Tak Dapat Berjalan Jika Tidak Ada Yang Menjadi Panutan

Berita tentang Abbysca yang kini menyeret nama kakak dan tunangannya ternyata berdampak besar pada saham dua perusahaan raksasa tersebut. Sama-sama memiliki ikatan dekat dengan Abby, membuat dua lelaki itu ikut dibicarakan oleh media. Apalagi kini, masing-masing saham perusahaan mereka terlihat naik beberapa persen setelah berita Abby diliris. Itu merupakan suatu keuntungan tanpa harus diusahakan. Entah harus senang atau tidak, tapi keduanya memilih bungkam alih-alih memberikan konfirmasi.

Juna dan Gara seolah tidak peduli dengan media yang tengah gonjang-ganjing sekarang karena isu kalau keduanya akan terjun dalam dunia politik beberapa bulan ke depan. Dan tanpa diduga, beberapa partai besar juga tengah mengincar mereka agar mau bergabung bersama. Sungguh, ini adalah sesuatu yang konyol.

Juna yang kala itu tengah menikmati makan siang di dalam ruang kerjanya, menatap malas pada televisi besar di depan sana yang belum berhenti menayangkan wajah adiknya. Sudah dia duga, apa yang Abby lakukan kemarin memang menarik untuk diangkat menjadi berita. Padahal, jika saja foto dan video saat Abby yang tengah berjalan di tengah kampung kumuh tidak tersebar, mungkin namanya juga tidak akan ikut terseret seperti ini.

Apa-apaan mereka. Siapa memangnya yang ingin terjun ke dunia politik yang sangat menyeramkan itu? Juna tentu dengan senang hati akan mengurus perusahaan keluarga yang terus membesar ini sampai tua, daripada bergaul dengan orang-orang di pemerintahan.

Juna mendengus, "Gara pasti tengah menertawakanku sekarang." Lelaki itu menenggak air putihnya hingga tandas, memilih mengakhiri makan siangnya lebih awal karena kehilangan selera.

Dia dan Gara sudah mengenal cukup lama, namun kedekatan keduanya hanya sebatas teman yang tidak benar-benar teman. Mereka tidak sering bicara atau saling bertukar pikiran layaknya sepasang teman, mereka juga hanya pernah beberapa kali bertemu secara langsung, room chat mereka saja hanya diisi dengan hal-hal penting. Namun di antara semua itu, ada satu hal yang menjadi kesamaan. Yaitu, mereka tidak pernah memiliki keinginan untuk bergelung dalam dunia politik.

Jadi, sudah dapat dipastikan kalau Gara pun tengah menyumpahi media yang menggoreng berita tentang Abby hingga menyeret namanya. Namun di sisi lain, Gara juga pasti sedang menertawakan nasib Juna yang tak beda jauh saat ini.

Juna mengalihkan pandangan saat Damar, sekretarisnya, masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu.

"Maaf, Pak. Saya sudah mengetuk pintu beberapa kali. Namun tidak ada sahutan. Jadi, demi keamanan saya langsung masuk saja." Langsung menjelaskan saat melihat wajah menyeramkan milik Juna. Meski dapat dibilang sangat tampan, tapi atasannya itu akan terlihat menakutkan saat aturannya dilanggar. Juna memang menyukai kedisiplinan.

"Ada apa?" mengubah cara duduknya menjadi lebih santai. Terlalu enggan untuk merusak hari dengan bentakan yang tidak perlu. Biarkanlah Damar selamat kali ini.

"Pak Danu sudah datang dan sedang menunggu di luar. Apa beliau dapat diperbolehkan masuk sekarang?" Juna memang menyuruh bawahannya itu untuk menjemput Danu, seorang kakek yang semalam dia bicarakan dengan Abby, agar mendatangi kantornya siang ini.

Juna menatap bekas makan siangnya yang agak berantakan, "tolong minta seseorang untuk membereskan ini! setelah itu, ajak beliau masuk!"

Damar mengangguk sopan dan segera menjalankan perintah Juna. Sepuluh menit kemudian, meja di depannya sudah bersih kembali. Menyisakan bunga lavender segar di dalam pot cantik yang akhir-akhir ini menjadi pengharum alami ruang kerja Juna.

