Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO

Tak menyangkanya Siti melihat putri semata wayangnya. Keluar dari kamar tidur, melihat keributan di dalam rumah. Gadis bernama Aira itu tentu menjadi sorotan mata lelaki berjas hitam, mereka seakan terpesona dengan kecantikan yang baru pertama kali mereka lihat, kecantikan natural. 

Siti tidak mau jika anaknya jadi korban akan keserakahan sodikin, lelaki paruh baya yang berani menjual anak tirinya, untuk menebus hutang kegilaanya, selama bermain judi. 

"Aira, kenapa kamu malah keluar dari kamarmu, nak. Ibu mohon cepat masuk dan kunci pintu kamar rapat rapat." Perintah wanita berbadan bongkok, berusaha melindungi anaknya dari marabahaya lelaki- lelaki hidung belang di depanya. 

Sodikin berusaha meringis kesakitan, agar ada rasa kasihan di benak Aira untuk membantu sang ayah." Aira, kamu jangan pergi, sebaiknya kamu ikut dengan om ini ya. Ini demi kebaikan kamu."

"Cukup, pak. Jangan memojokan Aira dengan belas kasihanmu, jika pada ujungnya kamu menjual Aira pada lelaki hidung belang di kota."

Sodikin mengerutkan dahinya, mendengar kesalahpahaman yang terlontar dari mulut istrinya, " kamu ini salah paham,  bu. Tidak ada yang mau menjual Aira kepada lelaki hidung belang. Bapak cuma ingin Aira menikah dengan salah satu CEO di kota. Agar hidup Aira itu terjamin, ia tidak harus menderita tinggal di kampung ini hanya meneruskan generasi kita sebagai petani, Kasihan Aira."

"Sama saja, pak. CEO itu orang yang sangat kejam dia bisa saja melakukan apa yang ia inginkan terhadap Aira, apalagi anak gadis seperti Aira ini masih belum mengenal jauh akan …."

Lelaki berjas hitam dengan kacamata yang ia pakai kembali untuk menutupi kedua matanya, kini melangkah berjalan ke arah wanita bungkuk yang menurut dirinya sebentar lagi akan menemui ajalnya. 

" Cukup, apa yang ibu katakan itu tidak benar. CEO bos kami itu tidak kejam, dia berhati baik."

Sodikin kini kembali meringis di depan istrinya untuk segera menyerahkan Aira. Kalau tidak hidupnya diambang kematian, akan tetapi sang istri yang memang tidak ingin memberikan Aira kini membawa anak gadisnya untuk segera masuk ke dalam kamar. 

"Aira, sebaiknya kamu pergi dari sini."

Berjalan dengan menuntun anak gadisnya menuju  kamar tidur, pada saat itulah. 

Dorrrr ….

Satu tembakan mengenai punggung bongkok Siti, membuat darah keluar dari mulut wanita paruh baya itu. 

"Ibuuuuuu …."

Aira mulai  berlari menahan tubuh sang ibunda, yang mulai jatuh mengenai atas lantai, darah keluar  dari mulut Siti membuat tangan mulus Aira tercecer darahnya. 

Aksi tembakan dilayangkan oleh Sodikin suaminya sendiri, ia tak bisa menahan rasa kesal, hingga tega menghabiskan nyama sang istri. 

Mengepal kedua tangan, leher mulus memperlihatkan urat urat yang tiba tiba menonjol, memperlihatkan kemarahan Aira kepada sang ayah. 

"Maafkan bapak Aira, bapak terpaksa melakukan semua ini,  karena ibu kamu terus menahan kamu untuk dibawa oleh para suruhan CEO." 

Pistol dijatuhkan begitu saja oleh Sodikin ke atas lantai," Bawa gadis itu, dan lepaskan saya sekarang juga."

"Bapak tega, bapak benar benar tega." Teriakan Aira bergeming di telinga Sodikin, dimana Aira dibawa paksa oleh lelaki berjas hitam dengan wajah jutek mereka.

Sodikin melakukan semua ini demi kebaikannya sendiri. 

Tak mempedulikan anak tirinya itu, saat dibawa paksa oleh para lelaki berjas hitam yang terlihat sedikit menyeramkan. 

Setelah kepergian Aira dibawa paksa, menuju mobil. Sodikin melihat tas hitam yang ia bawa. Melihat isi tas masih utuh. " Hanya memberikan Aira, CEO itu menambahkan lagi uangnya."

