Ketika Alesya tengah terlelap, sayup-sayup dia mendengar ada yang memanggil-manggil namanya sambil menggedor-gedor pintu. Alesya membuka kedua matanya dan menajamkan pendengaran.
Setelah yakin jika memang suara tersebut adalah suara sang ibu, Alesya langsung menyalakan lampu kamar dan segera beranjak turun dari tempat tidur. Dia melirik ke arah jam dinding sambil berjalan menuju pintu untuk membukanya.
"Jam tiga subuh? Ada apa ibu membangunkan jam segini?" gumam Alesya sambil meraih handle pintu kamarnya.
Ceklek.
Alesya membuka pintu. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah sendu sang ibu. Sepertinya, ibunya tersebut baru saja menangis. Alesya bisa melihat sisa-sisa air mata yang masih membekas di bawah mata sang ibu. Alesya mendadak panik saat melihat keadaan ibunya tersebut.
"Bu, ada apa? Ibu habis menangis, ya? Ada apa, Bu?" Alesya langsung memberondong ibunya dengan pertanyaan.
Ibu menatap wajah putrinya tersebut dengan tatapan sendu. Setelahnya, ibu membelai pipi Alesya dengan lembut.
"Kamu cuci muka dulu ya, Ca. Setelah itu, Ibu tunggu di ruang tengah. Kami semua menunggu kamu di sana," ucap ibu.
Kening Alesya berkerut. Dia masih belum mengerti maksud ucapan ibundanya tersebut.
"Ruang tengah? Ada apa, Bu?" Alesya masih tampak penasaran.
"Sudah, kamu cuci muka dulu. Nanti ibu jelaskan setelah kamu selesai. Ibu tunggu di bawah, ya." Ibu berucap sambil kembali mengusap pipi Alesya.
Alesya yang masih bingung pun hanya terdiam sambil menatap punggung ibunya yang sudah hilang tak terlihat saat menuruni tangga. Hingga beberapa saat kemudian, Alesya segera beranjak menuju kamar mandi dan langsung mencuci muka. Tak lupa juga dia menggosok gigi agar tidak menimbulkan bau saat berbicara nanti.
Setelah memastikan penampilannya cukup wajar, Alesya segera beranjak keluar dari kamar. Dia langsung menuju ruang tengah. Ketika sampai di sana, Alesya cukup terkejut dengan kehadiran Daniel, beserta kedua orang tuanya. Apalagi, hampir semua wajah mereka terlihat sendu.
Alesya yang awalnya tidak menyadari keadaan Daniel, langsung memekik kaget saat melihat bibirnya bengkak. Ada juga bekas darah yang masih tersisa di kerah bajunya dan di rahang sebelah kiri.
"Ya Allah, Da. Kenapa ini bibir bisa bengkak begini? Ini juga darah apalagi? Lo habis ngapain, sih?" Alesya langsung mengambil tempat duduk di dekat Daniel dan memeriksa apa ada luka lagi di bagian wajah Daniel. Alesya menolehkan kepala Daniel ke kiri dan ke kanan untuk memeriksa luka-luka tersebut.
"Sudah, nggak ada, ih." Daniel mengelak dari tangan Alesya yang hendak memeriksa lehernya.
Tindakan Alesya tersebut tak luput dari perhatian para orang tua. Sebenarnya, mereka sudah tidak asing lagi dengan interaksi Daniel dan Alesya. Meskipun mereka sering bertengkar dan selalu saja ada hal yang diperdebatkan, namun mereka tahu jika keduanya saling peduli.
Setelahnya, Alesya langsung menoleh ke arah para orang tua. Dia masih belum bisa mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Ini sebenarnya ada apa, Bu? Yah?" Alesya mengalihkan pandangannya kepada ayah dan ibunya.
Kedua orang tua Alesya tersebut tampak berpandangan sebelum menjawab pertanyaan Alesya. Setelah memantapkan hati, akhirnya ayah Alesya membuka suara.
"Ca, sebelum ayah menjawab pertanyaan kamu, ayah akan menceritakan sesuatu. Tapi, ayah minta kamu jangan menyela apa yang akan ayah ceritakan."
Kening Alesya langsung berkerut. Dia benar-benar bingung apa yang sebenarnya terjadi. Namun demikian, Alesya tetap menuruti permintaan sang ayah.
"Iya, Yah." Alesya langsung mengangguk mengiyakan.
Sebelum memulai bercerita, Ayah Alesya menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.
"Tadi, mungkin sebelum kamu pulang, kamu melihat Daniel berangkat untuk mengambil bunga pesanan mamanya," ucap ayah Alesya yang segera diangguki oleh Alesya.
"Awalnya, Daniel memang pergi menuju toko bunga untuk mengambil pesanan bunga tersebut. Tapi saat hendak pulang, Daniel berbelok ke arah SMA kalian dulu untuk membeli nasi goreng. Namun, saat dia melewati rumah sakit permata, Daniel melihat seseorang yang dikenalnya tengah berjalan terburu-buru menyeberang kembali ke arah rumah sakit tersebut."
"Karena penasaran, Daniel memutuskan untuk menghentikan mobil di rumah sakit dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi."
"Daniel berjalan menuju IGD karena dia melihat orang tersebut di sana. Dan, begitu sampai di IGD tersebut, sebuah kenyataan pahit baru diketahui." Ayah menghentikan ceritanya, dan menatap ke arah Daniel dan kedua orang tuanya.
