"Kamu yakin ingin ikut?"
Juna melirik adiknya yang tengah duduk manis di samping kursi kemudi. Kini, sepasang adik kakak tersebut sedang dalam perjalanan menuju salah-satu yayasan milik keluarga Anggara yang letaknya masih berada di daerah ibukota.
"Terkahir aku ke sana adalah saat Mama masih ada. Lagipula, hari ini aku tidak ada kelas." Hanya ada satu kenangan yang Abby miliki tentang yayasan yang akan mereka kunjungi ini. Yaitu, saat dia masih duduk di bangku menengah pertama bersama sang ibu.
"Ya, kamu memang terlalu sibuk mengejar cintamu. Sampai lupa dengan apa yang orang tua kita tinggalkan." Juna berkata jujur. Namun demi apapun, ini adalah pertama kalinya dia mau memberikan kritik untuk sang adik di saat sebelumnya dia hanya akan bersikap tidak peduli pada kelakuan buruk Abby karena tidak ingin dibuat semakin sakit kepala.
Abby mendengus geli. Rasanya dia ingin menyangkal, namun sayangnya apa yang Juna katakan adalah fakta. Bagaimana bisa Abby begitu banyak menyia-nyiakan waktu selama ini?
"Aku tahu, aku sedang memperbaikinya." Meski itu hanya sedikit-sedikit, namun perubahan kecil Abby membawa dampak yang cukup besar untuk hidupnya sendiri. Dia merasa sedikit lebih berguna sekarang.
Juna yang mendengarnya hanya tersenyum kecil. Membenarkan apa yang adiknya katakan. Namun senyumannya perlahan hilang saat mendengar ucapan Abby selanjutnya.
"Kakak jadi lebih sering pulang ke rumah sekarang. Bukankah itu juga karena aku perlahan berubah?" rasa sakit saat Juna yang sering mengabaikannya dulu masih terasa jelas di ingatannya, meski dia harus bilang untuk ke sekian kalinya kalau yang mengalaminya itu bukanlah benar-benar dia.
Selama beberapa waktu, Juna memilih diam. Tangannya tetap bergerak mengemudikan mobil dengan pandangan lurus ke depan, namun hati dan pikirannya tidak di sana. Selain karena tidak tahan menghadapi sikap buruk Abby yang dulu, sebenarnya ada satu hal lagi yang membuat Juna lebih memilih tinggal di apartemen selama ini. Namun ini belum saatnya Juna mengatakannya.
Lelaki dewasa itu berdehem, "bagiamana kuliahmu?" memilih mencari topik lain yang sekiranya tidak akan membuat mereka kembali canggung. Walau bagaimanapun juga hubungan mereka sudah lumayan membaik, dan Juna tidak ingin merusaknya.
Tahu kalau sang kakak merasa tidak nyaman dengan ucapannya, Abby mengalah dan tidak membahas lagi. Dengan nada sedikit riang, Abby menjawab, "itu baik-baik saja. Belajar di sana tidak seburuk itu." Jika membandingkan sekolah tinggi di sini dengan di kehidupannya dulu, tentu saja itu banyak perbedaan. Namun, keduanya sama-sama tentang belajar mandiri tanpa harus terus mengandalkan guru. Itu cukup efektif.
Juna mengangguk, "aku lihat nilai-nilaimu juga perlahan membaik, itu bagus." Hari adalah orang yang bertanggungjawab tentang semua laporan keseharian Abby pada Juna. Lelaki tua itu terlihat bahagia saat menyampaikan Abby yang mulai belajar serius dan jadi selektif dalam memilih teman. Sepertinya, kini Abby mulai paham mana yang seharusnya benar-benar dijadikan teman.
"Aku hanya ingin lulus tepat waktu nanti." Abby berkata jujur.
Juna seketika melirik ke samping, "kenapa? apa yang membuatmu termotivasi untuk cepat lulus?" adalah hal yang luar biasa bagi Juna saat mengetahui adiknya menjadi sedikit ambisius sekarang. Tapi itu bagus, sikap seperti itu akan membuatmu sedikit lebih maju daripada yang lain.
Abby menggeleng, "tidak ada, aku hanya ingin cepat lulus saja." mungkin karena saat di kehidupannya dulu Abby terbiasa menyelesaikan tugas tepat waktu bahkan lebih cepat dari tempo yang ditentukan, jadi dia membawa sifat itu sampai ke sini.
"Aku selalu penasaran dengan apa yang menjadi keinginanmu. Kamu tidak terlihat tertarik mengurus perusahaan. Lalu, apa cita-citamu setelah lulus nanti?" Juna sedikitpun tidak pernah tahu tentang hal apa yang ingin Abby capai. Mungkin karena dulu keduanya tidak memiliki kesempatan untuk saling berbicara seperti ini.
Abby sedikit memiringkan kepalanya, "aku akan mengatakannya nanti kalau aku sudah menemukannya." Sungguh, dia sendiri belum tahu tujuan hidupnya sekarang. Memikirkan alasan kenapa dirinya bisa terdampar di sini saja sudah membuat kepalanya pusing.