Lelaki tua itu kini berusaha berdrama di depan tetangganya Ia berlari mencari bantuan untuk menguburkan istrinya yang sudah tertembak.

Kebetulan di kampung Sodikin jarak rumah tetangga berjauhan, jadi jika menyembunyikan kasus pembunuhan tidak akan ketahuan. Oleh siapapun, apalagi Sodikin begitu cerdik seakan dirinya yang teraniaya. 

*****

Mobil hitam mewah, mulai membawa Aira menuju tempat Sang CEO berada, wanita bermata bulat dengan bulu mata lentiknya, sudah merasa tak enak hati dengan nasibnya. Ia berusaha tenang dengan tidak menitihkan air mata, hatinya merasa rapuh, melihat kematian sang ibunda di depan matanya sendiri.

Mengepal erat kedua tangan seraya bergumam dalam hati, " akan kubalas perbuatan kamu , SODIKIN. "

Jari jemari ia sentuhkan pada kaca mobil, disetiap perjalanan yang dilaluinya gemercik hujan terus turun, seakan langit tahu bahwa dirinya kini sedang tak baik baik saja. Semua lelaki berjas hitam di dalam mobil tak ada yang berbicara sama sekali, mereka seakan fokus.

Aira baru melihat setiap hamparan jalanan, yang tak pernah ia lihat, bunga bunga tersiram akan rintikan air hujan, membuat bunga itu terlihat segar, setiap jalanan dilalu mobil yang ia tumpangi.

"Apakah ini keindahan luar yang sesunggunya. "

Tersenyum dalam kesedihan, seakan awan hitam dilangit mulukiskan wajah sang ibunda. Hingga salah satu halilintar berwarna putih menyerbu ke bawah bumi, membuat lukisan itu hilang dan meredup seketika.

"Siapa nama kamu?" Pertanyaan datang untuk Aira, ia gadis polos yang tak tahu apa apa.

"Nama saya Aira!" Jawaban Aira terlihat gugup, karena mungkin Aira merasakan rasa takut.

"Kamu jangan takut, kami tidak akan menyakitimu. Karena tuan kami ingin melihat kamu dalam ke adaan utuh, " ucap lelaki berbadan kekar melayangkan senyuman, menandakan arti sahabat. Padahal baru tadi wajah lelaki itu terlihat kejam.

"Jangan pernah merayuku dengan kebaikanmu, sebenarnya siapa tuanmu itu. Aku penasaran, kenapa dia tidak mencari gadis gadis di kota. Buka malah ingin gadis desa seperti saya, " balas Aira sebari mengertu kesal. Para lelaki berbadan kekar itu malah mentertawakan Aira, seakan apa yang dikatakan Aira itu sangatlah lucu.

"Mungkin tuan ingi merasakan gadis polos seperti kamu, jadi harap dimaklumi saja, karena kamu juga dijual, dan ayah kamu yang menerima uang dari tuan kami. "

Setelah mendengar pengakuan dari lelaki berbadan kekar itu, Aira malah semakin kesal dan ingin membalaskan dendam pada lelaki tua yang menjadi ayah tirinya itu.

"Siapa nama tuan kalian, kenapa kalian menganggulkan nama CEO? "

Pertanyaan Aira membuat para lelaki di dalam mobil itu semakin mentertawakannya. " karena kamu gadis kampung, makanya kamu kurang updet. kamu sekarang tak usah banyak nanya, oke. Nanti juga kamu akan tahu sendiri setelah bertemu dengan tuan."

Para lelaki di dalam mobil terlalu menyepelekan gadis kampung seperti Aira, mereka tak tahu seberani apa Aira setelah bertemu dengan orang baru.

Perjalanan lumayan menempuh perjalanan yang sangat lama, membuat Aira tak biasa naik mobil, menahan rasa ingin mengeluarkan isi perutnya.

Padahal mobil yang di tumpangi Aira, begitu mewah. Tapi Aira masih saja alergi dengan bau di dalam mobil itu. Ia berusaha menahan menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan isi dalam perutnya.

Terpopuler

Comments

Rahma Che Geminie

Rahma Che Geminie

lnjt

2022-09-29

0

bobo

bobo

smg ceoy gk dingin ky beruang kutub

2022-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!