Bab 16 Pernikahaan

Pernikahan di gelar, acara hanya sederhana tidak seperti pernikahan mewah yang selalu dilihat Aira pada televisi. Tamu udanganpun hanya sedikit, CEO Ellad seakan memprivasi semua tentang anaknya yang lumpuh.

Tidak ada season poto-poto, seperti pernikahan pada umumunya. Benar benar tak menarik, apa semalunya itu Sang CEO Ellad sampai mengakui pada dunia jika Edric adalah anaknya yang begitu jenius dan sudah bergelar sebagai CEO, karena kerja kerasnya sendiri.

Aira menatap sayu ke arah Edric. Anak muda yang jarang sekali dipercaya oleh ayahnya sendiri, karena kekurangan yang ia punya. Gadis manis pemilik bulu mata lentik dengan bola mata hitamnya, merasa iba seakan ingin mengurungkan niatnya balas dendam.

Ellad seperti menyingkir, tak berdekatan dengan Edric anaknya sendiri. Lelaki berambut putih itu lebih banyak menghabiskan waktu dengan Dwinda istrinya.

Melihat lelaki yang kini sudah sah menjadi suaminya, membuat Aira memegang puggung tangan Edric, dimana sang pemilik bola mata biru itu menarik tangan Aira, hingga bibir yang terlihat sedikit tebal berbisik pada telinga sang gadis pemilik dagu bulat dengan bibir tipisnya.

"Kamu tak sabar ya, ingin menghabiskan malam pertama denganku. "

Aira menggerutu kesal pada hatinya, disituasi hatinya yang merasa kasihan pada Edric, lelaki berparas tampan dengan hidungnya yang mancung itu masih bisa membisikan kata kata mesum pada telinga Aira.

Menghempaskan tangan, membuat Aira memajukkan bibir atas bawahnya, membuat Edric tentu saja semakin bergairah.

Ellad, Sang CEO kini menghampiri Edric dengan wajah tak sedap di pandang mata.

"Edric, kamu nikmati saja acara pernikahan yang sudah. Dadi gelar. "

Aira menggerutu kesal pada hatinya setelah mendengar Ellad berkata seperti itu. " Menikmati apanya, orang hanya pesta kecil dan tamunya hanya sepuluh orang. Hidanganya pun sedikit. Mau kenyang bagaimana perutku ini. "

Edric hanya menganggukkan kepala, begitupun dengan Aira. Sedangkan Dwinda hanya menunjukkan wajah jutek pada Aira, membuat gadis berbulu mata lentik itu mengancungkan jari tangan dengan mengerakan bibir tanpa bersuara. " F*ck y*u."

Kedua mata Dwinda membulat tak terima dengan perlakuan gadis desa yang sudah menjadi menantunya itu, ia ingin sekali melempar Aira dengan sepatu berhak tinggi dengan di ukirnya berlianya pada sepatu yang ia kenakan, pada wajah manis gadis itu.

Karena dirinya sebagai istri CEO dan di akui semua orang sebagai wanita terhormat. Maka dari itu Dwinda berusaha menahan emosi, Dimana Aira selalu sengaja membuat wanita sang pemilik bola mata coklat itu kesal.

Dwinda memberi selamat pada Edric dan hampir mencium pipinya, dimana Edric mencurigai kelakuan Dwinda yang tak menyenangkan.

Aira menyadari semua itu, menginjak gaun yang terurai pada atas lantai, gaun Dwinda yang begitu mewah seperti pengantin.

Hingga dimana Ellad mengajak Dwinda buru buru pergi dari pernikahan yang membosankan itu. Saat kaki sudah menyentuh gaun Dwinda, sang pemilik Gaun itu terjatuh membuat kerobekan yang parah pada bagian pinggul Dwinda.

Memperlihatkan body bak gitar sepayol itu terekspos, oleh para pengunjung. Ellad dengan sigap menutup bagian yang sensitip, membuat rasa malu pada diri Dwinda. Kedua pipi memerah.

"Sayang, kamu tidak kenapa- napa kan? " pertanyaan Ellad malah membuat Dwinda marah, Aira yang tak ingin dirinya tersalahkan membuat kepanikan dengan membantu menutup body gitar sepayol itu tertutup dan tak dilihat orang lain.

