Bab 12 Perjanjian.

"Kenapa dengan kamu ini, Dwinda? " Pertanyaan dilayangkan Ellad dihadapan sang istri, membuat wanita pemilik bola mata coklat itu hanya diam tanpa menatap wajah suaminya. Ia melipatkan kedua tangan berusaha mengabaikan Ellad yang dari tadi terus bertanya.

"Apa kamu bisa mendengar dan menjawab pertanyaanku, Dwinda?" Ellad semakin murka dengan istrinya yang terus saja diam dari tadi, lelaki berambut putih dengan badannya yang tegap, mengusap kasar wajah membuang kekesalan yang menumpuk.

"DWINDA JULLISA." Meninggikan nada bicara, baru kali ini Ellad marah kepada sang istri, tanpa alasan yang tak pasti, karena sudah beberapa kali, Dwinda seperti menyimpan hal yang membuat Ellad penasaran. Dari tingkahnya saat bertemu dengan Aira.

"Papih, bisa tidak, jangan membentak aku seperti itu. " Cecar Dwinda, kedua bibir tebal itu ia gigit, seakan tak terima dengan bentakan sang suami.

"Kalau memang kamu tak ingin aku bentak, cepat jawab. Hah, apa susah ya berkata jujur, sekarang kamu sudah terlihat banyak berbohong kepadaku. " Tekan Ellad, dengan tangan yang hampir ia layangkan pada pipi kiri Dwinda.

Dwinda tetap saja diam, ia tak peduli seberapa marahnya Ellad kepada dirinya, yang terpenting rencana jahatnya tak diketahui.

Kesal, Ellad mulai meninggalkan Dwinda di dalam kamar, ia menutup pintu dengan sangat keras. Semarah apapun lelaki tua itu tak akan berani memukul atau menceraikan seorang istri, Ellad selalu menghargai sosok seorang wanita yang ia cintai.

******

Sedangkan dengan Aira, ia masih menundukkan wajah di samping kiri Edric, karena lelaki itu terus menatapnya tiada henti.

"Apa ada yang salah dengan wajah saya?"

Edric menutup mulutnya yang ingin tertawa. "Tuan, apa ada sesuatu yang berbeda dari saya, kenapa tuan dari tadi memperhatikan saya terus. Saya benar benar malu tuan?! "

Benar dugaan Edric, jika Aira malu. Tapi masih ada rasa curiga bagi Edric, karena gadis polos dihadapanya sungguh berbeda dengan gadis yang ia bayangkan. Keluguannya menyimpan sesuatu hal yang membuat Edric ingin mencari tahu.

"Kenapa, tuan terus menatap saya seperti itu? "

Aira semakin salah tingkah dibuat Edric, secara tidak langsung tatapannya itu membuat jantungnya berdetak tak karuan.

"Kamu cantik Aira!" Jawaban yang sungguh menegangkan bagi Aira. Edric walaupun cuek seperti itu. Dia bisa belajar menggobal.

"Aira, sini. Deh? "

Aira mendekat dengan penuh ragu ragu. Akan tetapi Edric yang memang terkesan sedikit jahil, menarik legan Aira, hingga ia membisikan kata kata. " Besok kita akan menjalankan ritual malam pertama. "

Setelah membisikan perkataan itu, kedua mata Aira membulat. Sedangkan Edric pergi begitu saja, seakan semua adalah lelucon.

Melihat kepergiannya yang sudah menjauh, Aira kini berucap. " Dasar, mesum. "

Gadis pemilik rambut ikal ujungnya, kini membuka pintu kamar, ia merebahkan tubuh seraya memukul bibir tipisnya itu.

"Ahk, kamu benar benar bodoh, Aira. Bisa bisanya kamu bebicara seperti itu, hanya bisa selamat dari nenek lampir si Dwinda. Semua sudah terlambat, aku hanya bisa menjalani hari esok dengan Tuan Edric diatas pelaminan. "

Aira memegang dadanya, ada detakan jantung tak terduga yang ia rasakan. Padahal Ia berusaha tidak menyukai calon suaminya itu, jika Iya sampai menyukai sang CEO, sama saja dirinya termakan omongan sendiri.

"Aku harus tetap pada tujuanku, membalaskan dendam pada si penjual dan pembeli. "

Mengusap pelan wajah putihnya, Aira mulai bangkit, ia memikirkan perdebatan antara Dwinda dan juga Edric. Entah apa yang mereka debatkan, membuat suasana rumah berbeda. Dari sebelumnya ia datang.