Tak lama berselang, Danu masuk dengan wajah sungkannya. Lelaki tua itu mengenakan pakaian batik dan sepatu tanpa tali yang terlihat baru. Sepertinya, yang dikenakan Danu saat ini merupakan salah-satu pemberian Abby. Baguslah, itu terlihat cocok.

Juna berdiri dan mendekati Danu yang terdiam kaku di dekat pintu. "Selamat siang Pak Danu. Mari duduk!" meski tidak mendapatkan banyak pelajaran dari ayah maupun ibunya saat kecil dulu, namun Juna paham kalau sosok orang tua itu harus diperlakukan dengan baik.

"Terimakasih, Tuan. Saya tidak menyangka bisa memasuki tempat luar biasa seperti ini." Danu memandang kagum ke sekeliling ruangan yang kini dia tempati. Sekalipun, dia tidak pernah bermimpi untuk bisa memasuki sebuah gedung mewah tempat manusia berkasta tinggi mencari nafkah.

"Bukan masalah. Silahkan diminum!" Juna menunjuk sopan secangkir teh hangat berkualitas tinggi dengan kelima jarinya. "Atau..mungkin Anda ingin makan dulu? apa Anda sudah makan sebelum ke sini?" sekarang, Juna sedikit menyesal karena hanya menyuruh Damar untuk menyiapkan minuman dan kudapan ringan saja.

Danu menggeleng, "tidak, Tuan. Saya sudah makan. Terimakasih atas perhatiannya." Meski rasa sungkannya belum hilang, namun Danu terlihat duduk dengan nyaman di sana. "Saya juga ingin berterimakasih atas bantuan yang begitu banyak dari Anda dan juga Nona Abbysca. Semoga Tuhan membalas kebaikan Anda berdua."

Tertegun adalah hal yang spontan Juna lakukan kala mendengar doa tulus dari Danu berkat niat baik Abby. Sungguh, Juna bukanlah manusia yang dekat dengan Tuhan, namun mendapatkan doa secara langsung seperti ini dari orang asing adalah hal baru untuknya.

Lelaki itu berdehem dan sedikit memalingkan wajah, "terima kasih kembali."

Juna berhenti sebelum melanjutkan, "sebenarnya, maksud saya meminta Anda datang adalah untuk membahas niat adik saya." Kembali memikirkan percakapannya dengan Abby semalam. "Apa Anda merasa nyaman tinggal di rumah Anda yang sekarang?" karena tidak tahu darimana harus memulai, akhirnya Juna memilih mempertanyakan itu.

Danu terdiam sejenak, "jika nyaman yang Anda maksud adalah saya masih bisa tidur dan berteduh tanpa harus kepanasan atau kehujanan, maka saya nyaman tinggal di sana." Walau bagaimanapun, rumah yang Danu tempati sampai saat ini adalah hasil jerih payahnya. Tidak mudah bagi seseorang untuk mendapatkan hunian nyaman di kota ini, apalagi dengan ekonomi yang tidak memadai. Jadi, memiliki rumah yang lebih tepatnya dibilang gubuk, adalah hal yang sangat Danu syukuri.

Jawaban yang bagus. Juna mengakui dalam hati. Meski tidak berpendidikan tinggi dan hidup dalam lingkaran kemiskinan selama puluhan tahun, namun Danu terlihat cukup berkarakter. Juna sedikit terkesan.

"Apa orang-orang di sekitar Anda memperlakukan Anda dengan baik?" lanjutnya.

Senyuman kecil terbit di wajah tua Danu, "kami hanya saling menyapa di beberapa kesempatan karena rumah saya sedikit jauh dari keramaian. Lagipula, kami sama-sama berekonomi sulit. Akan cukup mustahil bagi mereka untuk membantu saya secara materi." Entah kenapa, mendengar pertanyaan Juna, Danu jadi berpikir bahwa sebenarnya hal yang ingin lelaki muda itu dengar adalah hal lain yang lebih spesifik dari pertanyaan yang dia ajukan sendiri. Maka dari itu, Danu menjawabnya langsung pada intinya.

Lagi-lagi Juna dibuat terkesan karena kepekaan Danu. Lelaki tua di depannya ini masih terlihat sehat dan dapat berpikir jernih meski usianya sudah tiga kali lipat di atas Juna.