"Papih, sakit. "

Dwinda meringis kesakitan, akibat hantaman keras tubuhnya pada atas lantai, membuat ia menangis dan kesal.

Semua tamu yang sedikit mulai membantu Dwinda berdiri, Aira hanya bisa menahan tawanya di balik telapak tangan.

"Ternyata menyenangkan juga, membuat si nenek lampir itu kesakitan. "

Gumam hati Aira.

Dwinda kini berdiri dengan memegang pinggangnya yang terasa sangat sakit, seperti tulang yang sudah patah akibat terjatuhnya Dwinda mendadak.

"Aw, sakit." Meringis kesakitan.

Setelah Dwinda berdiri, wanita pemilik bola mata coklat itu menatap tajam ke arah Aira. Menunjuk gadis yang kini sudah menjadi istri sah Edric, menyalahkannya dan berkata," pasti semua ini ulah kamu kan? Ayo cepat mengaku."

Aira yang selalu memperlihatkan keluguannya di depan semua orang, hanya menunduk memperlihatkan rasa takut ketika Dwinda memarahi dan juga menyalahkannya.

kedua mata Aira berkaca-kaca, membuat Ellad yang melihat rasa takut pada diri Aira. Menghentikan amara sang istri dengan sedikit membentaknya. " sudah cukup Dwinda, jangan kamu salahkan lagi istri Edric. Bisa saja kamu yang ceroboh, dan salah memilih gaun.

"Papih, kenapa papih malah menyalahkan Mommy? Sudah jelas pasti wanita ini, Biang Kerok di mana Mommy jatuh secara tiba-tiba."

"Saya tidak bermaksud menginjak gaun Ibu Dwinda, jelas-jelas gaun itu membuat kaki saya terlilit. "

Dwinda yang mendengar Aira memfitnah dirinya, membalikan semua perkataan. Membuat Ellad semakin kesal pada istrinya itu, Ellad kini berubah menjadi lelaki yang sedikit kasar, tidak seperti dulu lembut. Karena berusaha menjadi lelaki tegas untuk sang istri.

"Papih, liat Aira malah menyalahkan Mommy. "

"Sudah cukup, Mommy, jangan selalu menyalahkan Aira dan melibatkan Aira dalam kecelakaan yang kamu rasakan sediri. Dari tadi istri Edric itu menetima tamu."

Bentakan Ellad, tak sadar membuat hati Dwinda merasa sakit, padahal Dwinda berusaha memperbaiki hubungan dirinya dengan sang suami. Agar ia leluasa bisa menghancurkan keluarga Ellad dengan alasan yang sudah ia pegang teguh.

Dwinda datang bukan dengan maksud mengambil harta kedua CEO kaya. Bagi dirinya harta sudah cukup, Dwinda adalah anak yang dilahirkan dari seorang pengusaha besar, gelar Dokternya sudah menjurui ke semua rumah sakit.

Wanita pemilik bola mata coklat itu, tak pernah kekurangan harta sedikit pun.

Maka dari itu, ada maksud lain Dwinda datang pada keluarga Ellad.

Ellad lelaki tua itu, langsung membopong tubuh sang istri, ia malas berdebat dengan istrinya dihadapan banyak orang.

"Papih, Mommy belum selesai berbicara dengan gadis itu. Mommy ingin memberi pelajaran pada dia. "

Teriakan yang sangat memalukan bagi Ellad, bagaimana tidak, saat Dwinda di bopong paksa oleh suaminya. Dwinda masih saja menyalahkan Aira dengan berteriak-teriak seperti anak kecil. Yang merengek meminta sesuatu kepada ibunya.

Membawa paksa Dwinda masuk ke dalam mobil, Ellad kini membekam mulut istrinya dan berkata, "sebaiknya kita cepat pulang, hentikan teriakan kamu itu sungguh memalukan diriku. Jika kamu terus berteriak seperti ini. Aku pastikan kamu aku turunkan di tepi jalanan yang jauh dari orang orang."

Mendengar ancaman yang keluar dari mulut Ellad berkata seperti itu, tentulah Dwinda takut, pada saat itulah wanita pemilik bola mata coklat, hanya diam membisu di sepanjang perjalanan, ia tak berani mengatakan satu patah kata pun di hadapan suaminya.

Walau sebenarnya hatinya merasa kesal dengan perlakuan Aira.

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

aira mau di lawan

2022-11-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!