Bab 9 Kelakuan Dwinda.

Dwinda melihat Aira mendekat dengan kedua tangan mengepal membuat ia meninju tembok yang berada di samping Dwinda.

Brukkk.

Suara pukulan Aira terdengar keras, membuat Dwinda tentu saja terdiam. Wajah mereka kini begitu dekat. " Anda anggap semua yang aku katakan lelucon. Bisa tidak anda jaga mulut anda ini, agar tidak buat orang marah. "

Dwinda mendorong tubuh Aira, dan berkata. " dasar pereman kampung. "

Pergi begitu saja, terlihat wajah ketakutan dari Dwinda. Padahal wanita yang menjadi istri Ellad itu selalu bisa membuat orang takut padanya, tapi malah dia yang takut pada Aira.

Dengan berjalan lebih cepat dari sebelumnya, Dwinda kini sampai di dalam kamar, ia berjalan ke sana kemari. Memikirkan Aira yang semakin hari semakin menjadi jadi. "sial, menggagalkan pernikahan gadis desa dan juga Edric benar benar susah bukan main. "

"Sayang, kamu kenapa? "

"Aku tidak kenapa kenapa, hanya tak enak badan saja! "

Dwinda terlihat gelisah, dengan apa yang dikatakan Aira. Hari harinya seakan tak menentu. Ellad yang melihat perubahan istrinya tentu saja merasa aneh.

Biasanya sang istri tak pernah cuek, dia selalu melayani Ellad dan juga berkata lembut padanya. Tapi sekarang Dwinda banyak mengabaikannya.

******

Edric yang baru saja masuk ke dalam kamarnya, melihat pada cermin. kedua pipi lelaki berparas tampan seperti bule itu memerah. Apa yang dilakukannya itu diluar kendali, Edric merasa senang bisa melihat dan berdekatan dengan sosok wanita polos seperti Aira.

Kedua kaki yang lumpuh, tidak menyulitkan keperjakaan Edric mengeras. Ia tak pernah sesenang ini. Walau pun dia lumpuh ternyata dirinya adalah lelaki normal. Padahal sudah berulang kali, Edric dekat dengan wanita wanita seksi. Hanya untuk mengetes apa masih berfungsi tidaknya sang penjelajah yang masih perjaka bersembunyi.

Ternyata sang pejaka tidak suka dengan wanita munafik, ia lebih suka dengan wanita seperti Aira. Polos, lugu dan juga baik.

Senyum sinis terlukis dari ujung bibir Edric, ia kembali memutar kursi rodanya.

Hingga tanpa Edric sadari, Dwinda ternyata sudah masuk ke dalam kamarnya.

"Dwinda. Ngapain kamu di sini? "

Dwinda tersenyum menggoda di depan Edric, ia tiba tiba saja membuka kain yang menempel pada tubuhnya. Melepaskan perlahan, hingga tak tersisa. Edric menarik selimut, meleparkan pada ibu tirinya.

"Jangan gila kamu! "

Sang pemilik bola mata coklat itu kini menghepaskan selimut, keatas kasur. Ia berjalan berlenggak lenggok, duduk di lahunana Edric anak tirinya.

"Gila, kamu. Menyingkir. "

Edric mendorong tubuh Dwinda tanpa busana ke atas lantai, membuat wanita berambut panjang lurus itu meringis kesakitan. Edric masih dengan kekesalannya, menarik selimut kembali meleparkan pada Dwinda hingga selimut itu menutupi tubuh Dwinda.

"Aku jijik, lihat wanita berpendidikan tapi merendahkan harga diri. " Pekik Edric. Dwinda hanya menatap tajam pada lelaki yang memakai kursi roda itu. Dengan sigap Edric keluar dari kamarnya.

"Terkunci. Sialan. "

Dwinda malah tertawa dengan nyaring, ia tak mempedulikan suaminya yang masih berada di rumah. Edric membelakangi tubuh Dwinda tanpa helai busana sedikitpun

"Dwinda. Apa kamu gila, aku sudah ingatkan beberapa kali pada kamu. Atau kamu akan tahu akibatnya. " Teriak Edric. Tak membuat rasa takut pada ibu tirinya itu, Dwinda tetap berjalan menuju kursi roda yang diduduki Edric.

"Aku bisa saja membunuhmu, kamu paham itu. " Ancam Edric.

Dwinda malah semakin tertantang dengan amarah Edric, ia malah membuat Edric dengan terpaksa mengambil pistol.

