Bab 20 Terekspos secara nyata.

"Aira, ayolah. "

Wanita berbulu mata lentik dengan alis tebalnya, hanya menggenggam erat ujung Lingerie, ia merasa tak pede ketika Edric terus memanggil menyuruhnya mendekat pada ranjang tempat tidur.

"Mm, an-u. "

Melihat tingkah Aira membuat Edric mengangkat kedua alis, tersenyum kecil dan berkata. " Sudah sini, tak usah takut. Kita kan suami istri. "

Apa yang dikatakan Edric memang benar, kenapa juga Aira harus takut, karena semua ini sudah menjadi kewajibanya sebagai seorang istri yang harus rela memberikan seluruh tubuhnya.

"Hem, Aira. Sayang. "

Edric tahu jika Aira juga merasakan hal yang sama dengan dirinya. "Tenang saja aku tidak akan berbuat macam macam pada kamu, jika kamu belum siap. "

Mendengar perkataan suaminya, Aira kini melangkahkan kaki secara malu malu, kedua pipinya memerah melihat Edric yang sekarang hanya memakai kaos oblong. Perlahan Aira duduk pada ujung kasur, membuat Edric berucap. " Aira, jika saya tidak lumpuh mungkin saya sudah menghampirimu. Mendekatlah, apa setakut itu kamu dengan namanya laki-laki, kamu tenang saja saya hanya ingin mengenalmu terlebih dahulu. "

Mendengar kata kata Edric, membuat Aira berusaha naik ke atas kasur, perlahan mendekat dan duduk di sebelah sang CEO.

Pertama kalinya Edric menatap seorang wanita sedekat ini, mengusap lembut rambut yang terurai panjang, merapikan ke belakang. "Wangi."

Senyum terlukis dari bibir Edric, sedangkan Aira masih dengan rasa takutnya. Takut dengan bayang bayang perkataan temannya. Jika malam pertama akan menyakitkan.

"Boleh saya memeluk kamu? "

"Eh, memeluk?"

Edric yang tak bisa menahan gelora dalam jiwa menarik tubuh Aira sampai kepelukkannya. "Begini saja dulu, saya mengenal kamu Aira. Saya tahu kamu belum siap. "

Tubuh Edric begitu hangat, saat besentuhan dengan Aira yang hanya memakai Lingerie. Tidak ada sentuhan lainnya, Edric begitu tenang. "Saya ingin mengenal lebih jauh dengan kamu Aira. " Edric menutup kedua matanya, saat pelukkan itu belum juga terlepas. Aira hanya bisa diam tak merespon kata-katanya.

Sampai beberapa menit kemudian, ada rasa yang berbeda menusuk sukma jiwa, membuat getaran dalam dada. Pelukan yang terlalu lama, mampu membangkitkan h*srat pada kedua insan.

Edric masih belum paham bermain, ia takut jika pasangannya belum siap. Sampai titik kebangkitan keperjakaanya ia tahan, dan melepaskan Aira dalam pelukannya.

"Ayo kita tidur, sudah malam. "

Merebahkan tubuh, mencoba memposisikan tidur dengan kedua kaki lumpuhnya, ada rasa sesal menjalar dalam jiwa. Membuat ia menyadari kekurangannya sendiri.

Aira yang melihat perubahan sikap Edric membuat ia tak mengerti, dengan perlahan menarik selimut menutupi tubuhnya yang begitu terlihat menonjol.

Saat pelukan itu begitu lama, Aira merasakan ada sesuatu yang berbeda pada tubuhnya, sesuatu yang baru ia rasakan.

Aira tidur dengan membelakangi tubuh Edric, wanita yang kini sudah menjadi istri ceo muda itu seakan malu jika terlalu dekat dengan suaminya sendiri.

Menarik napas, ada rasa tak menyangka dalam diri Aira. Edric begitu baik dan memahami dirinya yang belum siap menjalankan ritual malam pertama.

Jam sudah menujukkan pukul tujuh pagi, Edric sudah bangun lebih awal. Sedangkan Aira masih terlelap dalam tidur dengan rasa lelah yang membuat posisi tidurnya tak menentu. Selimut yang ia pakai semalam terjatuh ke atas lantai, membuat tubuh Aira tepapang nyata terlihat oleh Edric.

Aira yang memakai lingerie membuat Edric semakin tak kuat menahan nafsu, sesekali membuang muka. Tapi Aira begitu membuat dirinya tergoda.