Sementara Alesya, semakin oenasaran dengan cerita sang ayah. Alesya ingin sekali bertanya, tapi dia sudah berjanji untuk tidak menyela cerita ayahnya.
"Kamu tahu siapa orang yang dilihat Daniel itu, Ca?" tanya ayah sambil menatap ke arah Alesya. Tentu saja Alesya langsung menggelengkan kepala karena tidak menemukan ide apapun saat itu.
"Dia adalah Angga. Calon kakak ipar Daniel," ucap Ayah.
Kening Alesya lagi-lagi berkerut. Dia masih belum bisa menarik kesimpulan dari cerita ayahnya.
"Awalnya, Daniel mengira jika Angga terluka atau ada salah seorang keluarganya yang sedang dirawat. Namun ternyata, dugaan Daniel tersebut salah. Angga bukannya menunggui keluarganya, namun dia menunggui istrinya yang sedang ada masalah dengan kandungannya."
Mendengar cerita ayahnya, Alesya langsung membulatkan kedua mata dan mulutnya. Kali ini, dia tidak sanggup lagi jika hanya diam saja tanpa bersuara.
"A-apa maksdunya dengan menunggui istrinya yang sedang hamil, Yah? Kak Desi kan tidak hamil. Dia ada di rumah, kan?" tanya Alesya pada akhirnya.
Kali ini, bukan ayah yang menjawab pertanyaan Alesya, namun Daniel lah yang menjawab pertanyaan tersebut.
"Dia adalah laki-laki breengsekk. Ternyata selama ini dia sudah menikah diam-diam dengan selingkuhannya yang sedang hamil tujuh bulan. Jika gue tidak melihatnya tadi, bisa-bisa Kak Desi akan jadi istri keduanya." Daniel masih terlihat sangat emosi.
Alesya cukup kaget saat mendengar penjelasan Daniel. Dia benar-benar tidak menyangka jika kejadiannya akan menjadi seperti ini.
"I-ini serius, Da?" Alesya kembali memastikan.
Daniel menatap wajah Alesya sambil mendengus kesal.
"Lo kira setelah wajah gue bonyok babak belur seperti ini masih dikira bercanda?"
Alesya langsung diam. Dia tidak bisa mengabaikan bukti yang ada di depan matanya.
"La-lalu, bagaimana dengan Kak Desi?"
Kali ini, papa Daniel yang menjawab pertanyaan Alesya. Sementara mama Daniel, masih terisak di dalam pelukan ibu Alesya.
"Dia masih belum sadarkan diri, Ca. Setelah mendengar penjelasan Daniel melalui telepon, papa dan ayah kamu langsung pergi ke rumah sakit tersebut dan bertanya langsung dengan Angga. Dan, disana Angga juga mengakui semua perbuatannya."
"Setelah itu, dengan sangat terpaksa papa membatalkan pernikahan Desi dengan Angga. Papa tidak mungkin membiarkan anak papa menjadi istri kedua dari laki-laki yang sudah berani menghianatinya," ucap papa Daniel.
Mendengar hal itu, Alesya merasakan hatinya terasa di remas-remas. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sakit hatinya kak Desi setelah mendengar cerita tentang calon suaminya.
"Lalu, bagaimana dengan acara ijab kabul besok, Pa?" Lagi-lagi Alesya kembali bertanya. Dia mendadak bingung bagaimana mengatasi acara yang sudah rampung dipersiapkan, harus terpaksa dibatalkan.
Sebelum menjawab, kedua orang tua tampak saling pandang. Hingga setelah beberapa saat kemudian, papa Daniel kembali bersuara.
"Kalau bisa, acara tetap dilanjutkan, Ca. Tidak mungkin kita membatalkan acara yang sudah selesai persiapannya. Lagi pula, bagaimana tanggapan tetangga dan tamu undangan jika sampai acaranya batal nanti," jawab papa Daniel.
Alesya masih belum mengerti maksud ucapan papa Daniel. Jika acara tetap dilanjut, siapa yang akan menggantikan posisi pengantin laki-laki? Dimana mereka akan dapat menemukan calon pengantin laki-laki hanya dalam waktu beberapa jam? batin Alesya.
"Jika acaranya dilanjutkan, siapa yang akan menggantikan calon pengantin laki-lakinya, Pa?" tanya Alesya.
Kali ini, ayah Alesya yang menjawab pertanyaan tersebut.
"Bukan hanya calon pengantin laki-laki yang akan diganti, Ca. Tapi, pengantin perempuannya juga."
"Pengantin perempuannya juga? Maksudnya apa, Yah?" tanya Alesya bingung.
"Untuk acara ijab kabul besok, bukan Desi yang akan melaksanakan pernikahan. Tapi, kamu dan Daniel yang akan menggantikan kedua mempelai."
"Hah?"
***
Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Kadang othor merasa nggak ada yang nemenin karena yang mampir komen hanya seuprit. 🤧
Banyakin komen ya, biar othor nggak baper🤧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Odaniel Slt
seterah mu lah pa....ini juga keinginan kami...
2023-10-13
0
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
jangan pingsan ya Ca mendengar nya
2023-06-18
0
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
ya kamu Ca yg jadi mantannya, ni mau dilamar 😄
2023-06-18
0