"Lalu, bagaimana dengan pekerjaan Anda? Anda merasa tidak keberatan?"

Danu kini mulai menurunkan pandangan, "mencari barang bekas ringan adalah satu-satunya hal yang dapat saya lakukan di saat saya tidak memiliki keahlian khusus, juga usia saya yang tidak akan mampu jika harus mengerjakan pekerjaan berat." Lelaki tua itu kembali menaikkan pandangan sembari tersenyum tulus, "itu adalah mata pencaharian saya, maka saya merasa baik-baik saja dengan itu."

Baiklah, kini Juna paham dengan apa yang harus dia lakukan.

. . .

"Tidak, Ma. Aku tidak ada hubungannya dengan apa yang Abby lakukan." Gara menghela nafas, lelah menghadapi rentetan pertanyaan dari Melly.

"Itu tidak terdengar buruk, Gara. Dunia pemerintahan akan membuatmu semakin kaya." Melly terkekeh sendiri mendengar ucapannya.

"Memang sejak kapan aku mau mengurusi hal rumit seperti politik? bergelut dengan berkas perusahaan sudah menjadi bagian hidupku." Orang-orang di balik media memang tidak akan makan jika tidak mengeluarkan berita panas yang delapan puluh persennya berisi rumor semata. Kapan Gara terlihat berminat pada dunia politik?

"Baiklah, baik. Lalu, bagaimana dengan calon menantu Mama? Abby terlihat cantik, seperti Dewi saat berjalan di tengah pemukiman warga. Tidak salah Mama memilihkan calon berhati malaikat seperti itu untukmu."

"Abby baik-baik saja.." sampai bisa membuatku kelimpungan akhir-akhir ini. Lanjut Gara dalam hati. Kenapa ibunya itu selalu bersemangat jika sedang membicarakan Abby? bagaimana jika pada akhirnya, Melly tahu dengan semua kebenaran yang berusaha dia tutupi ini?

"Kamu masih bersikap sama jika itu menyangkut Abby. Kamu harus merubah sikapmu itu Gara! mana ada perempuan cantik dengan paket lengkap selain Abby yang mau menunggumu selama lebih dari lima tahun? dia pergi nanti, baru menyesal kamu!"

Kini, Gara diam. Meresapi kalimat panjang yang baru saja ibunya ucapkan. Tanpa diingatkan pun, Gara paham bagaimana rasanya ditinggalkan. Namun, belum ada yang dapat dia lakukan sekarang untuk mencegah semua itu.

"Maaf, Ma. Aku hanya..belum bisa." Jawabnya lirih, sembari menatap figura yang Abby pecahkan waktu itu yang kini berhasil Mahen perbaiki. Meski tidak terlihat sama dengan yang asli, namun itu tidak buruk.

Melly terdengar menghela nafas kasar di sebrang sana.

"Baiklah, lupakan itu dulu. Lalu, bagaimana dengan Juna? dia mau ikut berkontribusi bukan di acara besar kita?" nada suaranya jadi lebih antusias sekarang.

"Aku tidak tahu. Tapi sepertinya Juna sedikit keberatan dengan apa yang Mama inginkan. Mungkin nanti aku akan kembali bicara padanya." Lagipula, Melly memang ada-ada saja. Kenapa harus melibatkan orang lain dalam acara penting perusahaan mereka? meski dengan embel-embel calon besan, itu tidak etis sama sekali. Apalagi saat mendengar penolakan langsung dari Abby, Gara merasa harga dirinya sedikit terluka.

Panggilan itu diakhiri oleh Gara setelah Melly berkata akan pulang satu Minggu lagi. Ibunya itu memang disibukan dengan butiknya yang berada di luar negeri. Apalagi, setelah dia resmi bercerai dengan Bima, ayah Gara, beberapa tahun yang lalu, Melly seolah enggan untuk menginjak tanah kelahirannya.

"Mama terus memaksaku untuk bersikap baik pada Abby, namun Mama sendiri tidak memberikan contoh yang baik padaku selama ini."

Jadi, bagiamana mungkin Gara mampu bersikap demikian?

. . .

TBC

Sesuai janji saya tadi, hari ini saya double up. Hore!

