Ucapan syukur tak henti-hentinya keluar dari bibir kedua orang tua Daniel dan Alesya. Ditengah rasa sedih yang mereka rasakan, ada sebuah kebahagiaan yang mereka dapatkan.
Subuh itu juga, persiapan ijab kabul langsung dilanjutkan Daniel dengan segera mulai menghafalkan lafadz ijab kabul yang akan dibacanya nanti saat acara.
Kedua orang tua Daniel dan Alesya, langsung menghubungi beberapa pihak terkait untuk mengganti calon mempelai. Beruntung papa Daniel cukup mengenal penghulu yang akan menikahkan Alesya dan Daniel nanti. Segala persiapan langsung dilakukan dengan kilat. Adapun dokumen-dokumen yang masih kurang, akan menyusul lagi nanti setelah seluruh rangkaian acara selesai.
Kini, Alesya sudah mulai di make up setelah sarapan. Beruntung pihak MUA mempunyai cadangan baju pengantin yang sesuai dengan ukuran tubuh Alesya.
Sebenarnya, Alesya ditawari untuk memakai baju milih Desi. Namun, ukuran keduanya tidak pas. Desi memiliki tubuh yang sedikit lebih tinggi dan lebih kecil dari Alesya di beberapa bagian. Jadi, tidak mungkin Alesya memakainya.
Sementara itu, Desi, kakak Daniel, sudah mulai sadarkan diri. Meskipun sakit hati, tapi dia harus bisa menerima kenyataan itu dengan lapang dada. Desi menanamkan pada diri sendiri, tidak apa-apa sakit di awal, dari pada sakit berkelanjutan di belakang nanti.
Ibu yang sejak tadi menemani Alesya, tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Beliau sangat terharu dengan pernikahan putri semata wayangnya tersebut. Ibu pun tidak menyangka jika persiapan acara yang sejak beberapa hari lalu dibantunya, berubah menjadi acara pernikahan putrinya sendiri.
Alesya yang melihat ibu masih sesenggukan, langsung mengulurkan tangannya dan segera mendapat sambutan dari ibu.
"Bu, kenapa menangis lagi? Caca jadi nggak tenang jika lihat Ibu menangis terus," ucap Alesya sambil melirik ke arah sang ibu.
Ibu segera menggelengkan kepala sambil mengusap air matanya yang masih mengalir hingga membasahi kedua pipinya.
"Ibu hanya menangis bahagia, Sayang. Ibu sama sekali tidak menyangka jika kamu akan menikah secepat ini. Tapi, Ibu bahagia karena kamu akan menikah dengan Daniel. Dia adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Ibu yakin, Daniel pasti akan bisa menjaga dan membahagiakan kamu nanti, Nak," ucap Ibu sambil menepuk-nepuk punggung tangan Alesya.
"Caca minta doanya, Bu. Doakan Caca selalu agar pernikahan ini menjadi pernikahan yang sakinah, mawaddah, warahmah."
"Tentu, Sayang. Ibu pasti akan selalu mendoakan kalian."
Kedua ibu dan anak tersebut, langsung larut dalam suasana haru. Hingga beberapa saat kemudian, ibu segera beranjak untuk bersiap-siap.
Sementara di dalam kamar, Daniel tampak berusaha menenangkan diri di depan kaca. Di tangan kanannya, ada sebuah kertas yang berisi lafadz ijab kabul yang harus diucapkannya nanti. Mulutnya komat kamit menghafalkan tulisan tersebut, sambil sesekali memejamkan kedua matanya agar bisa hafal.
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Daniel segera beranjak menuju pintu dan membukanya. Terlihat sang papa yang sudah rapi berdiri di depan pintu kamar Daniel.
"Pa?" sapa Daniel saat melihat sang papa.
"Sudah hafal?" Papa bertanya sambil berjalan memasuki kamar Daniel.
"Sebenarnya sudah hafal, Pa. Tapi karena grogi, entah mengapa kadang hilang sendiri hafalannya," jawab Daniel sambil mendesahkan napas berat.
Papa bisa mengerti apa yang dirasakan putranya tersebut. Dulu, saat dirinya hendak menikah, papa juga merasakan hal yang sama. Beruntung papa memiliki cukup banyak waktu untuk menghafalkan lafadz ijab kabul tersebut.
"Papa yakin kamu bisa melakukannya, Dan."
"Aamiin. Doakan Daniel bisa lancar mengucapkan ijab kabul, Pa."
"Pasti. Papa dan mama pasti akan mendoakan kalian."
"Hhmmm."
"Dan, sebenarnya ada yang mau papa bicarakan. Tapi, karena waktunya sangat mepet, papa hanya berpesan satu hal. Sekitar satu jam lagi, status kamu sudah berubah. Kamu sudah menjadi seorang suami, seorang pemimpin keluarga, seorang kepala keluarga, dan seorang yang sudah memiliki tanggung jawab atas istri kamu."
"Papa yakin kamu mampu mengemban tanggung jawab itu. Selama ini, papa dan mama tidak pernah meragukan tanggung jawab yang diberikan kepadamu. Satu hal yang papa pesankan, ketika kamu sudah menyandang status sebagai seorang suami, jaga ucapan kamu dari kata-kata cerai, atau yang mendekatinya."
