Keesokan harinya, media lokal digemparkan dengan berita terbaru dan terpanas dari sosok yang telah lama menghilang. Abbysca Anggara, adik dari pewaris Anggara Grup kembali menghiasi laman berita. Dari televisi, radio, sampai portal sosial media. Mereka ramai-ramai memberitakan bahwa perempuan cantik itu baru saja membagikan bantuan pada satu desa di daerah pinggiran ibukota.
Menurut salah satu wartawan dari stasiun televisi, warga yang mendapatkan bantuan tersebut berucap dengan semangat bahwa kemarin pagi, Abbysca datang dengan beberapa lelaki berpakaian hitam dan membagikan bahan sembako yang tak bisa dikatakan sedikit. Mereka sangat ingin berterimakasih secara langsung pada Abbysca, namun mereka tak diizinkan mendekat.
"Abbysca Anggara. Setelah lama menghilang dari sorotan media karena harus menjalani pengobatan pasca kecelakaan dua bulan lalu, kini kembali dengan kabar yang mengejutkan. Dari potret yang diambil sembarang oleh warga, adik dari Arjuna Anggara tersebut terlihat tengah berjalan bersama bawahannya, melewati pemukiman warga kurang mampu dengan maksud memberikan bantuan sembako pada setiap rumah."
"Jika bukan karena beredarnya foto-foto Abbysca di tengah pemukiman warga, mungkin media tidak akan tahu kalau keturunan Anggara tersebut tengah menebar kebaikan terhadap sesama. Dihitung secara keseluruhan, Abbysca kurang lebih menghabiskan total dua ratus juta rupiah untuk memberikan bantuan sembako pada semua warga di desa tersebut. Wow, harga yang fantastis."
"Abbysca Anggara yang kemarin pagi mengunjungi salah-satu desa kumuh di ibukota untuk memberikan bantuan sembako pada warga, kini tengah dikaitkan dengan isu politik. Benarkah Abbysca sebenarnya tengah mempromosikan sang kakak agar lolos di pemilu tahun depan?"
"Arjuna Anggara atau Sagara Aditama, siapakah di antara keduanya yang sebenarnya berkaitan dengan Abbysca Anggara yang kemarin pagi membagikan sembako dengan jumlah yang tak main-main?"
"Kami sangat berterimakasih pada Nona Abbysca. Tidak menyangka kami bisa mendapat bantuan dari orang yang tak terduga, yang lebih mengejutkan Nona Abbysca tidak keberatan menginjak wilayah kami yang kotor ini. Kami hanyalah warga tak mampu yang tinggal di pemukiman kumuh pinggiran ibukota. Namun kami sangat menghargai kebaikan beliau disaat pemerintah saja seolah menganggap kami tidak ada." Itu adalah pengakuan jujur dari salah-satu kepala RW di sana.
Sontak saja, berita itu menjadi bahan perbincangan semua kalangan masyarakat. Dari mulai para petinggi yang memiliki hubungan baik dengan keluarga Anggara, sampai mahasiswa yang satu kampus dengan Abby sendiri.
Perempuan yang baru turun dari mobil mewahnya itu menghela nafas lelah kala mendapati sorot penasaran dari setiap mahasiswa yang dia lewati. Jika tahu akan seperti ini, maka dia memilih diam di rumah saja tadi. Dia tidak paham, mengapa niat baiknya malah menimbulkan salah paham seperti ini?
"Abbysca!" panggilan itu terdengar seiring dengan tepukan pelan di bahu Abby. Elang datang dan berjalan di sampingnya dengan senyuman simpul seperti biasa.
"Hai, Elang." Abby menyapa ringan.
Lelaki yang pagi ini menanggalkan kacamatanya tersebut terkekeh melihat wajah kusut Abby. Dan tanpa harus bertanya pun Elang tahu apa yang menjadi penyebabnya.
"Sudah lama aku tidak melihat beritamu. Dan sejak kemarin malam, aku dibuat bosan dengan gambar dirimu yang menghiasi layar televisi di rumahku. Semua orang begitu antusias mendapat bahan berita dari kamu." Mereka berjalan beriringan, tanpa mempedulikan orang-orang yang terlihat tengah membicarakan Abby.
Abby memutar kedua matanya bosan, "semoga saja mereka bisa membiarkanku menjalani hari dengan tenang."
Bruk!
Mereka otomatis berhenti saat seseorang datang dan menabrak Abby dengan lumayan keras. Abby mengerutkan keningnya kala mendapati Lilyana yang kini tengah tersungkur dengan wajah menyedihkan tepat di depan kaki Abby.
"Ada apa denganmu? kamu yang menabrak, lalu kenapa kamu yang jatuh?" nada suara Abby terdengar tenang, tidak sesuai dengan suasana hatinya yang mendadak jauh lebih buruk saat ini. Abby kira berita tentang dirinya sudah menjadi kabar yang paling tidak menyenangkan, tapi nyatanya masih ada seseorang yang bisa membuat harinya lebih tak menyenangkan sakarang.
Abby menghela nafas lalu mengulurkan tangannya dengan tidak ikhlas, "ayo bangun! kamu mau terus duduk di situ?"
Namun sebelum Lilyana meraihnya, tangan orang lain sudah lebih dulu menampar tangannya. Sontak, Abby menatap tajam si pemilik tangan tersebut.
"Ada apa denganmu?"
Di depannya kini berdiri seorang perempuan dengan riasan tebal dan pakaian sedikit terbuka, tengah menatap Abby dengan pandangan bermusuhan.
Apa Abby mengenal orang ini sebelumnya?
