Alesya langsung tersedak salivanya sendiri setelah mendengar celetukan Daniel. Entah mengapa dia merasa malu meski hanya mendengar godaan Daniel.
"Apaan sih, Da. Nggak usah aneh-aneh, Deh." Alesya berusaha bersikap tenang menanggapi gurauan Daniel.
"Ya, mana gue tahu, Le. Siapa tau lo sempat bayangin bagaimana isi daalaaman celana gue," seloroh Daniel sambil berjalan menuju kamar mandi.
Alesya hanya mendengus kesal setelahnya. Dia menggerutu sambil berjalan mengembalikan mukena yang batu saja dipakainya.
Sore itu, masih diwarnai dengan perdebatan-perdebatan kecil dari Alesya dan Daniel. Entah mengapa mereka masih saja berdebat. Atau mungkin, hal itu menjadi salah satu cara yang dapat mereka lakukan untuk mengurangi kecanggungan.
Malam itu, seluruh keluarga keluarga besar Daniel dan Alesya makan malam bersama di rumah Daniel. Mereka makan bersama di ruang tengah dengan cara lesehan.
Awalnya, Daniel dan Alesya duduk terpisah. Daniel duduk di samping kakek, sedangkan Alesya duduk di samping Desi, kakak iparnya. Namun, mama Daniel meminta putranya tersebut untuk pindah di samping Alesya. Mau tidak mau, Daniel pun segera beranjak.
Alesya yang melihat para istri mengambilkan makanan untuk para suaminya, juga melakukan hal yang sama. Dia tidak mau dianggap orang yang tidak bisa melayani suaminya.
"Mau makan pakai lauk apa?" bisik Alesya sambil mengarahkan wajahnya ke arah Daniel. Alesya sudah mengambilkan nasi, dan kini hendak mengambil lauk.
"Sambal goreng ati sama sambal," jawab Daniel tak kalah berbisik.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Alesya segera mengambilkan lauk untuk Daniel. Tak lupa juga Alesya mengambilkan kerupuk. Dia cukup tahu jika Daniel sangat suka kerupuk. Setelah memberikan piring kepada Daniel, Alesya juga langsung mengambil makanannya sendiri.
Acara makan malam tersebut berlangsung hangat. Sesekali diselingi dengan candaan ringan. Seluruh keluarga besar tampak sangat akrab dengan Alesya dan keluarganya. Maklum, mereka sudah saling mengenal selama bertahun-tahun.
Setelah acara makan malam, para laki-laki memutuskan untuk mengobrol di teras samping sambil menikmati kopi dan makanan ringan. Sementara para perempuan, sedang membantu membersihkan makan malam tadi. Mereka juga sesekali mengobrol tentang persiapan acara resepsi pernikahan.
Hingga menjelang pukul sepuluh, Alesya dan ibu berpamitan. Sementara Daniel dan ayah, masih mengobrol bersama yang lainnya.
"Ca, ibu tahu jika kamu dan Daniel sudah saling mengenal sejak kecil. Tapi, kali ini kalian harus berusaha untuk lebih saling mengenal. Dan, semua itu diawali dari dalam kamar."
"Ibu minta, kalian berusaha untuk saling membuka hati. Ibu yakin, Daniel adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Dia juga sangat peduli dengan kamu. Jadi, ibu minta kamu jangan selalu mengajaknya berdebat," ucap ibu setelah memasuki rumah.
"Iya, Bu."
Alesya hanya mengiyakan ucapan ibu. Bukannya dia tidak mau melakukannya, tapi rasanya masih sulit dan seperti tidak nyata. Bisa dibayangkan, dari Alesya dan Daniel yang awalnya sahabatan, dalam waktu sehari mereka sudah berubah status menjadi sepasang suami istri.
Setelah memberikan wejangan, ibu dan Alesya segera beranjak menuju kamar masing-masing. Mereka benar-benar ingin beristirahat malam itu.
Awalnya, Alesya ingin langsung tidur sebelum membersihkan diri. Namun, ada sebuah pesan dari grup kelompok KKN nya untuk segera menyelesaikan dan mengirim proposal program yang dibuatnya. Alhasil, mau tidak mau dia langsung mengambil laptop dan mulai mengerjakan tugasnya. Beruntung Alesya hanya tinggal merevisi proposal yang sudah dibuatnya sejak seminggu yang lalu.
Di tengah-tengah aktivitasnya merevisi proposal program, terdengar sebuah ketukan kecil dari arah pintu. Alesya yakin jika itu adalah Daniel. Menyadari jika suaminya sudah pulang, entah mengapa wajah Alesya menjadi terasa panas. Dia mendadak gugup dengan jantung berdegup lebih cepat.
Tok tok tok.
Karena belum ada jawaban dari Alesya, terdengar lagi ketukan dari arah pintu. Alesya yang tersadar pun langsung mempersilahkan Daniel untuk masuk.
"Masuk," ucap Alesya.
Setelah mendengar jawaban dari Alesya, Daniel membuka pintu kamar tersebut perlahan. Hingga tatapan kedua pasang mata keduanya langsung bertemu. Entah mengapa mereka mendadak canggung.
