Bab 10 Trauma

Tok ... Tok ....

Ketukan pintu dari kamar terdengar oleh Edric, sang pemilik bola mata biru, menyuruh untuk membuka pintu kamarnya langsung. " masuk."

Saat pintu dibuka, sosok Aira datang, kedua bola mata gadis berambut panjang dengan Ikal ujungnya membulatkan kedua mata, ia kaget dengan apa yang terjadi di kamar Edric.

Sosok lelaki yang menahan rasa kesal, tiba-tiba saja berubah memperlihatkan wajah ramahnya, Edric tak mau memperlihatkan kekesalan di depan calon istrinya. Ia berusaha menjadi sosok lelaki yang disukai Aira.

kedua ujung bibir menampilkan sebuah senyuman di depan Aira, Edric menyambut kedatangan Aira dengan begitu baik.

"Sebenarnya apa yang terjadi? "

Edric yang duduk di atas kursi roda, perlahan menghampiri Aira yang berdiri mematung. Terlihat sekali ia kebingungan dengan kamar Edric yang sangat berantakan. Jika ia berkata jujur, pastilah amat memalukkan.

"Aira, ada apa? "

Melihat pistol yang berada pada tangan Aira tentu saja membuat ia ingat dengan pembunuhan ibunya," pistol."

"Kenapa, Aira? "

"Jangan mendekat! "

Gadis berbulu mata lentik itu ternyata ketakutan akan pistol yang dipegang oleh Edric. Membuat dirinya sedikit merasakan rasa trauma akibat pembunuhan ibunya.

"Pistol itu yang membunuh ibuku. " Tak tahan dengan rahasia yang ia simpan, pada akhinya. Aira mengungkapkan semuanya,"Aira, apa maksud kamu. "

Edric tak mengerti dengan teriakan Aira yang terus berteriak setelah melihat sebuah pistol, ia melangkah mundur pergi meninggalkan Edric begitu saja.

"Aira, kamu kenapa? "

Edric berteriak memanggil Aira yang berlari keluar dari kamarnya.

Menatap kearah pistol, dan mendengar apa yang dikatakan Aira, seakan yakin jika kedatangan Aira adal hal yang tak terduga. Menghelap napas, Edric berusaha bersikap tenang. Walau perasaanya tak karuan, karena melihat Aira yang histeris.

******

Aira yang berlari tak sengaja menabrak Dwinda, terlihat kemarahan dari raut wajah wanita muda yang menjadi ibu tiri Edric. Wanita bergelar dokter itu memarahi Aira dengan berkata. " jalan tuh, pakai mata. "

Ellad yang melihat kemarahan sang istri, mencoba menghampiri Dwinda.

"Ada apa? "

Dwinda terlihat tidak mood, ia memperlihatkan kemarahannya setelah dirinya tak bisa menggoda sang anak tiri.

"Moms, lagi jalan. Dia malah nabrak moms. "

Ellad berusaha menenangkan sang istri dan berkata. " Kamu tenang dulu. Aira mungkin tak sengaja. "

Tangan dan kaki Aira bergetar setelah melihat pistol, ia menundukkan pandangan dan berkata, " maafkan saya. "

Ellad yang memang tak suka memperpanjang masalah, malah menyuruh Aira untuk pergi dari hadapan Dwinda.

" Heh, tuh bocah mau kemana? " Teriak Dwinda. Tentu saja membuat sang suami semakin curiga.

"Kamu ini kenapa, setelah memeriksa Edric dari tadi kamu marah marah terus. Apa Edric melawan lagi ia tak mau di terapi dan di suntik. "

Menghelap napas, pada akhirnya Ellad bertanya kembali pada sang istri. Karena selama menikah dengan Dwinda wanita yang bergelar dokter itu, Ellad mempercayai Dwinda untuk mengurus pengobatan anaknya, biar Dwinda yang menangani kesembuhan Edric. Agar hubungan anak dan ibu terikat dalam diri mereka.

Tapi semakin lama dan semakin kesini, Edric tak ada perubahan sama sekali. Ia malah sesekali terdengar marah marah di depan Dwinda. Padahal Dwinda adalah dokter plus ibu yang menangani kelumpuhan Edric, agar anak semata wayangnya bisa cepat sembuh dan Edric bisa berjalan lagi seperti semula.

"Aku hanya kecapean saja. Ingin beristirahat sekarang, Papih. "

Jawaban yang terlontar dari mulut Dwinda pasti tak jauh berbeda, dia selalu beralasan seperti itu, setiap kali Ellad bertanya.

