Bab 5 Bermuka Dua.

Tok .... Tok.

Baru saja memikirkan sang ibunda, terdengar suara ketukan pintu dari kamarnya. Gadis sang pemilik bulu mata len.tik bediri berjalan ke arah pintu kamar.

Aira membuka pintu, ia melihat sosok wanita bernama Dwinda berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah jutek.

"Boleh saya masuk."

Gadis berambut panjang dengan ikal ujungnya, mempersilahkan sang pemilik body seperti gitar sepanyol itu masuk.

Dwinda berdiri menatap tajam ke arah Aira, ia melipatkan kedua tangan." saya ingin bertanya pada kamu."

Dengan kesopanan yang diajarkan Siti, Aira menjawab dengan kedua mata menunduk." silahkan?"

"Nama kamu siapa, saya lupa?!"

Dwinda terlihat tak suka dengan Aira, ia menatap sinis dan sedikit jijik melihat penampilan Aira yang norak.

"Nama saya Aira!" Hati Aira masih sabar menghadapi wanita bermuka jutek di depannya.

Walau pun Aira gadis pemalu, ia tetap saja punya rasa kesal dan bisa berubah menjadi gadis bar-bar yang bisa melawan Dwinda jika wanita itu berbuat macam-macam.

Menghelap napas, Dwinda mendekat dan membisikan sebuah ucapan pada Aira." Setelah menikah dengan Edric, saya pastikan hidup kamu tak akan bahagia."

Bukan membuat Aira takut, gadis itu malah tersenyum sinis. Semenjak kematian ibunda di depan matanya, sifat lemahnya seakan berubah.

"Kenapa kamu diam? Apa kamu takut?" Dwinda tertawa dengan perkataanya sendiri." Aira. Gadis manis dari desa, kamu jangan terlalu berharap jika akan menjadi tuan putri di istana CEO ini. Karena yang pantas menjadi tuan putri itu adalah saya."

Aira mengerutkan dahi, setelah mendengar perkataannya. Bukanya dia adalah istri CEO Ellad, Kenapa dia berkata seolah-olah berharap jadi tuan putri? Pikiran negatip Aira terlintas begitu saja. Ia berusaha menepis pikiran jelek dalam otaknya.

"Maaf, saya tidak ada waktu meladeni anda saat ini. Sebaiknya anda keluar dari kamar saya sekarang." Perkataan Aira, membuat Dwinda tentu saja kesal.

"Berani kamu mengusir saya. Heh gadis ingusan baru juga datang sudah songong kamu." Wajah Dwinda memerah, memperlihatkan sebuah amarah. Wanita yang menjadi istri Ellad itu mengepalkan kedua tangan, tak terima dengan perlakuan Aira.

Aira mempelihatkan wajah datar tanpa ekpresi dihadapan Dwinda.

"Saya tidak songong. Hanya saja saya menghargai yang lebih tua,"

Wanita bermata coklat dengan wajah tirusnya memegang kedua pipi, setelah Aira berkata tua.

"Heh, walau pun umur saya berbeda dengan kamu.

Untuk standar kecantikan tentulah saya yang menang."

Aira gadis desa yang hanya berpendidikan sampai lulusan sd, selalu mengedepankan etika dan kesopanan. Ia tak peduli dengan namanya kecantikan, karena percuma cantik jika etika dan kesopanan tak dipakai.

"Di sini bukan ajang kecantikan. Jadi maaf saya cape jika harus meladeni ucapan anda. Karena dua hari lagi acara pernikahan saya dengan Tuan Edric diselenggarakan. Sebaiknya anda pergi, jangan buat kekesalan sampai saya membuat harga diri anda jatuh. Sebagai seorang istri CEO."

Dwinda Jullisa wanita berpendidikan sarjana di luar negri dan mempunyai gelar sebagai dokter, kalah bicara dengan gadis desa yang hanya lulusan sd. Dari mana Aira berlajar berbicara dengan baik dan sopan?

Rasa kesal kini terus memburu hati Dwinda, membuat ia mulai melayangkan kata hinaan di hadapan Aira.

Hanya saja hinaan itu terhenti, sosok lelaki berperawakan kekar dengan tubuhnya yang tinggi datang mengetuk pintu kamar Aira.

Terdengar suara lembut lelaki berambut putih memanggil Aira." Aira."