Perlahan bibir yang telihat sedikit tebal itu, mencoba mendekat ke arah bibir mungil Aira. Edric ingin merasakan ciuman pertama kalinya dengan wanita yang ia nikahi.

Bibir yang kini sudah mendarat dekat dengan bibir Aira, membuat jam kecil pada meja bersuara. Edric dengan terburu buru bangkit, untuk duduk di atas kursi rodanya, sedangkan Aira malah mengeliat di atas kasur, memperlihatkan lekuk tubuh indah itu semakin menggoda. Membuat Edric hampir hilang kendali.

Menutup mulut yang terbuka lebar dengan telapak tangan, Aira kini bangkit untuk duduk, melihat jam yang terus bersuara membuat ia mematikannya seketika. Tangan mulusnya perlahan menggaruk rambut yang begitu berantakan,

Aira tak sadar dari bangkitnya ia tidur, ada dua pasang mata memperhatikanya.

Edric tersenyum melihat tingkah Aira yang baru saja bangun tidur. Tanpa polesan make-up yang menempel. Wajah Aira tetap saja terlihat cantik dan natural.

Bagaimana bisa seorang wanita desa bisa menjaga kecantikanya yang begitu sedap dipandang kedua mata Edric. Padahal kebanyakan Edric melihat wanita selalu cantik dengan riasan Make-up setiap hari walau tipis atau tebal.

Tapi tidak dengan Aira, saat tidak memakai make-up pun wajahnya tetap sama saat pertama kali Edric melihatnya.

Aira yang belum sadar sepenuhnya saat bangun tidur, kini menyadari jika Edric berada di dalam kamar. Melihat ke arah belakang, Edric tengah tertawa dengan duduk di atas kursi rodanya.

Dengan tergesa gesa Aira bangun, berlari ke kamar mandi.

"Heh, Aira kamu kenapa? "

Teriakan Edric tak mampu dijawab oleh Aira, ia berlari dengan cepat, merasa malu saat dirinya baru saja bagun tidur.

"Aira."

Teriakan Edric diiringi dengan ketukan pintu, " Ada apa? " Aira mulai membalas teriakan Erdric dengan bertanya.

"Cepat mandi, sebentar lagi kita sarapan. "

"Iya."

Tak terdengar lagi suara Edric, Aira mulai membersihkan wajah. Begitu banyak butiran mutiara mengelilingi matanya, "memalukkan. " itulah yang dikatakan Aira di depan cermin.

Padahal semalaman ia tak bisa tidur, karena merasakan getaran aneh pada badannya, menahan dan malah membuat dirinya gelisa. Sesekali melirik pada Edric ia terlihat tertidur pulas.

"Ayolah Aira, apa yang kamu pikirkan. "

Masih terbayang pelukan dan ciuman mesra pada jidat Aira, yang dilayangkan oleh Edric, seperti sebuah awal perkenalan.

Tok .... Tok ....

Ketukan pintu terdengar kembali, Aira sadar jika dirinya terlalu lama berada di kamar mandi, membuat Edric tentu saja datang lagi dan mengetuk pintu.

Dengan terburu-burunya Aira keluar dari kamar mandi, hanya memakai handuk yang melingkari tubuhnya. Baru saja Aira keluar dari kamar mandi, ya dikejutkan dengan Edric yang sudah berada di hadapannya.

Kedua mata Edric berusaha tak menatap istrinya yang hanya memakai handuk saja, dia mencoba memalingkan ke arah lain. Agar dirinya tak tergoda, apalagi percikan air menggenang pada kulit putih dan bersih aira. Membuat Edric ingin sekali membersihkan semua percikan air yang berada pada kulit putih dan mulus istrinya itu.

"Aira, ini aku siapkan baju baru untukmu. "

"Terima kasih. "

Saat langkah kaki mulus Aira mulai melangkah keluar dari kamar mandi, saat itulah handuk yang melingkari tubuhnya. Seketika terlepas, dimana ujug handuk terjepit pintu dan membuat semua teekspos secara nyata.

"AI-R-A."

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

aira jgn pke acara lama

2022-11-19

0

bobo

bobo

wowww bonuzzz

2022-09-15

0

Rindi Almeera Hastu

Rindi Almeera Hastu

aira menggoda

2022-09-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!