Bab 7 cara makan Aira.

Ellad justru merasa tak suka dengan apa yang dilakukan Aira, karena tidak seperti orang berpendidikan, jorok makan memakai jari tangan. Lelaki berambut putih menatap tajam ke arah Aira.

Sedangkan Aira tetap biasa saja menangapi lelaki tua yang berada dihadapanya.

"Kenapa, Dad? Heran ya? "

Lelaki tua bernama Ellad, mulai duduk setelah melihat Aira selesai makan, tidak ada nasi sedikit pun terlihat dari piring bekas makananya.

Saat Aira mulai berdiri, Ellad menyuruhnya untuk duduk dulu.

"Tunggu, Aira? "

Aira menurut, ia duduk dengan memperlihatkan wajah polosnya, sembari menunduk pandangan.

"Aira , makan pakai tangan. Itu jorok. Di sinikan sudah tersedia sendok dan garpu, kenapa kamu tidak menggunakan benda ini, untuk makan agar kita terlihat bersih dan sehat. "

Aira sudah menduga akan jadinya seperti ini, ia bisa saja makan dengan sendok dan garpu. Tapi karena kebiasaan, Aira merasa nyaman dan lebih nikmat saat makan memakai tangan.

"Maaf sebelumya. Jika di kampung kami selalu makan dengan tangan, karena sudah menjadi kebiasaan, untuk jorok. Pakai tangan itu tidak jorok, asal kita cuci tangan dengan bersih dan selalu potong kuku setiap kuku kita sudah mulai memanjang."

Ada rasa penasaran dengan cara makan wanita berambut panjang ikal ujungnya, membuat Ellad penasaran. Sedangkan Edric tersenyum kecil seraya berkata. " Kenapa, dad. Apa Dad penasaran dengan meniru gaya makan Aira. "

"Siapa? Enggak. Mana mungkin! "

Gadis polos bernama Aira, kini mulai berucap di depan Ellad. " Jika, ingin mencoba. Coba saja, makan dengan itu benar benar jauh berbeda."

Mendengar perkataan calon istrinya, Edric mulai mencoba memperaktekan cara makan Aira. Perlahan dan pada akhirnya bisa, walau memang agak susah.

"Susah juga makan dengan jari tangan, tapi berasa berbeda. "

Dwinda keluar dari kamarnya, ia kini melihat keakraban dari Aira dan kedua lelaki yang menjadi pengeran dalam hidup Dwinda, seperti mendapat sesuatu kebahagian yang begitu luar biasa.

"Sejak kapan mereka sebahagia itu?"

Bercanda bergurau. Itu sesuatu yang baru di lihat. Ayah dan anak begitu akrab, biasanya mereka bersikap cuek satu sama lain. Tapi semenjak datangnya Aira semua suasana berubah. Begitupun dengan Edric. Sebagai seorang ibu tiri, baru kali ini ia melihat Edric tersenyum. Menampilkan ketampanan yang begitu bercahaya.

Deng ....

Begitu terasa menusuk jiwa, karena melihat Edric dari tadi tersenyum. Membuat hati Dwinda merasa tak karuan. "Edric kamu begitu tampan, kapankan aku bisa mendapatkanmu walau dengan cara licik. "

Bergumam dalam hati, sang pemilik bola mata coklat dengan bibir tebalnya menghampiri keseruan di meja makan.

"Wa, seperti suasana yang begitu menyenangkan. "

Melipatkan kedua tangan, tersenyum di depan Edric dan Ellad. Dwinda seperti ulat bulu yang tiba tiba saja menganggu.

"Dia lagi. " Gerutu Edric. Memalingkan wajah dari senyuman ibu tirinya.

Dwinda tak menyangka, jika Edric membuang muka, padahal dia melihat Edric bahagia saat melihat Aira dengan tersenyum lepas.

Ellad masih dengan suapannya, kini menatap ke arah istri cantiknya.

"Sayang, keadaanmu bagaimana? "

"Sedikit lebih baik sayang, tadinya aku ingin makan di dalam kamar. Tapi rasanya kurang enak, kalau tidak dengan kamu!"

Rayuan maut bibir tebal Dwinda, mampu meluluhkan hati Sang suami.

Edric yang berada di samping ayahnya, dengan terburu-buru menyelesaikan makanannya. Iya ingin segera pergi dari hadapan Dwinda yang selalu memamerkan kecantikan dan juga lekuk tubuhnya.