Apalagi, Aira sempat penasaran dengan kata kata Dwinda yang berkata jika dia kesal kepada Aira, entah karena alasan apa?

"Apa karena aku akan menikah dengan Tuan Edric, sampai si nenek lampir itu marah. Karena ternyata dia suka dengan anaknya bukan bapaknya. Secarakan Edric itu tampan dan kaya, hanya mempunyai kekurangan saja, yaitu lumpuh. "

Jika memikirkan masalah yang tadi, malah membuat Aira pusing dan kesal, maka dari itu ia mencoba rileks dan melupakan semuanya, fokus dengan tujuan awal ia dibawa ke rumah sang CEO.

"Aku sebaiknya tidur saja, dari pada memikirkan tentang masalah Edric yang tak jelas dengan Dwinda. "

Tok .... Tok ... Tok ....

Ketukan pintu terdengar keras, membuat Aira yang ingin tertidur pada akhirnya terbangun kembali, "Ahk, siapa lagi coba. "

Aira mulai bangkit dan melihat langsung siapa yang datang. Karena ia masih orang lain di rumah CEO.

Membuka pintu dan, ternyata Edric datang lagi? Membuat Aira tentu saja malas meladeni CEO yang dia anggap mesum. Karena setiap bertemu dengan Edric dia selalu memeluk Aira.

"Ada apa, Tuan? "

Edric mengerutkan bibir, setelah dipanggil oleh calon istrinya dengan sebutan tuan lagi, "Aira, bukannya kemarin kamu sudah berjanji pada saya? "

Pertanyaan Ellad membuat Aira tentu saja bingung, "Berjanji apa, tuan? "

Aira memperlihatkan keluguan dan kepolosannya di depan Edric, berusaha membuat calon suaminya tak curiga.

"Padahal baru kemarin, masa kamu sudah lupa lagi? "

Edric bertanya lagi, dimana Aira berusaha mengingat tentang perjanjian yang ia lupa bersama Edric.

"Yang mana ya, tua. Saya lupa? "

"Masa iya, dari tadi kamu terus mengatakan kata kata perjanjian itu loh! "

"Tuan."

Setelah mengatakan kesalahan dalam ucapan panggilan di depan Edric. Tentu saja membuat Aira langsung menutup mulut, dengan telapak tangan, ia menatap sayu di hadapan Lelaki berbola mata biru itu.

Sedangkan dengan sang CEO, ia hanya tersenyum kecil . Karena dalam perjanjian kesalahan memanggil sebutan, Aira harus rela di cium oleh Edric.

"Bagaimana kamu sudah mengingatnya? "

Gadis berbulu mata lentik dengan bola mata hitamnya, menganggukan kepala. Bahwa dirinya sudah mengingat perjanjian kemarin. Rasanya Aira seperti orang bodoh. Menuruti permintaan konyol yang tak mau ia lakukan. Ya harus bagaimana lagi karena mesetujui perjanjian konyol yang Edric buat.

"Tapi, tuan. Kita kan belum menikah. Jadi tak pantas tuan mencium saya."

"Mm, ya aku tahu itu, tapi perjanjian tetaplah perjanjian jangan ingkar ya. "

Menarik napas menggerutu kesal, " Kenapa bisa aku terjebak di istana ini. Harusnya sekarang aku merasakan kebahagiaan di desa bersama ibu. "

Aira yang tak merespon panggilan Edric, membuat lelaki berbadan kekar kini menarik legan Aira, membuat kedua mata mereka saling bertatapan. Wajah yang semakin dekat, membuat jantung gadis bebulu mata lentik itu serasa ingin copot.

"Rileks saja, aku hanya ingin menciummu bukan memperkosamu Aira. "

Aira menelan ludah, dengan apa yang dikatan Edric. Baru kali ini ia akan di cium oleh seorang lelaki. Hingga bibir Edric yang sudah ia dekatkan tiba tiba tertampar oleh tangan Aira.

Gadis itu berlari dan menutup pintu kamar rapat rapat. " Aira, kenapa kamu malah kabur, kamu harus tepati janji kamu. Jika kamu siapa aku cium. " Teriak Edric.

