Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.

Dwinda, wanita berbola mata coklat dengan bibir tebalnya, hidup mancung seperti artis luar negri, tengah merasakan ketegangan dalam diri. Bagaimana bisa seorang gadis desa tak takut dengan dirinya.

Bagi Dwinda dalam drama ini, sigadis kampung harus lemah dan di injak-injak oleh dirinya. Tetapi didalam dunia novel, wanita bergelar seorang dokter itu malah kalah dengan ucapan Aira, gadis yang baru saja dibawa oleh suruhan Ellad, membeli dari tangan orang tuanya sendiri.

Terlihat kedua mata benar-benar tak tenang, perasaan tak menentu. Bagaimana bisa Ellad memilih gadis kampung berumur delapan belas tahun itu untuk Edric, rasanya tak mungkin. Yang ada Dwinda istri dari Ellad akan kalah saing.

Perlahan kuku-kuku cantik dengan hiasan warna kutek menyatu, membuat Dwinda tak menyadari bahwa dirinya menggigit kukunya sendiri.

Menyadari semua itu, Dwinda malah kesal. Berkacak pinggang berjalan melihat ke arah cermin kamarnya dengan berkata. " aku harus bisa membuat dia takluk padaku. Kalau tidak rencanaku selama ini gagal. "

Dwinda memikirkan cara, agar bisa membuat gadis norak itu, bertekluk lutut padanya. "Sepertinya aku memikirkan cara yang lumayan ekstrim. "

Tertawa dengan persaan senang, itulah yang selalu dilakukan Dwinda ketika sendirian di dalam kamar. Membuat para pelayan yang tak sengaja melewati dirinya menganggap sang Nyonya gila.

Dwinda menarik napas, mengeluarkan secara perlahan. Ia kini bersiap siap untuk turun ke bawah, menyantap makan siang. Sepertinya akan ada sesuatu yang menarik siang ini.

Mengambil Ponsel Dwinda mencoba menghubungi seseorang, entah siapa orang itu. Tapi ada senyuman sinis ia tampilkan.

Dwinda mulai keluar, tanpa sengaja berpapasan dengan anak tirinya. Edric Jeffod, nama yang bagus untuk anak keturunan amerika.

"Hai, Edric. Apa boleh aku membantumu. " Tawaran dari mulut Dwinda tak ditanggapi oleh Edric, kedua matanya malah melirik sekilas kearah wanita yang dinikahi sang papah.

Dwinda seakan dianggap seperti tak ada dihadapannya saat itu, karena Edric yang terkesan jutek dan tak suka dengan ibu tiri yang sok kecentilan didepanya.

Akan tetapi Dwinda seakan sengaja, ia malah menarik kursi roda Edric. sengaja berhadapan dengan wajah anak kandung Ellad.

Edric hanya diam, kedua mata menunduk membuat Dwinda dengan sengaja berkata. " kenapa? Setiap kali aku mendekatkan wajah kearahmu Edric. Kedua bola matamu menghindar. "

"Sudahlah, Dwinda. Aku malas berdebat dengan wanita seperti kamu, sebaiknya kamu layani papahku dengan baik. Agar hidupmu lebih berguna."

Edric melepaskan tangan Dwinda yang menahan roda kursinya. Menghempaskan wanita berbola mata coklat dengan rambutnya yang terurai panjang.

Namun, di saat itulah Ellad datang. Tanpa Dwinda dan juga Edric sadari.

"Ada apa ini. Sayang, kenapa kamu malah duduk di lantai. Kenapa dengan kamu?"

Seperti biasa jusur ratu dramanya, Dwinda tampilkan. Membuat Ellad sang suami yang sudah tua, membela dirinya.

"Aduh sayang, tolong aku."

Ellad mencoba mendekat ke arah Dwinda dengan raut wajah panik, "sayang, ayo sini, aku bantu. " Ellad dengan sigapnya membantu sang istri untuk segera berdiri.

Edric yang memang tak punya salah dari awal, pergi begitu saja.

"Edric nak, jika ada masalah dengan moms seharunya kamu selesai. Jangan main pergi begitu saja. "

Tak ada rasa peduli, Edric tetap saja pergi dengan kursi rodanya.

"Edric."

