Bab 13 Egoisnya Ellad.

Dibalik pintu kamar, Edric tetawa sembari mengetuk ngetuk pintu kamar Aira yang sudah terturup rapat. Sedangkan Aira yang berada di dalam rumah menggerutu kesal dengan berkata. " Dasar cowo mesum. "

Mendengar apa yang dikatakan Aira, membuat Edric lelaki berbola mata berwarna biru itu tertawa kecil, " Aira. Walaupun saya mesum, kamu sebentar lagi akan menjadi milik saya. Ingat itu. "

Aira tak mempedulikan perkataan Edric, ia kini kembali diam. Untuk segera tidur dan menyambut hari esok. Sedangkan Ellad sibuk mengurus dekorasi untuk besok, karena waktu yang mempet membuat sang CEO ingin segera cepat melangsungkan pernikahan anaknya.

Dwinda sibuk dengan dirinya yang bulak balik ke sana ke mari, mencoba memikirkan cara bagaimana menggalkan rencana pernikahaan anak tirinya, membuat ia terus berpikir dan berpikir keras.

Pintu mulai terdengar dibuka, Dwinda membaringkan badan di atas kasur. Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Ia malah melihat sang suami, dengan raut wajah tuanya itu, tak menggairahkan dan tak sedap dipadang mata.

Ellad yang memang, terkesan romantis, mendekat ke arah sang suami dengan tatapan merasa bersalah karena sudah membentak Dwinda.

"Sayang, kamu masih marah?" Mengusap pelan rambut lurus Dwinda yang harum dan terawat itu. Mencium secara perlahan dengan penuh kasih sayang," Maafkan aku, sayang. "

Menghelap napas, terasa berat. Dwinda merasa semakin jijik dengan perlakuan suaminya. Tangan Ellad mulai memegang tangan sang istri. Akan tetapi tangan itu sengaja di hepaskan Dwinda.

Ellad yang tadinya ingin memeluk Dwinda, malah bangun dan pergi menghirup udara segar diluar. Menghisap satu batang rokok yang terasa hangat, pada tenggorokan, Ellad benar benar kecewa akan sikap Dwinda yang sekarang.

"Kenapa dengan kamu yang sekarang, Dwinda. Kenapa kamu berubah? "

Pertanyaan sedikit menyulitkan Ellad, hatinya rapuh. Lelaki tua itu hanya menatap pemandangan yang sunyi. Membuat sesuatu sedikit merusak naluri.

"Hah, apa aku harus mencari tahu tentang istriku yang berbeda sifatnya akhir akhir ini."

Tanpa disengaja Edric mendengar keluhan sang ayah yang berbicara sembari menghisap batang rokok yang mengeluarkan asapnya, lelaki paruh baya itu seakan prustasi.

Menghampiri, mengambil batang rokok yang berada di tangan sang ayah. Edric langsung mematikan api yang menyala pada batang roko itu.

"Dad, kenapa? Kenapa Dadi malah merokok, kan Dadi tahu sendiri dokter sudah melarang Dadi, agar berhenti merokok. " ucap lelaki berumur 28 tahun itu mengkhawatirkan sang ayah.

"Kenapa, malah kamu matikan, Edric. Dadi ingin merasakan nikmatnya kesendirian berasama roko yang sudah lama tak menemani hari hari Dadi. " balas lelaki berambut putih dengan badannya yang masih terlihat segar bugar.

"Jangan bodoh, Dad. Hanya karena kemarahan wanita tanpa tahu sebabnya, Dadi membuat diri sendiri tersiksa, " tegas Edric. Berusaha membuat sang ayah bangkit dari keterpurukan akan sosok wanita yang sudah tak peduli dengan dirinya, Edric pelan-pelan menasehati sang ayah agar tidak terlalu mencintai istrinya yang sekarang.

Walau sebenarnya itu tak mudah, tapi Edric berusaha karena ia tak mau istri barunya, terus menerus mencuci otak sang ayah.

"Tahu apa kamu tentang pernikahan, kamu hanya seorang anak muda yang baru merasakan arti cinta, " balas Ellad dengan raut wajah gusarnya.

"Dad, aku ini peduli dengan Dadi, walau aku belum merasakan apa itu arti dari pernikahan, pleas Dad. Degarkan apa perkataanku," ucap Edric, berusaha menyakini sang ayah jika dirinya benar benar kuatir.

