetulan
158 Teman Kantor
159 Bertemu Senior
160 Obrolan Dengan Senior
161 Kamu Tidak Apa-apa?
162 Cerita Alesya
163 Meminta Bantuan
164 Makan Malam Terlambat
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Numpang Sarapan
2
Ulah Kudanil
3
Debat Lagi
4
Menuju Lokasi KKN
5
Perkara Gagang Cangkul
6
Kampus
7
Rengekan Daniel
8
Butik
9
Kedai
10
Cerita Daniel
11
Persiapan Hari H
12
Kejutan Dini Hari
13
Permintaan Keluarga
14
Alhamdulillah Sah
15
Numpang Mandi
16
Mulai Dari Awal
17
Canggung
18
Penjelasan Daniel
19
Daniel Minta Dirukiah
20
Pacaran Halal
21
Sudah Tahu Pemenangnya
22
Nafkah Daniel
23
Permintaan Tolong
24
Aktivitas di Rumah
25
Rencana Daniel
26
Alasan Daniel
27
Tindakan Tiba-Tiba
28
Mengantar Mertua
29
Pertemuan
30
Menunggu Daniel
31
Berusaha Menjelaskan
32
Cicilan Daniel
33
Pacaran Halal Jilid Dua
34
Jamu
35
Hari H Bagian 1
36
Hari H Bagian 2
37
Mau Ngapain?
38
Bertemu Teman
39
Kamu Mau?
40
Obat Pilek
41
Kenapa Sekarang?
42
Selimut Kulit
43
Belajar dari Mana?
44
Berangkat KKN
45
Pelan-pelan
46
Boleh Kenalan?
47
Telepon Daniel
48
Pertanyaan Nick
49
Dapur
50
Pengakuan
51
Kangen?
52
Tugas Pertama
53
Jamur
54
Ikut Pulang Saja
55
Hubungannya Apa?
56
Temani Aku
57
Ini Istri Saya
58
Keputusan Daniel
59
Klarifikasi Daniel
60
Menuruti Daniel
61
Pemanasan
62
Sensasi Awal
63
Sensasi Inti
64
Sensasi Penutup
65
Kok Sudah Bangun?
66
Sarapan Dulu
67
Ada Yang Baper
68
Kembali Ke Pos
69
Telepon
70
Bukan Udang, Tapi Lobster
71
Tidak Tinggal Diam
72
Tidak Sabar Lagi
73
Kedatangan Daniel
74
Malu
75
Ariel Dan Briana
76
Mengamuk
77
Kerusuhan Pagi
78
Penjelasan
79
Kecurigaan Daniel
80
Kecolongan
81
Ajakan Galih
82
Tumbal
83
Cerita Galih dan Nick
84
Kecelakaan
85
Mulai Terungkap
86
Kaget
87
Cerita Gea 1
88
Cerita Gea 2
89
Pulang
90
Jangan Bermimpi
91
Bukan Balapan
92
Hendak Balik
93
Kembali Pulang
94
Minta Ritual
95
Telepon Tengah Malam
96
Butuh Wadahnya
97
Mengunjungi Desi
98
Tawaran untuk Daniel
99
Tidak Sengaja Bertemu
100
Pertemuan
101
Obrolan
102
Mampir ke Tempat Kakak
103
Penjelasan Kakak 1
104
Penjelasan Kakak 2
105
Penjelasan Kakak 3
106
Mantri
107
Cerita Sebenarnya
108
Belajar Praktik
109
Rem Blong
110
Kejutan Pagi
111
Tidak Capek
112
Hattrick
113
Galau
114
Perkara Sarapan
115
Telepon Alesya
116
Balik ke Jakarta
117
Tamu?
118
Ada Hal Penting?
119
Panggil Nama Saja
120
Tidak Bisa
121
Kami Sudah Tahu
122
Saya Akan Datang
123
Persiapan
124
Penghilang Stress
125
Tambah Semangat
126
Sah!
127
Dijalani Saja
128
Sudah Halal, Kan?
129
Makan Malam
130
Pembiasaan
131
Biar Semua Tahu
132
Gempa
133
Wisuda?
134
Tidak Sabar
135
Malu Jika Dilihat
136
Anak Siapa?
137
Nunggu Apa Lagi?
138
Jangan Ditahan
139
Pagi Pertama
140
Kedondong
141
Trauma Daniel
142
Hasil Tes
143
Kejutan 1
144
Kejutan 2
145
Kejutan 3
146
Reka Ulang
147
Mengunjungi Dokter
148
Kembali Bekerja
149
Tambah Usaha
150
Baterai Habis
151
Sarapan
152
Membantu Anggi
153
Pokoknya Ikut
154
Kehilangan Bayi
155
Ke Jogja
156
Ke Dokter
157
Kebetulan
158
Teman Kantor
159
Bertemu Senior
160
Obrolan Dengan Senior
161
Kamu Tidak Apa-apa?
162
Cerita Alesya
163
Meminta Bantuan
164
Makan Malam Terlambat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!