Mendengar suara sang suami tentu saja membuat Dwinda berubah, wajah juteknya kini menjadi ramah.

Dwinda mendekat merangkul kedua bahu Aira. Memperlihatkan keakraban antara menantu dan mertua. Aira membuka pintu, melihat sosok lelaki bertubuh tegap memperlihatkan wajah juteknya." Sayang, loh kamu ada di sini?"

"Papih, biasalah. Moms lagi mengeksekusi gadis kampung ini, takutnya dia itu jahat sama Edric. Momskan harus selektif memilih calon menantu. Dan moms harus beri arahan sama gadi ini. Agar bisa mengurus Edric dengan baik."

Pujian kini terlontar dari mulut Ellad," moms memang istri luar biasa, tak sia-sia papih pilih istri seperti moms. Udah cantik, pintar dan juga baik."

Dwinda tersenyum dengan apa yang dikatakan Ellad." Papih, bisa aja kalau puji moms, sampai berlebihan begitu." Dwinda sedikit membenarkan rambut panjangnya. Membuat rambut Dwinda menyentuh wajah Aira.

Demi drama agar terlihat baik di depan suami, Dwinda menasehati Aira." Sayang. Jika kamu ingin Edric dekat dengan kamu, usahakan buat dia nyaman dulu."

Aira hanya menampikan senyuman kecil di depan Dwinda dengan bergumam dalam hati," dasar wanita bermuka dua, awas saja. Dia belum tahu gadis desa seperti apa aku ini."

"Padahal tadi saja kelihatan enggak bakal akur. sekarang sudah kaya perangko melekat."

Dwinda tersenyum melepaskan tangannya dari kulit Aira, ada rasa jijik saat menyentuh kulit wanita kampung itu. Dwinda yang memang selalu perawatan mengibas tanganya, agar tidak ada kuman yang menempel.

"Sayang, kamu mau ngapain datang ke kamar Aira?"

Lelaki berambut berwarna putih itu menggaruk belakang kepalanya yang tak terasa gatal, ia tersenyum kecil." Papih. Cuman mau mastiin dia ada di dalam kamarnya."

Dwinda tak memperlihatkan kecurigaan pada sang suami, ia kini menarik tangan lelaki berbadan tegap itu.

Sedangkan Aira, menggerutu kesal. Tanpa sadar sosok lelaki yang akan menikahinya berada di hadapanya saat ini.

"Kamu kenapa?"

Edric Jeffod, menatap wajah Aira. Membuat gadis berumur delapan belas tahun itu menjadi gugup, ia tak tahan dengan pesoan sang CEO, walau Edric lumpuh. Tapi ketampanannya begitu memukau.

Menunduk pandangan, Edric semakin mendekat ke arah gadis yang sebentar lagi menjadi istrinya, tangan Edric yang di anggap Aira kurus, ternyata berisi dan terlihat urat tangan membuat kekaran seorang lelaki semakin terlihat.

"Apa dia selalu berlatih, hingga dari dekat badanya begitu kekar." Gumam hati Aira.

Tangan Edric sampai di dagu Aira, dengan sengaja Edric membuat wajah Aira agar tak menunduk seperti malu jika berhadapan dengannya.

"Sebentar lagi kita akan menikah, apa bisa kebiasaan kamu yang selalu menundukkan wajah di ubah. Bagaimana aku bisa melihat kecantikan alami yang tersembunyi ini, jika sang pemilik wajah terus menunduk seakan enggan bertatapan."

Dang, dig, dug.

Itulah yang dirasakan jantung Aira saat ini, antara takut dan tak karuan. Ada rasa senang semua tercampur aduk menjadi satu, seperti sop buah.

"Maaf tuan. Saya belum terbiasa."

"Tadi kamu bilang apa?"

"Tu-a-n!"

"Mm, jangan panggil aku tuan. Panggil saja Edric atau jika nanti sudah menikah panggil saja sayang. Sepertinya cocok."

"Saya akan usahakan."

"Bagus."

Edric mulai pergi dengan kursi rodanya, setelah memegang dagu Aira. Dan mengatakan perkataan sedikit terdengar mesra.

Sejauh ini Edric terlihat baik, tapi setelah menikah apa dia berubah?

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

bermuka dua

2022-11-19

0

bobo

bobo

asliy baikkah/sbg taktik aj endrik pd aira??hny author yg tau

2022-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!