Seperti biasa, saya ucapkan terimakasih buat teman-teman yang selalu datang untuk memberikan dukungan. Semoga sehat selalu.

Jangan lupa untuk vote dan komentarnya, teman-teman! ^_^

Salam,

Nasal Dinarta

Terpopuler

Comments

AbC Home

AbC Home

oh gara

2022-09-20

1

Hermalinda Nova

Hermalinda Nova

makasih thor atas double up y klo bisa nih ya crazy up dong thor☺️☺️☺️☺️☺️☺️☺️

2022-09-10

1

lihat semua
Episodes
1 Jiwa Yang Melintasi Masa
2 Dunia Baru Yang Ajaib
3 Bertemunya Kembali Dua Sosok Yang Tak Sempurna
4 Nenek Sihir Yang Berperan Menjadi Ibu Peri
5 Si Cupu Yang Baik Hati
6 Awal Perubahan Dan Rasa Yang Mulai Dipertanyakan
7 Pulangnya Tuan Rumah Di Hari Yang Mendung
8 Bertingkah Layaknya Saudara Setelah Lama Dipisahkan Oleh Asa
9 Melepaskan Apa Yang Harusnya Dilepaskan
10 Akan Merasa Lebih Bersyukur Kala Menyadari Hal Yang Tak Terukur
11 Bertemu Malaikat Penolong Di Tempat Yang Tak Tertolong
12 Si Ibu Peri Yang Perlahan Kehilangan Kekuatan Magisnya
13 Pepatah Dari Orang Yang Lebih Tua Itu Memang Berguna
14 Mulai Bersinar Meski Sebenarnya Tak Berusaha Untuk Berikrar
15 Tak Dapat Berjalan Jika Tidak Ada Yang Menjadi Panutan
16 Mengunjungi Tempat Orang-orang Yang Dilanda Rindu Tak Berujung
17 Menemukan Ketenangan Di Tempat Yang Memiliki Kenangan
18 Mulai Meraba Apa Yang Dirasa
19 Tidak Berharap Untuk Diperlakukan Layaknya Seorang Selebritas
20 Antusiasme Di Tengah Kekalutan
21 Benang Merah Yang Mulai Terhubung
22 Harus Bisa Memilih Arah Jika Tidak Ingin Salah Melangkah
23 Rasa Ragu Yang Perlahan Muncul Karena Masa Lalu
24 Boleh Berempati Asal Kuat Membentengi Hati
25 Mereka Dan Rasa Putus Asanya
26 Aksi Gila Yang Membuat Debaran Jantung Tidak Berdaya
27 Boleh Peka Tapi Tidak Boleh Lupa
28 Gambaran Kebenaran Dari Masa Lalu
29 Bersikap Baik Itu Bukan Keharusan Melainkan Pilihan
30 Berkumpul Dengan Para Manusia Berisik
31 Singa Betina Yang Bertemu Ular Betina
32 Dekapan Untuk Penyembuhan
33 Awal Perjalanan Yang Sesungguhnya
34 Arjuna Dan Segala Bentuk Pengawasannya
35 Dua Perasaan Yang Tersembunyi Di Balik Hujan
36 Mengharu Biru Di bawah Langit Kelabu
37 Bertemu Kawan Lama Di antara Asa yang Menjelma
38 Dilema Dua Pilihan yang Menerpa
39 Sisi Kelam yang Tak Hilang Meski Ditelan Zaman
40 Hujan yang Tak Kunjung Berakhir Menyelimuti Dua Nama yang Mulai Terukir
41 Percakapan Ringan di Malam Setelah Hujan
42 Hari yang Hangat Untuk Memulai Semangat
43 Sepi Hanya Akan Membuatmu Merasa Sendiri
44 Janji Gara Untuk Abbysca
45 Darah Memang Lebih Kental Daripada Air
46 Satu Demi Satu Dari Lembaran Masa Lalu
47 Juna Dan Segala Hal yang Disembunyikannya
48 Keajaiban Dari Sebuah Nama
49 Terimakasih, Abbysca
50 Rasa Takut Kehilangan Ternyata Begitu Mengerikan
51 Abbysca Dan Abbysca
52 Kabar Kelabu Di Hari Minggu
53 Mencoba Kembali Mengukir Benang Takdir
