Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.

"Ya sudah kalau begitu, kenapa papih tidak langsung membawa gadis kampung ini menemui Edric atau jangan-jangan papih suka sama dia. " Perkataan si pemilik bola mata berwarna coklat itu memperlihatkan kecemburuannya.

Wanita bernama Dwinda Julissa adalah seorang istri kedua Ellad, setelah kematian istri pertama bernama Maya Valencia wanita keturunan Amerika yang bergelar sebagai dokter. Ia mati tanpa di ketahui apa penyebabnya.

Tak ada tanda tanda sakit pada Maya Valencia, kematian menyimpan sebuah rahasia. Tiba tiba saja Maya mati dalam ke adaan tertidur, dokter yang menanganinya pun sempat bingung. Saat di vonis, tak ada penyakit atau pun kekerasan pada kematian Maya.

"Sayang, kamu kok cemberut gitu. Senyum sedikitlah, papih tidak ada maksud dengan wanita kampung ini." Ellad berusaha membujuk Dwinda, mencuil dagu belahnya membuat senyuman kini terukir dari ujung bibir istri cantiknya itu. 

"Ya, habisnya. Ngapain coba papih lama-lama disini sama dia, harusnya papih itu langsung bawa aja ini cewek ke kamar Edric agar mereka langsung bertemu." Dwinda Julissa, menggerutu kesal walau tadi ia sempat tersenyum lembar di depan Ellad. 

"Papih, ini cuman mau memastikan bahwa gadis kampung ini bersih dari penyakit kulit, memangnya moms mau kita terjangkit penyakit menular yang disebarkan dia." Mendengar cerita dari Ellad membuat Dwinda bergidik ngeri, sembari mengusap kedua tangan nya, " Ihh, nggak lah pih, moms mana mau."

"Makanya papih menyelidiki setiap inci tubuhnya, kalau dia benar benar bersih." Tegas Ellad.

Aira dari tadi mematung mendengar percakapan kedua insan yang membicarakan dirinya. 

"Terserah, papih saja. Moms mau pergi ke mall, membeli baju dan keperluan anak anak." Dwinda pergi begitu saja, tanpa mau mengantarkan Aira pada Edric. Sedangkan Ellad hanya menggelengkan kepala melihat istrinya tanpa mau mendengarkan penjelasan nya hingga selesai. 

Selama menikah dengan Dwinda, Edric seakan tak suka dengan ibu barunya, dia terkesan cuek dan tak suka dengan tingkah Dwinda, setiap melihat wanita itu bergelayut manja pada sang ayah. 

Padahal Dwinda sudah berusaha menjadi ibu sambung yang baik untuk Edric, tapi tetap saja tak ada respon positif dari anak tirinya sampai sekarang, entah alasan apa Edric begitu terlihat tak menyukai Dwinda?

"Aira."

Panggilan lembut dari Ellad membuat lamunan Gadis manis bernama Aira itu mengangkat wajah dan menjawab." ya."

"Sekarang saya akan mempertemukan kamu dengan Edric di dalam kamar, karena kamu sudah lulus seleksi akan kebersihan tubuh oleh saya."

Perkataan Ellad yang tak disuka oleh Aira, " Memangnya gadis kampung sekotor itu, sehingga dia bilang kalau aku takut menularkan penyakit kulit." Gerutu hati Aira. 

Perlahan pintu mewah dan besar di hadapannya terbuka lebar, memperlihatkan sosok lelaki duduk di kursi roda membelakangi tubuh Aira. 

Sang ayah dengan posisi masih berdiri, memanggil anak satu satunya dari pernikahan pertama bersama Maya Valencia. 

"Edric."

Panggilan sang ayah, membuat sosok lelaki bernama Edric memutarkan kursi roda berhadapan dengan lelaki yang sudah membesarkannya tanpa memandang lelah.

Aira membulatkan kedua mata, dengan mulutnya yang tiba-tiba terbuka lebar, melihat sosok lelaki tampan duduk di kursi roda. Lelaki  berhidung mancung dengan kumis tipis, kedua bola mata berwarna biru, dengan bibir tipis. Seketika membuat kedua mata Aira terpanah dengan ketampanannya. 

"Sesat, sesat." Gerutu hati Aira, dia langsung mengusap kasar wajahnya. 