Teriakan demi teriakan dilayangkan oleh sang papah, tapi tetap saja tak ada respon dari anaknya sendiri.

"Anak itu kalau dibilangin pasti saja diam dan pergi begitu saja. " Gerutu Ellad di depan Dwinda.

Ada rasa kesal juga pada hati Dwinda, karena Edric selalu cuek pada dirinya.

"Sayang, kamu nggak kenapa-kenapa, kan? "

Lelaki dengan rambut putihnya, memberi perhatian pada sang istri. Membuat Dwinda berkata dalam hati. " Edric dan Ellad benar- benar berbeda. Bagaikan lagit dan bumi tak ada kesamaan. Dalam perkataan dan juga sifatnya, masih baik Ellad. Apa karena Edric mewarisi sifat Maya. Jika mengigat tentang Maya, aku begitu senang detik detik kematian wanita berdarah amerika itu. Kalau saja dia tak mati, pastinya aku tak akan punya nasib seindah ini."

"Sayang, ayo. Aku antarkan kamu ke kamar. "

Tawaran Ellad malah di tolak begitu saja oleh Dwinda. Terlihat raut wajah wanita itu, kehilangan mood untuk tersenyum. Membuat ia tak nafsu untuk menyantap makan siang.

"Kasihan Dwinda, semejak menikah denganku Edric tak pernah mengakui dan juga bersikap ramah pada mamah tirinya. "

Ellad mulai memanggil pelayan untuk menyediakan makan siang untuk istrinya. Membawa makanan itu ke dalam kamar.

Sedangkan Ellad berjalan menuju meja makan, ternyata Edric tidak ada di meja makan. Dimana dia?

*******

Di dalam kamar tidur Aira tegah menatap ke arah cermin, merapihkan rambut yang terlihat berantakan. Akibat dari Dwinda yang ternyata wanita itu begitu beringas. Saat merangkul kedua bahu, tangan wanita berbola mata coklat itu merusak rambut Aira yang terikat rapi.

"Kenapa coba dengan nenek lampir itu, bisa bisanya dia mengancamku. "

Tok .... Tok ....

Ketukan pintu dilayangkan beberapa kali, membuat Aira malas untuk bangkit membuka pintu kamarnya.

"Jangan-jangan si Nenek lampir itu lagi. Aku benar benar malas jika harus berhadapan lagi dengan Wanita sok berkuasa dan cantik itu. "

Ketukan pintu kini dilayangkan lagi, membuaf Aira dengan rasa kesal membuka pintu kamarnya.

Betapa terkejutnya Aira, sosok lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya duduk di kursi roda. Dengan menampilkan wajah cerianya, "Aira. Ayo kita makan siang. "

Wajah polos tanpa make-up itu, hanya menuruti apa yang dikatakan Edric.

Mereka mulai turun, melihat hidangan sudah tersusun rapi. Dengan menu sepesial yang begitu banyak.

Edric tak mempedulikan kedua orang tuanya makan, ia lebih sering terbiasa sendiri.

Setelah duduk di atas kursi, para pelayan mulai menuangkan nasi berserta lauk pauknya. Aira terlihat kegirangan dengan menu makanan dirumah Edric, belum pernah Aira merasakan makanan yang begitu lezat. Membuat dirinya bersemangat untuk makan.

Melihat Edric yang memakai sendok dan garpu. Membuat Aira tak peduli, ia mulai memakan hidangan yang berada di depannya. Hanya mengunakan tangan, membuat Edric melihatnya heran.

"Apa kamu bisa memakai sendok untuk makan. "

Aira menggelengkan kepala, dengan mulutnya yang penuh makanan. Membuat Aira tentu saja puas. Semua mata pelayan saling melihat kearah Aira.

Betapa rakusnya Aira, seperti orang kelaparan. Dan saat itu juga, Ellad berjalan menuju meja makan. Menyapa Edric dan juga Aira.

Ellad membulatkan kedua mata, melihat Aira makan dengan lahap dan berbeda. Karena menggunakan tangan.

Ellad mulai membuka suara," Aira. Bukanya ada sendok dan garpu. Kenapa kamu malah memakai tangan. "

Edric hanya tertawa, ia senang dengan kelakuan wanita di sampingnya, terlihat imut dan polos.

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

aira terkejuy

2022-11-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!