54 Kehangatan Dibalik Kebersamaan yang Tak Direncanakan
55 Terkuaknya Satu Rahasia Menjadi Awal Dari Perjalanan Tak Terbaca
56 Mampu Memaafkan Tapi Belum Sanggup Melupakan
57 Kekhawatiran yang Memiliki Alasan
58 Satu Peringatan yang Menyedihkan
59 Merasa Tidak Pantas
60 Suatu Tindakan Harus Disertai Dengan Alasan
61 Abby Dan Seorang Pengelana Kecil
62 Manis Tapi Bukan Gula
63 Peringatan yang Tak Bisa Diabaikan
64 Hampir Gila Karena Cinta?
65 Tidak Bermaksud Untuk Mencari Lawan
66 Aku Bukan Lawan yang Mudah Untuk Ditangani
67 Tidak Mungkin Untuk Tidak Merasa Aneh
68 Pemeran Pendukung Tidak Selamanya Akan Menjadi Pemeran Pendukung
69 Satu Serangga yang Sayangnya Tak Begitu Berharga
70 Berdua Bersamamu
71 Jika Masanya Sudah Berlalu, Kenangan Indah pun Akan Terasa Pilu
72 Tak Mampu Membendung Rasa
73 Saat Seseorang Berjalan Di Atas Takdirnya Sendiri
74 Kedatangan Tamu Tak Diundang
75 Ketentraman yang Susah Didapatkan
76 Sebenarnya, Awal Itu Tak Pernah Benar-benar Menjadi Awal
77 Tidak Pantas Untuk Mempertahankan Hal yang Tidak Layak
78 Memastikan Pelabuhannya adalah Sagara
79 Sedia Payung Sebelum Hujan
80 Kecemburuan Dan Kerinduan
81 Memang Ada yang Salah
82 Kesalahan Samar Dan Dendam yang Hampir Terbalas
83 Kemandirian yang Perlahan Datang Karena Keadaan
84 Menyisihkan Kepercayaan
85 Semanis Teh Madu Dan Sepahit Empedu
86 Mencari Celah Kebahagiaan Di tengah Kekurangan
87 Akan Selalu Ada 'Kenapa' Dibalik Peristiwa 'Apa'
88 Sedikit Peringatan
89 Sesuatu yang Seharusnya Disadari Sejak Lama
90 Menjadi Rumit
91 Akan Kulakukan Semuanya Untukmu
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Jiwa Yang Melintasi Masa
2
Dunia Baru Yang Ajaib
3
Bertemunya Kembali Dua Sosok Yang Tak Sempurna
4
Nenek Sihir Yang Berperan Menjadi Ibu Peri
5
Si Cupu Yang Baik Hati
6
Awal Perubahan Dan Rasa Yang Mulai Dipertanyakan
7
Pulangnya Tuan Rumah Di Hari Yang Mendung
8
Bertingkah Layaknya Saudara Setelah Lama Dipisahkan Oleh Asa
9
Melepaskan Apa Yang Harusnya Dilepaskan
10
Akan Merasa Lebih Bersyukur Kala Menyadari Hal Yang Tak Terukur
11
Bertemu Malaikat Penolong Di Tempat Yang Tak Tertolong
12
Si Ibu Peri Yang Perlahan Kehilangan Kekuatan Magisnya
13
Pepatah Dari Orang Yang Lebih Tua Itu Memang Berguna
14
Mulai Bersinar Meski Sebenarnya Tak Berusaha Untuk Berikrar
15
Tak Dapat Berjalan Jika Tidak Ada Yang Menjadi Panutan
16
Mengunjungi Tempat Orang-orang Yang Dilanda Rindu Tak Berujung
17
Menemukan Ketenangan Di Tempat Yang Memiliki Kenangan
18
Mulai Meraba Apa Yang Dirasa
19
Tidak Berharap Untuk Diperlakukan Layaknya Seorang Selebritas
20
Antusiasme Di Tengah Kekalutan
21
Benang Merah Yang Mulai Terhubung
22
Harus Bisa Memilih Arah Jika Tidak Ingin Salah Melangkah
23
Rasa Ragu Yang Perlahan Muncul Karena Masa Lalu
24
Boleh Berempati Asal Kuat Membentengi Hati
25