"Ada apa, ayah?" Tak ada senyuman di bibir anak lelaki ya itu, Edric terlihat jutek seperti saat Aira melihat ayahnya. 

Mereka keluarga yang kurang senyum. 

"Oh, ya. Ini Aira!" Jawaban sang ayah membuat, Edric mendekat ke arah Ellad," Apa dia gadis dari kampung?"

Lelaki tua dengan rambut berwarna putih itu menganggukkan kepala dengan menjawab," ya. Bukanya kamu meminta agar ayah mencari sosok gadis kampung untuk kamu jadikan seorang istri. Dan Aira ini gadis kampung yang baru saja datang."

Aira hanya menundukkan wajah, sesekali ia melirik ke arah Edric dengan kedua kakinya yang lumpuh.

"Karena Dad, sudah menemukan gadis kampung yang kamu inginkan, jadi kapan acara pernikahan di gelar? " Pertanyaan Ellad membuat Aira tercengang kaget.

Padahal baru saja bertemu, belum juga mengatakan kata cocok sang ayah langsung membicarakan pernikahan.

"Aku ingin dua hari ini acara pernikahanku di gelar. "

Perkataan Edric membuat Aira berkata dalam hati," Secepat itu."

Aira hanya mengatakan kata iya, setelah sang CEO menanyakan, keberatan apa tidaknya Aira saat ini. 

Dia takut jika menolak, dirinya akan mati sia-sia di tangan kedua CEO kurang senyum itu. Jika ia mati, dirinya tak bisa membalaskan dendam kepada Sodikin ayah tiri yang sudah nembak Siti di depan mata kepala nya sendiri. 

Apalagi Aira mendengar percakapan saat di dalam mobil, lelaki berjas hitam membicarakan Sodikin yang sebenarnya menjual Aira demi uang miliaran. Betapa hancurnya hati Aira, ia dibawa paksa hanya disuruh menikahi CEO lumpuh. 

Entah apa tujuan kedua lelaki di hadapannya, ia harus berhati hati, karena tak tahu jika suatu hari nanti bisa saja hidupnya mengenaskan dalam sekejap mata.

Ellad memanggil pelayan  menyediakan kamar untuk Aira, agar gadis pemilik bola mata hitam dengan bulu mata lentiknya bisa beristirahat. 

"Ada apa, tuan?"

"Tolong antarkan Aira ke kamarnya! "

"Baik, tuan."

Aira yang mengikuti pelayan, kini berjalan perlahan. Dimana pelayan itu menunjukkan kamar untuk Aira.

Betapa terkejutnya Aira melihat kamar yang ditujukan pelayan untuk dirinya, begitu mewah dan rapi. Aira seperti hidup di dunia dongeng dengan penuh kemewahan. 

Perlahan  melangkahkan kaki menuju ranjang tempat tidur di dalam kamarnya. Gadis si pemilik bola mata hitam itu duduk pada kasur yang terasa begitu empuk, dengan kedua mata menatap ke arah  jendela, terlihat pemandangan sangat luar biasa indahnya. 

Di rumah seorang CEO memiliki taman yang cantik, terlihat bunga bunga berwarna warni terlihat jelas sekali, saat Aira menatap dari dalam jendela kamarnya. 

Dua hari setelah ini, Aira akan menghadapi sebuah pernikahan yang tak didasari dengan rasa cinta. Dirinya akan menjadi seorang istri di usia delapan belas tahun, usia yang terbilang masih muda. Padahal baru saja Aira membahas usia dan pernikahan bersama sang ibunda. 

Tak tahan rasanya menahan kesedihan dalam hati gadis berumur delapan belas tahun itu, Aira kini menitihkan air mata, membuat air mata itu mengalir seperti sungai kecil. 

Bagaimana nasib sang ibunda yang sekarang? Apa dia masih hidup, atau sudah mati? 

Sesekali Aira menyeka air mata yang terus mengalir melewati kedua pipinya, hatinya sakit, rapuh. Dan tak berdaya, entah bagaimana nanti nasibnya setelah menikah dengan seorang CEO muda lumpuh.

Apa akan menderita atau malah sebaliknya bahagia?

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

sabar saja aira

2022-11-19

0

bobo

bobo

ceoy jgn bkin jutek trus bucin thor..karena itu dah biasa...

2022-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!