Daniel mendorong pintu kamar agar bisa terbuka dengan lebar. Setelahnya, Daniel segera melangkah memasuki kamar tersebut dan menutup kembali pintunya.
"Belum tidur?" tanya Daniel berbasa basi.
"Belum. Masih ngerjain proposal," jawab Alesya sambil melirik ke arah tangan Daniel yang sedang membawa kresek besar. "Apa itu?" tanya Alesya sambil tidak memindahkan tatapannya dari arah tangan Daniel.
"Oh, ini? Baju ganti. Mama memintaku membawa beberapa baju ganti agar nanti tidak bolak balik," jawab Daniel salah tingkah.
"Oh, begitu." Alesya mengangguk-anggukkan kepala mengerti. "Taruh saja di dalam. Biar gue beresin habis gini."
"Hhmmm."
Daniel segera berjalan menuju walk in closet mini milik Alesya. Dia juga berniat untuk membersihkan diri.
Alesya menatap sekilas ke arah Daniel yang sudah hilang di balik pintu. Dia hanya bisa mendesahkan napas berat sambil menenangkan degup jantungnya yang masih belum normal.
Tak butuh waktu lama, Alesya sudah mengirimkan file yang berisi proposal program ke grup KKN. Setelahnya, dia segera membereskan laptop dan perlengkapannya.
Alesya menoleh ke arah tempat tidur. Dia mendesahkan napas beratnya setelah menyadari jika mulai malam ini, dia akan berbagi ranjang dengan Daniel, sahabatnya sejak kecil yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya.
Alesya menarik sprei dan menggantinya dengan sprei baru. Dia tidak ingin Daniel tidak nyaman dengan sprei yang sudah beberapa hari ditempatinya tersebut.
Ketika Alesya sedang membenahi sprei, terlihat Daniel keluar dengan celana kolor pendek dan kaos putih tipis yang masih basah di beberapa tempat. Rupanya, Daniel baru saja mandi. Kebiasaan Daniel yang selalu mandi sebelum tidur memang sudah dari dulu dilakukannya. Alesya sudah cukup hafal dengan hal itu.
Daniel menghentikan langkah kakinya di dekat meja rias Alesya. Tangannya masih menggosok-gosok rambutnya yang masih sedikit basah dengan handuk kecil.
"Kenapa diganti?" tanya Daniel.
Alesya langsung menoleh ke arah Daniel. Rupanya, Alesya tidak menyadari jika Daniel sudah keluar dari kamar mandi. Dia yang sedang membelakangi arah kamar mandi, tidak mendengar suara pintu terbuka.
"Yang lama sudah kotor," jawab Alesya singkat.
"Mau gue bantu?"
Alesya menggelengkan kepala. "Nggak usah. Tinggal pasang sarung bantal doang ini, kok."
Daniel langsung mengangguk mengerti. Dia menoleh ke arah meja rias Alesya dan melihat pengering rambut.
"Le, gue pinjam pengering rambut lo, ya. Masih basah nih rambut gue," ucap Daniel.
"Iya, pakai saja."
Daniel segera mengambil pengering rambut tersebut dan langsung mencolokkannya ke listrik. Setelahnya, Daniel segera mengeringkan rambutnya tersebut.
Alesya sudah selesai merapikan sprei baru tersebut. Setelah menata selimut, bantal dan guling, Alesya langsung membawa sprei kotor tadi ke tempat pencucian di bawah. Dia akan mencucinya esok hari.
Sebelum kembali ke kamar, Alesya mengambil air putih di dalam botol air mineral yang biasa dipakainya. Alesya mengedarkan pandangan, tapi tidak menemukan tanda-tanda keberadaan ayah dan ibunya. Mungkin, mereka sudah berada di dalam kamar.
Alesya hanya bisa memantapkan hati jika malam ini dia harus berbagi kamar dan tempat tidur dengan Daniel. Tak berlama-lama, Alesya segera berjalan kembali menuju kamar.
Begitu memasuki kamar, Alesya melihat Daniel sudah selesai mengeringkan rambut. Dia juga sudah menyimpan handuk basahnya di jemuran handuk yang ada di depan kamar mandi.
"Ehm, gu-gue tidur dimana?" tanya Daniel. Dia menatap tempat tidur dan karpet bulu yang ada di depan televisi bergantian.
Alesya memantapkan hati untuk menjawab pertanyaan Daniel. Benar kata ibu dan ayahnya tadi sore. Dia harus berusaha memulai pernikahan ini dengan baik.
"Di atas, lah. Emang lo mau tidur di bawah?" jawab Alesya sambil berusaha bersikap cuek. Padahal, dalam jantungnya sudah mulai mereog tidak karuan.
"Yakin nih, gue boleh tidur di atas? Lo nggak takut sama gue?"
"Cckkk. Nggak, lah. Ngapain juga gue takut sama lo. Lo mah nggak ada nakut-nakutinnya."
"Eh, serius? Yakin lo nggak takut gue tidurin?"
"Lho, kok?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Fitri Saniah
lanjut ❤
2023-07-23
0
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
emboh Nil, jangan mancin2 napa🤭
2023-06-18
0
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
aman jantung Ca
2023-06-18
0