"Aku tidak menyangka kalau anak dari seorang konglomerat sepertimu bisa bersikap keterlaluan seperti ini." Ucapnya dengan menggebu-gebu, siap untuk mencecar Abby yang masih diam dengan tenang.
"Jika kamu salah, seharusnya langsung minta maaf. Jangan malah berkata kasar dan bersikap seperti itu! sungguh memalukan! untuk apa banyak uang kalau kelakuannya nol?" lanjutnya dengan wajah merendahkan.
"Lily, ayo bangun!" membantu Lilyana dengan senyuman teduh di wajahnya. Sungguh berbalik dengan wajah menyeramkan yang barusan dia perlihatkan pada Abby.
"Kamu ini..siapa?" hanya itu yang ingin Abby tanyakan sekarang. Datang dan mencecarnya dengan bahasa tidak mengenakkan, bersikap seolah paling tahu, lalu menghakimi Abby tanpa bertanya lebih dulu.
"Aku? aku Jessica. Teman baik Lilyana. Kenapa? ingin protes dengan ucapanku barusan?" malah menantang Abby dengan wajahnya yang menyebalkan itu
"Jes, sudah! aku tidak apa-apa. Lagipula, Abby ini temanku. Mana mungkin dia sengaja mendorongku." Ucapan Lilyana jelas menggiring opini semua orang agar berpikir bahwa Abby yang bersalah di sini.
"Teman? mana ada teman yang seperti itu? Lily, kamu tidak boleh terlalu baik dengan orang sepertinya. Hanya karena dia kaya dan punya segalanya, bukan berarti dia bisa bersikap seenaknya." Jessica berujar bangga, bisa mengatakan itu langsung di depan orang yang menurutnya sangat menyebalkan ini.
"Oh.." Abby menatap Lilyana tepat di matanya, "..aku senang karena kamu ternyata sudah mendapatkan kartu ATM yang baru. Selain itu, tolong jangan mengatakan hal yang akan membuat semua orang semakin salah paham. Jelas-jelas di sini kamu yang menabrakku." Sorot matanya tak berubah, tetap tenang dan datar. Sedikitpun, dia tidak terganggu dengan ucapan Jessica yang semena-mena padanya.
Kemudian, netranya beralih pada Jessica yang tak berhenti menatapnya dengan marah. "Dan kamu, jika kamu berpikir bahwa orang kaya sepertiku tidak bisa bersikap seenaknya, maka itu pun berlaku untuk kamu. Apa yang kamu miliki sehingga berani menyebar fitnah, menyalahkanku secara sepihak dan menggiring orang lain agar membenciku?" bibir merah mudanya menampilkan senyum main-main. "Bodoh!"
Abby berdecak sembari menggeleng, menatap dua perempuan di depannya dengan pandangan hina seolah mereka bukanlah manusia berotak, "ternyata di dunia ini pun ada jenis manusia seperti kalian." Bisiknya yang mungkin hanya dia saja yang dapat mendengarnya.
Abby melirik Elang yang diam dan terlihat tak tertarik dengan dua orang di depan mereka. "Ayo pergi! kita ada kelas sebentar lagi." Berjalan lebih dulu tanpa kembali menatap Lilyana dan Jessica yang seperti mati kutu di tempatnya.
"Wah, akan cukup menarik jika skenarionya kalian ubah sedikit. Yang barusan itu terlalu murahan." Elang melirik keduanya dengan kekehan menyebalkan dan pergi dari sana mengikuti langkah Abby.
Beberapa menit sebelumnya..
Lilyana menatap layar ponselnya dengan tajam, seolah ingin melubangi wajah cantik Abby yang memenuhi laman berita pagi ini. Teman bodohnya itu terlihat mempesona meski hanya siluet sampingnya saja yang terlihat. Itu adalah foto dan video berdurasi beberapa detik yang diambil warga setempat saat Abby mengunjugi tempat mereka kemarin.
Dia sudah menantikan berita Abby sejak lama karena setelah bangun dari komanya, perempuan itu begitu tenang dan terlihat tidak akan bersikap tolol lagi. Namun siapa sangka, berita yang dia nantikan ternyata tidak sesuai dengan harapan. Bukannya keburukan Abby yang tersebar seperti yang dulu-dulu selalu terjadi, namun ini adalah sebaliknya.
Sosok Anggara yang tak berguna itu kini mulai menampakan sisi positifnya, yang di mana direspon baik oleh masyarakat. Terlihat dari kolom komentar dalam laman berita sosial media yang sebagian besar dipenuhi oleh pujian untuk Abby.
Ini adalah musibah besar bagi Lilyana. Dia sepertinya memang telah kehilangan kemampuan dalam mengendalikan hidup Abbysca.
"Sialan kamu Abby!"
. . .
TBC
Hallo, ketemu lagi teman-teman setia pembaca Abbysca. Terimakasih sudah datang dan membaca. Terimakasih yang lebih besar bagi teman-teman yang bersedia meluangkan waktu untuk menekan tombol like dan juga mau menuliskan kesan dan pesan di kolom komentar untuk saya. ^_^
Karena dua hari besok adalah libur akhir pekan, dan saya libur bekerja, jadi mungkin saya akan berusaha untuk update lebih dari satu bab. Tolong nantikan!
Selamat berakhir pekan semuanya.
Salam,
Nasal Dinarta
. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
AbC Home
bagus
2022-09-20
0
Iana
keren thor semangat ya buat up
2022-09-09
1
Hermalinda Nova
lanjuuuuut
2022-09-09
0