Mereka Dan Rasa Putus Asanya
26
Aksi Gila Yang Membuat Debaran Jantung Tidak Berdaya
27
Boleh Peka Tapi Tidak Boleh Lupa
28
Gambaran Kebenaran Dari Masa Lalu
29
Bersikap Baik Itu Bukan Keharusan Melainkan Pilihan
30
Berkumpul Dengan Para Manusia Berisik
31
Singa Betina Yang Bertemu Ular Betina
32
Dekapan Untuk Penyembuhan
33
Awal Perjalanan Yang Sesungguhnya
34
Arjuna Dan Segala Bentuk Pengawasannya
35
Dua Perasaan Yang Tersembunyi Di Balik Hujan
36
Mengharu Biru Di bawah Langit Kelabu
37
Bertemu Kawan Lama Di antara Asa yang Menjelma
38
Dilema Dua Pilihan yang Menerpa
39
Sisi Kelam yang Tak Hilang Meski Ditelan Zaman
40
Hujan yang Tak Kunjung Berakhir Menyelimuti Dua Nama yang Mulai Terukir
41
Percakapan Ringan di Malam Setelah Hujan
42
Hari yang Hangat Untuk Memulai Semangat
43
Sepi Hanya Akan Membuatmu Merasa Sendiri
44
Janji Gara Untuk Abbysca
45
Darah Memang Lebih Kental Daripada Air
46
Satu Demi Satu Dari Lembaran Masa Lalu
47
Juna Dan Segala Hal yang Disembunyikannya
48
Keajaiban Dari Sebuah Nama
49
Terimakasih, Abbysca
50
Rasa Takut Kehilangan Ternyata Begitu Mengerikan
51
Abbysca Dan Abbysca
52
Kabar Kelabu Di Hari Minggu
53
Mencoba Kembali Mengukir Benang Takdir
54
Kehangatan Dibalik Kebersamaan yang Tak Direncanakan
55
Terkuaknya Satu Rahasia Menjadi Awal Dari Perjalanan Tak Terbaca
56
Mampu Memaafkan Tapi Belum Sanggup Melupakan
57
Kekhawatiran yang Memiliki Alasan
58
Satu Peringatan yang Menyedihkan
59
Merasa Tidak Pantas
60
Suatu Tindakan Harus Disertai Dengan Alasan
61
Abby Dan Seorang Pengelana Kecil
62
Manis Tapi Bukan Gula
63
Peringatan yang Tak Bisa Diabaikan
64
Hampir Gila Karena Cinta?
65
Tidak Bermaksud Untuk Mencari Lawan
66
Aku Bukan Lawan yang Mudah Untuk Ditangani
67
Tidak Mungkin Untuk Tidak Merasa Aneh
68
Pemeran Pendukung Tidak Selamanya Akan Menjadi Pemeran Pendukung
69
Satu Serangga yang Sayangnya Tak Begitu Berharga
70
Berdua Bersamamu
71
Jika Masanya Sudah Berlalu, Kenangan Indah pun Akan Terasa Pilu
72
Tak Mampu Membendung Rasa
73
Saat Seseorang Berjalan Di Atas Takdirnya Sendiri
74
Kedatangan Tamu Tak Diundang
75
Ketentraman yang Susah Didapatkan
76
Sebenarnya, Awal Itu Tak Pernah Benar-benar Menjadi Awal
77
Tidak Pantas Untuk Mempertahankan Hal yang Tidak Layak
78
Memastikan Pelabuhannya adalah Sagara
79
Sedia Payung Sebelum Hujan
80
Kecemburuan Dan Kerinduan
81
Memang Ada yang Salah
82
Kesalahan Samar Dan Dendam yang Hampir Terbalas
83
Kemandirian yang Perlahan Datang Karena Keadaan
84
Menyisihkan Kepercayaan
85
Semanis Teh Madu Dan Sepahit Empedu
86
Mencari Celah Kebahagiaan Di tengah Kekurangan
87
Akan Selalu Ada 'Kenapa' Dibalik Peristiwa 'Apa'
88
Sedikit Peringatan
89
Sesuatu yang Seharusnya Disadari Sejak Lama
90
Menjadi Rumit
91
Akan Kulakukan Semuanya Untukmu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!