Juna berdecih, "baiklah, baiklah."
Dua puluh menit kemudian, mereka sampai di halaman yayasan yang luas setelah berhasil melewati gerbang yang dibuka oleh penjaga. Di depan mereka berdiri sebuah bangunan cukup besar bertingkat dua. Itu adalah bangunan utama yang menjadi aula dan kantor yayasan, tempat para pengurus di sini mengerjakan tugas.
"Aku akan masuk ke dalam. Kamu mau ikut atau ingin langsung melihat Pak Danu?" mereka berjalan beriringan, sesekali menyapa beberapa petugas kebersihan yang tengah berkutat dengan pekerjaannya.
Danu memang sudah menjadi penghuni yayasan mereka sejak beberapa hari yang lalu, tak lama setelah percakapan Juna dengan Danu di kantor waktu itu.
"Kakak duluan saja yang masuk!" Abby menatap beberapa orang yang keluar dari kantor, kemudian menghampiri mereka berdua dengan senyuman sopan dan ekspresi segan. Seolah memang bersiap menyambut kedatangan pemilik yayasan, namun sungkan untuk mendekat karena aura yang dikeluarkan Juna begitu kuat. "Lihatlah! mereka takut untuk mendekat. Kakak, cobalah untuk tersenyum sedikit!" Abby memberikan senyuman meledek sebelum pergi dari sana setelah memberikan anggukan kecil pada mereka.
Ini memang bukan pertama kalinya Abby mengunjungi yayasan, namun dia sedikit lupa dengan beberapa perubahan seperti tata letak atau jalan yang harus dia lalui agar sampai di depan asrama para lansia laki-laki. Namun untungnya, seorang perawat dengan seragam putih hijaunya mendatangi Abby dan langsung membimbingnya menuju taman. Bibir perempuan itu tersenyum saat mendapati Danu yang sedang makan dengan lahap bersama yang lainnya.
Danu terlihat nyaman dan senang berada di sini. Baguslah, Abby senang karena tujuannya terpenuhi. Karena tidak ingin mengganggu mereka, akhirnya Abby memilih duduk di sebuah kursi panjang yang cukup jauh dari keberadaan orang-orang. Dia tidak sendiri, perawat lelaki yang menjadi penunjuk jalannya pun ikut duduk di kursi yang sama karena Abby yang memintanya.
"Kamu sudah lama bekerja di sini?"
"Belum menginjak satu tahun, Nona. Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda langsung." Kilat matanya terlihat jujur, seperti memang tak ada maksud untuk menjilat.
Abby menggeleng, "aku bukan orang penting seperti kakakku, jadi santailah sedikit!" dia cukup tidak biasa dengan perlakuan orang-orang yang selalu berlebihan jika bertemu dengannya.
Si lelaki muda yang Abby taksir seusia dengannya itu masih tersenyum sopan, namun tidak membantah apa-apa.
"Pak Danu..bagaimana dia sejauh ini? pasti cukup sulit karena harus berbaur dengan yang lainnya." Sebelumnya Danu hidup sendiri selama puluhan tahun, apa-apa dikerjakan sendiri, tak punya tempat berbagi. Namun di sini, dia mendapatkan hal lain yang begitu baru.
"Meski pada awalnya canggung dan lebih banyak diam, namun Pak Danu bisa melaluinya dengan baik. Dua hari terakhir ini, beliau bahkan sudah mulai terbuka dan menceritakan beberapa hal tentang dirinya." Jawab si perawat.
Abby langsung menoleh penasaran, "oh ya?"
"beliau bilang sangat merindukan putri satu-satunya yang telah lama tak pulang. Beliau juga membayangkan, mungkin saja cucu laki-lakinya sudah sebesar saya sekarang saking sudah lamanya mereka tak bertemu." Perawat lelaki itu menatap Danu dari kejauhan dengan wajah prihatinnya. Seolah ikut merasakan bagaimana tersiksanya Danu harus menahan rindu selama ini.
Wajah cantik Abby terlihat berpikir. Dengan pandangan yang ikut berpusat pada Danu yang kini terlihat diam di antara orang-orang yang sedang tertawa, mungkin para lansia itu tengah berbagi guyonan tua.
"Cucu? Pak Danu memiliki cucu laki-laki? aku baru tahu akan hal itu."
. . .
TBC
Selamat pagi teman-teman. Saya datang dengan bab terbaru di hari yang hangat ini. Bab kali ini lebih sedikit karena saya pikir word nya akan terlalu banyak kalau saya jadiin satu bab. Tolong tunggu kelanjutannya nanti agak siangan ya, teman-teman.
Terimakasih sudah membaca. Jangan lupa dukungannya dengan vote dan komentarnya! ^_^
Salam,
Nasal Dinarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
AbC Home
menua memang sesuatu
2022-09-20
1
Subha kanZa
lnjuttt thor
2022-09-10
1