Edric tak suka dengan ucapan Dwinda yang terdengar norak dan kampungan, Walaupun dia menempuh universitas luar negeri, tidak ada rasa ketertarikan sama sekali untuk Edric. Apalagi gelarnya yang sebagai seorang dokter, berpura-pura menyembuhkan kelumpuh Edric, yang sampai sekarang tak Ujung sembuh.

Dwinda malah seperti wanita yang berniat mendekati Edric, setelah menikahi Ellad. Walau kenyataan belum terungkap pasti, apalagi setelah kematian Maya. Edric sedikit curiga dengan ibu tirinya itu.

Karena tak ingin berlama lama melihat Dwinda, Edric mulai menjalankan kursi rodanya, mendekat ke arah Aira, sepertinya ia ingin membawa gadis kampung itu hanya untuk sekedar berjalan-jalan di taman belakang rumahnya.

Dwinda yang melihat Edric memegang tangan Aira, membuat dirinya kesal. t

Terlebih lagi, ia memperlihatkan kekesalan itu dengan memotong potong daging, tanpa di sadari Ellad memperhatikan istrinya.

"Sayang, kenapa dagingnya dirusak seperti itu. Apa ada yang membuat kamu kesal?" Pertanyaan lelaki berambut putih dengan hidungnya yang mancung, membuat Dwinda menghentikan aksi tangannya yang merusak steak daging yang akan ia makan.

Dwinda berusaha menampilkan senyuman di depan Ellad, agar suaminya itu tak curiga dengan apa yang sudah ia rasakan, ketika melihat anaknya dan juga gadis kampung pergi dengan berpegangan tangan, rasanya membuat Dwinda benar-benar dalam kecemburuan'

"Sayang ini kan daging stik, jadi aku memang berniat mencincang daging ini, supaya daging ini tidak lama aku kunyah dalam mulutku, kamu mengerti kan sayang." Jawaban yang sangat aneh terdengar oleh Ellad. Wanita anggun di depannya semakin terlihat berbedaan, dikala kedatangan Aira ke rumah untuk dijadikan seorang menantu.

"Kamu ada ada aja, moms." Ucapan singkat dari Ellad yang memang terkesan cuek dan jarang berbicara.

Ellad yang tak suka berdebat hanya karena masalah sepele dan juga tak berguna." kini meneruskan suapan makanan yang berada di sendoknya. "

******

Benar-benar taman yang sangat cantik ketika kedua mata berwarna hitam itu melirik dengan jelas, tidak seperti tadi pagi saat dirinya berada di dalam kamar. Ia hanya menatap taman dan bunga-bunga dari kejauhan," benar-benar indah seperti di desa halaman saya. Bunga bunga mawar dan tulip ini mengigatkan pada ibu. Andai ibu ada di sini. "

Mendekat saat mendengar keluahan Aira, lelaki berbola mata biru dengan hidungnya yang macung berkata," Kenapa kamu tidak mengajak ibumu ke sini, bukannya aku menyuruh ayahku, untuk mencari sosok gadis di desa dan membawa kedua orang tuanya ke rumah. "

Aira kaget dengan perkataan Edric, padahal yang ia tahu bahwa dirinya dijual dan ibu mati terbunuh oleh ayah tirinya sendiri ," apa kamu tidak tahu kenapa aku bisa berada di sini dan mau menikah dengan kamu Edric?"

Perkataan kaku itu berubah dari mulut Aira, gadis desa berbulu mata lentik kini mengutarakan perkataan. Aku dan kamu.

Edric mengerutkan dahi dengan bertanya." Maksud kamu apa? Aira, tersenyum ia ingin sekali mengatakan yang sebenarnya, akan tetapi dirinya juga tidak mau dibodohi akan hal-hal di rumah seorang Ceo yang memang mempunyai martabat tinggi dan juga kedudukan, maka dari itu Aira berpura-pura menjadi sosok wanita yang polos yang benar-benar bisa ditipu. "

Dengan kepolosan yang diperlihatkan Aira, gadis itu menunduk dengan berkata. " maafkan saya tuan. Saya malah lancang berkata tak sopan dan menceritakan keadaan di desa. Seperti di taman ini. "

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

edrid tdk tahu

2022-11-19

0

Ella Elyana

Ella Elyana

lanjut thir

2022-09-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!