"Seperti yang kamu ketahui, perceraian memang tidak dilarang dalam agama kita. Namun, hal itu sangat dibenci oleh Allah. Papa harap, kamu bisa menjaga lisan kamu dari hal-hal seperti itu," ucap papa.
Daniel yang memang sudah mengetahui hal itu, langsung mengangguk mengerti.
"Iya, Pa. Daniel sudah paham tentang hal itu. Doakan kami selalu, Pa. Doakan kami bisa menjalani pernikahan ini dengan baik dan dijauhkan dari segala cobaan yang berat."
"Aamiin. Papa dan mama pasti akan selalu mendoakan kalian, Dan."
Setelahnya, papa membiarkan Daniel menyelesaikan aktivitasnya menghafal. Papa tidak ingin mengganggu sang putra yang masih tampak berusaha keras agar tidak grogi tersebut.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, para tamu undangan sudah mulai berdatangan. Tetangga sekitar yang memang sudah kenal dekat dengan keluarga Daniel dan Alesya, juga langsung diberi tahu tentang perubahan rencana pernikahan.
Awalnya, mereka cukup terkejut dengan berubahnya calon mempelai. Namun, setelah mendengar beberapa penjelasan dari papa Daniel, mereka akhirnya mengerti. Papa menceritakan secara garis besar mengapa pernikahan Desi dan Angga tidak jadi dilaksanakan. Papa tidak menceritakan alasan yang sebenarnya untuk menjaga nama baik Desi dan Angga.
Hingga sekitar satu jam kemudian, prosesi ijab kabul sudah siap. Penghulu dan beberapa orang saksi sudah datang. Daniel yang sudah siap di depan penghulu, pun sudah tampak tegang.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Alesya. Dia masih menunggu prosesi ijab kabul tersebut di lantai dua rumah keluarga Daniel. Dengan ditemani oleh Desi dan sang ibu, Alesya tampak tegang.
"Jangan tegang, Ca. Aku yakin Daniel pasti bisa mengucapkan lafadz ijab kabul tersebut dengan lancar," ucap Desi sambil mengusap-usap bahu Alesya. Meskipun saat ini wajah Desi masih sembab, dia memaksakan diri untuk menemani Alesya.
"Caca deg degan, Kak."
"Kakak tahu. Berdoa saja semua akan lancar-lancar saja nanti."
Alesya hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala. Meskipun dia mengiyakan ucapan Desi yang sebentar lagi resmi menjadi kakak ipar tersebut, Alesya masih tampak gugup. Telapak tangannya mengeluarkan keringat dingin. Bulir-bulir keringat juga mulai muncul pada kening Alesya.
Baik Alesya, ibu, dan Desi, sama-sama menatap layar ponsel yang menampilkan prosesi ijab kabul di lantai satu tersebut. Mama Daniel sengaja melakukan panggilan video agar Alesya bisa melihat saat Daniel mengucapkan lafadz ijab kabul atas namanya.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Alesya Fanindya Resanti binti Toni Budianto dengan maskawin yang tersebut, tunai." Daniel mengucapkan lafadz kabul dengan lantang dalam satu tarikan nafas.
"Bagaimana para saksi?" Penghulu menanyai para saksi.
"Sah."
"Sah."
"Saahh."
"Alhamdulillah."
Setelahnya, penghulu segera membacakan doa dan diamini oleh semua tamu undangan yang hadir pagi itu.
Alesya yang menyaksikan Daniel telah berhasil mengucapkan lafadz ijab kabul tadi, langsung merasa lega. Kedua matanya langsung berkaca-kaca. Sementara ibu, sudah menangis haru sambil memeluk Alesya dari samping.
Beberapa saat kemudian, Alesya dipersilahkan untuk turun dan mulai menandatangani dokumen pernikahan. Setelah semua selesai, kini giliran Alesya dan Daniel untuk memasangkan cincin pernikahan di kedua jari tangan mereka. Beruntung sejak subuh mama sempat meminta salah seorang teman arisannya yang mempunyai toko perhiasan untuk memesan cincin pernikahan. Cincin tersebut baru datang menjelang pukul delapan pagi.
Setelah memasangkan cincin pernikahan di kedua jari mereka, kini Daniel dipersilahkan untuk membacakan doa dan memberikan kecupan di kening Alesya. Beruntung Daniel sudah bisa menghafalkan bacaan doa tersebut meskipun pelan-pelan. Dan, saat Daniel hendak mengecup kening Alesya, tangannya terasa bergetar ketika memegang bahu Alesya.
Alesya sempat melirik Daniel yang ternyata sedang memejamkan mata ketika mendekatkan wajahnya pada wajah Alesya.
"Kuda, jangan malu-maluin gue. Jangan merem begitu. Nanti salah tempat."
***
Alhamdulillah, sah ya.
Kadonya kasih vote, like dan komen banyak-banyak, ya. 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
lestari saja💕
gimana mp nya
2023-07-20
0
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
salah tempat gimana sih Ale🤣🤣🤣
2023-06-18
0
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
Alhamdulillah.. semoga SAMAWA ya Daniel Alesya
2023-06-18
0