"Ya sudah, silahkan mamah istirahat, " ucap Ellad kepada sang istri.

Dwinda mengganggukkan kepala setelah diberi izin oleh sang suami. Ia pergi dengan tersenyum kecil, Ellad begitu bodoh, ia tak tahu apa yang selama ini direncanakan Dwinda di rumahnya.

Ellad menatap jendela, ada sebuah kejagalan yang tak pernah ia tahu di rumahnya, kejanggalan itu datang setelah hadirnya gadis desa yang perlahan mengubah sifat asli Dwinda.

Ditengah lamunan sang CEO pemilik tahta, Edric keluar dari kamarnya. Terlihat wajah gelisah anak semata wayangnya itu, membuat Ellad menghentikan kursi roda anaknya," Dad, jangan tahan aku. "

"Dadi, ingin bebicara denganmu? "

"Nanti saja ya, Dad. Aku ingin berbicara dulu dengan Aira!"

Ellad mengalah, kedua tangannya melepaskan kursi roda yang ia pegang dan tahan, melepaskan sang anak untuk bertemu dengan calon istrinya.

Padahal banyak sekali, pertanyaan yang ingin Ia tanyakan kepada Edric, dirinya tak mau, terlalu larut dalam kecurigaan akan perubahan sifat Dewinda.

Edric mulai menjalankan kursi rodanya dengan cepat, ia ingin sekali cepat sampai menemui Aira. hatinya diliputi dengan rasa penasaran tentang perubahan Aira setelah melihat pistol yang ia pegang.

Setelah sampai di pintu kamar Aira, Edric perlahan mengetuk pintu kamar itu, berusaha memanggil-manggil calon istrinya, dengan perlahan," Aira. "

Aira yang menutup telinga dengan kedua tangannya, hanya menangis terisak-isak, setiap kali ia melihat pistol. Rasa traumanya selalu muncul, akan kematian sang ibu yang berada di depan matanya, bukanlah hal yang mudah untuk ia lupakan. Tentu saja butuh waktu yang begitu lama, menyesuaikan diri melupakan rasa sakit atas kematian ibunya.

Aira tentu saja tidak menyalahkan sebelah pihak, dia juga menyalahkan semua keluarga Edric, jika keluarga kaya raya ini tidak mencari seorang gadis dan memberikan segumpal uang begitupun meminjamkan uang kepada ayah tirinya. kemungkinan besar Aira dan ibunya tidak akan bernasib mengenaskan seperti ini, mereka akan selalu hidup sederhana di desa yang selalu menjadi keindahan untuk mereka berdua, tempat yang ternyaman yang mereka tempati.

Berusaha menekan tangannya, untuk tidak mendengarkan teriakan Edric seorang CEO yang lumpuh itu, walau tampang Edric begitu sempurna, tetap saja Aira akan membuat CEO lumpuh menyesal.

" Aira, buka. "

Aira mencoba menenangkan diri, agar tidak terpancing dengan emosi, berusaha memenangkan balas dendam yang sudah ia buat setelah kematian ibunya.

perlahan gadis pemilik rambut ikal ujungnya itu, mengusap kasar air mata yang terus berjatuhan. Iya bangkit dari tempat duduk, untuk segera menghampiri sang CEO yang terus memanggil-manggil namanya.

Membuka perlahan pintu kamar, terlihat raut wajah kekuatiran pada sosok lelaki yang hanya bisa duduk di atas kursi roda, seperti biasa gadis desa itu menampilkan senyuman di depan calon suaminya.

Namun tidak dengan Edric, lelaki keturunan Amerika dengan hidung mancungnya memperlihatkan kekhawatiran di depan calon istri, tangan kekarnya mulai memegang kedua tangan mungil dan mulus Aira, menanyakan tentang kejadian yang berada di kamar Edric, " Kenapa kamu mesti lari setelah melihat pistol yang berada di tanganku?"

" Maafkan saya, setelah melihat pistol itu saya menjadi trauma, karena pistol itu Ibu saya terbunuh. Maka dari itu saya lari dan merasa ketakutan. "

Edric menarik tangan Aira, hingga ia memeluk dan menenangkan rasa trauma itu.

kemesraan pada kedua insan itu membuat rasa cemburu semakin memuncak pada hati Dwinda, nanti malam wanita yang menjadi istri Ella itu seperti ingin merencanakan sesuatu.

Apa rencana yang akan Dwinda perbuat nanti malam?

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

rencana apa yg akan di lakukan

2022-11-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!