Seketika Dwinda melangkah mundur, setelah melihat Edric memperlihatkan sebuah pistol yang ia acungkan ke atas.

"Jika kamu tidak memakai bajumu yang berserakan itu, aku pastikan kamu mati di tanganku saat ini juga. Aku tak peduli jika aku masuk ke dalam penjara hanya karena membunuh wanita rend*han seperti kamu. "

"Edric. Aku hany .... "

"CEPAT ATAU AKU AKAN MENEMBAKAN PELURU INI KEBADANMU. " Edric bukan main main, ia membentak Dwinda dengan sungguh sungguh.

Hingga dimana Dwinda ketakutan dan memungut helai baju yang berserakan di atas lantai. Karena kelicikannya, Dwinda menaruh celana dalam di bawah kasur Edric dengan sengaja.

Tersenyum sinis, akhirnya Dwinda sudah memakai baju yang ia lepas dengan sengaja. "Aku sudah memakai baju. "

"Bagus, kembalikan kunci kamarku. "

Pistol masih di tangan Edric, membuat Dwinda sedikit takut.

Perlahan Dwinda, memberikan kunci kamar pada Edric. Meraih dengan tangan kekar, membuka pintu kamar. Edric ketakutan jika sang ayah sudah berada di luar kamarnya. Dan melihat Dwinda istrinya berada di dalam kamarnya.

Menarik napas, dan benar saja. Ellad berada di depan pintu, menatap ke arah Dwinda yang berdiri di dalam kamar sang anak.

"Dad, ada di sini. "

Terdengar suara gugup Edric membuat suasana menegang, apa yang harus ia katakan saat sang ayah sudah berdiri di hadapanya. Ellad tersenyum dengan menyapa anaknya.

"Edric."

"Iya, Dad. "

Dwinda mendekat ke arah sang suami. Mengeluar berewok yang sudah memutih, membuat Ellad nyaman.

"Sayang, kamu ke sini? "

"Iya, sayang. Hanya mau melihat pengobatan kamu kepada Edric! "

Terlihat Dwinda menampilkan wajah santai tanpa kepanikan, ia seakan menyusun rencana yang sudah terjadi, membuat drama di depan lelaki yang baru tiga tahun menjadi suaminya.

"Seperti biasa, pengobatan berjalan lancar. Aku sudah memberikan obat dan juga mau terafi Edric. Tapi Edric sepetinya lagi malas, jadi dilanjutkan besok saja. " Lidah tak bertulang, apapun yang dikatakan Dwinda adalah kebohongan besar.

Edric ingin sekali melayangkan sebuah tembakan di wajah Dwinda, tapi ia urungkan niatnya, karena melihat wajah tua sang ayah. Yang masih butuh belaian Dwinda.

Edric mencoba kuat dari kelakuan Dwinda yang berulang kali. Ingin melakukan hal tak senono.

Ellad terlihat menatap pistol yang dipegang oleh Edric. Membuat lelaki paruh baya itu merasa heran.

"Kenapa Edric memegang pistol. Apa dia dalam bahaya." Kecurigaan mulai dirasakan Ellad tentang istrinya. Ia menatap wajah Edric dengan menggerutu dalam hati.

"Sayang, kita ke kamar yuk." Ajak Dwinda pada sang suami. Wanita berbandan seperti gitar sepanyol itu menarik tangan sang suami. Berpamitan kepada Edric dengan tersenyum kecil. Sembari melambaikan tangan dari arah berlakang.

Edric yang melihat kelakuan Dwinda, tentu saja kesal. Menghelap napas, mengeluarkan secara perlahan. Lelaki berbola mata biru itu, mulai menutup kamarnya. Menenangkan pikiran yang sudah kacau akibat ulah ibu tirinya, "Ahk, Dwinda dasar wanita mur*han. Benar benar tidak tahu diri, sudah mendapatkan ayahku, dasar perempuan licik. "

Amarah semakin tak terkendali, membuat Edric memecahkan barang yang berada di dalam kamarnya.

"Awas saja Dwinda. aku akan membuat kamu mengakui kesalahanmu dan juga membuat kamu menyesal karena lancang menggoda dan merayuku. "

Mengacak rambut, Dwinda benar benar membuat Edric frustasi, ia ingin mengatakan semuanya pada sang ayah. Tapi itu tak mungkin karena tak ada bukti, setiap kali Dwinda masuk ke dalam kamar dia pintar mematikkan cctv yang sudah Edric pasang.

Terpopuler

Comments

bobo

bobo

licik jg y mak tiriy

2022-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!