Sifat egois sang ayah begitu lekat pada Ellad, untuk mendengarkan kata nasehat dari anaknya sendiri, Ellad mengabaikan tak peduli, karena menggap Edric hanya seorang bocah.

Padahal Edric sudah menginjak dewasa, ia tahu mana yang benar dan salah. " Dad, kenapa semenjak menikah dengan Dwinda. Dadi itu terlihat tak bergairah, seakan hidup Dadi penuh dengan tekanan. Apa karena cinta membuat semua Dadi seperti ini? "

Ellad menatap lekat ke arah Edric, seraya berkata. " Sudahlah jangan terlalu ikut campur urusan orang tua, sebaiknya kamu urus saja dirimu sendiri. Bukannya sebentar lagi juga kamu akan menikah dan merasakan apa yang sekarang Dadi rasakan. "

Bukan jawaban itu yang diinginkan Edric, Ia ingin melihat sang ayah sadar akan wanita yang mejadi istrinya itu, bukan wanita baik baik.

Ellad, melangkah pergi meninggalkan Edric dengan kemarahan yang baru di lihatnya. Semejak datangnya Aira Dwinda selalu membuat ulah.

Menghelap napas, mengeluarkan terasa sesak, itulah yang kini dirasakan Edric.

"Waw, aku nggak menyangka jika sosok seorang Edric ingin membuka kartu As ibu tirinya ini. "

Melihat ke arah sumber suara, sosok itu datang. Dwinda Julisa, wanita itu lagi, padahal Edric malas berhadapan dengan wanita mur*han seperti Dwinda. Ia ingin pergi dan jauh dari ibu tirinya yang semakin hari semakin menjadi jadi.

Edric mencoba memutar kursi roda, dimana Dwinda melangkah menghampiri anak tirinya. "Kamu mau kemana, sayang? "

Memegang kursi roda itu, terasa berat tak berjala sepeti biasa. Ternyata biang keroknya adalah ibu tirinya sendiri.

"Lepaskan, jangan tahan kursi roda ini. Aku muak jika bertemu dengan kamu. "

Dwinda tersenyum manis, dengan bibir tebalnya. Ia mulai mendekatkan pada telinga Edric. " muak, waw. Tapi aku senang, sayang. "

Semakin kesini, Dwinda semakin terlihat gila, entah kenapa dengan sosok ibu tiri Edric, seakan ingin melahap anak tirinya habis habisana.

"Menyingkir." Bentak Edric. Berusaha menjalankan kursi roda yang sengaja ditahan oleh Dwinda. Membuat Edric geram.

"Huuh, kenapa kamu, sayang. Santai saja, kita kan hanya berdua. Dan Dadi kamu itu nggak bakal tahu, kalau aku dan kamu .... "

"HENTIKAN. Cepat lepaskan tanganmu yang memegang kursi rodaku. " Pekik Edric.

"Haduh, kamu ini berbeda sekali ya dengan ayahmu. Ayahmu itu romantis tidak seperti kamu kasar, tapi jujur saja. Aku suka tipe kasar seperti kamu, sedikit menantang, menggairahkan. " suara lembut, nan mengoda itu berusaha dilayangkan Dwinda untuk Edric. Dimana tangan mulus ibu tirinya mengelus ngelus pipi Edric dengan lihainya.

"Hentikan tangan kotormu itu. Aku jijik jika disentuh oleh wanita seperti kamu, seharusnya sebagai seorang wanita dan juga berperan sebagai ibu. Kamu itu harus mencontohkan hal yang baik, bukan malah mengodaku. Dimana letak harga dirimu Dwinda Julissa wanita terhormat bergelar dokter. " Hardik Edric. Membuat urat leher terlihat menonjol, mengenggam kedua tangan dengan merasakan rasa kesal terhadap wanita dihadapanya.

Tanpa diduga, Aira ternyata melihat pemandangan itu. Dimana Edric tengah bertengkar dengan ibu tirinya. Siapa yang menduga jika sosok Dwinda begitu terlihat mur*han dihadapan Edric. Mengelayut manja sesekali mengusap pipi Edric.

"Edric sudahlah jangan munafik, aku tahu jika kamu mengiginkan apa yang aku inginkan sekarang bukan?" Pertanyaan Dwinda membuat sesuatu barang tiba tiba terjatuh, Dwinda kaget ia mulai mengecek siapa yang mengintipnya.

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

mmng dasar ibu tiri

2022-11-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!