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

aira kaget

2022-11-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Membawa paksa.
2 Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3 Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4 Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5 Bab 5 Bermuka Dua.
6 Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7 Bab 7 cara makan Aira.
8 Bab 8 Aira kesal.
9 Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10 Bab 10 Trauma
11 Bab 11 Satu hari lagi
12 Bab 12 Perjanjian.
13 Bab 13 Egoisnya Ellad.
14 Bab 14 Marahnya Dwinda.
15 Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16 Bab 16 Pernikahaan
17 Bab 17 Debaran.
18 Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19 Bab 19 meminta tolong.
20 Bab 20 Terekspos secara nyata.
21 Bab 21 Malu
22 Bab 22 Tiket bulan madu.
23 Bab 23 Mengintip
24 Bab 24 Gagal lagi
25 Bab 25 Apesnya Dwinda
26 Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27 Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28 Bab 28 Terbang
29 Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30 Bab 30 Suntikan.
31 Bab 31 Para pelayan
32 Bab 32 Mengembang.
33 Bab 33 Air panas.
34 Bab 34 Pak Hasan
35 Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36 Bab 36 Sok berkuasa.
37 Bab 37 Terpeleset lagi
38 Bab 38 Dwinda menang.
39 Bab 39 Juteknya Edric
40 Bab 40 Jutek Galak
41 Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42 Bab 42 Licik
43 Bab 43 Satu pukulan.
44 Bab 44 Poto masa lalu.
45 Nan 45 Kerja sama.
46 Bab 46 Ke desa Aira
47 Bab 47 Ayah tiri Aira
48 Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49 Bab 49 Peduli.
50 Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51 Bab 51 Senangnya Aini
52 Bab 52 Nasib Aini
53 Bab 53 Teriakan Hasan
54 Bab 54 Perpisahan.
55 Bab 55Menerima
56 Bab 56 Balas dendam.
57 Bab 57 Di ruang UGD
58 Bab 58 Berubah Ellad
59 Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60 Bab 60 belum puas.
61 Bab 61 Memakai baju pelayan
62 Bab 62 Sebuah kepercayaan
63 Bab 63 Berlian
64 Bab 64
65 Bab 65 Otopsi
66 Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67 Bab 67 Di penjara
68 Bab 68 Melihat rumah ibu
69 Bab 69 Kemarahan para warga
70 Bab 70 Merasa senang
71 Bab 71 Perkiraan Edric
72 Ban 72
73 Bab 73 Depresinya Dwinda.
74 Bab 74 Kepulangan Ellad
75 Bab 75 Masa lalu Dwinda
76 Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77 Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78 Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79 Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80 Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81 Bab 81 kepemakaman.
82 Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83 Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84 Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85 Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86 Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87 Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88 Bab 88 Akhir masa lalu
89 Bab 89 Mengejar
90 Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91 Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92 Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93 Bab 93 Pintu gerbang
94 Bab 94 Dibawa paksa.
95 Bab 96 Penderitaan.
96 Bab 95 Aira tak menyangka.
97 Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98 Bab 98
99 Bab 99 Pertama kalinya
100 Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101 Bab 101 Tak percaya.
102 Bab 102
103 Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104 Bab 104
105 Bab 105 Kelakuan Edric
106 Bab 106
107 Bab 107 Kata Maaf
108 Bab 108 sampai
109 Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110 Bab 110 Kecurigaan
111 Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114 Pesan dari dosen.
115 Bab 115 video call
116 Bah 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bba 119
120 Bab 120 Kedatangan sahabat.
121 Bab 121
122 Bab 122 Sebuah kado.
123 Bab 123
124 Bab 124 Menelepon.
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128 Welly dan Carlos
129 Bab 129 kekonyolan Lucky
130 Bab 130 Kemarahan Aira.
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134 Mengejutkan
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 142
142 Bab 141 Di rumah Edric
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Bab 1 Membawa paksa.
2
Bab 2. Di Perjalanan menuju Rumah CEO
3
Bab 3 Bertemu Ellad Cedric
4
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
5
Bab 5 Bermuka Dua.
6
Bab 6 Aira menampilkan gaya kampungnya.
7
Bab 7 cara makan Aira.
8
Bab 8 Aira kesal.
9
Bab 9 Kelakuan Dwinda.
10
Bab 10 Trauma
11
Bab 11 Satu hari lagi
12
Bab 12 Perjanjian.
13
Bab 13 Egoisnya Ellad.
14
Bab 14 Marahnya Dwinda.
15
Bab 15 Tersenyumnya Edric.
16
Bab 16 Pernikahaan
17
Bab 17 Debaran.
18
Bab 18 Berlari pada tangga darurat.
19
Bab 19 meminta tolong.
20
Bab 20 Terekspos secara nyata.
21
Bab 21 Malu
22
Bab 22 Tiket bulan madu.
23
Bab 23 Mengintip
24
Bab 24 Gagal lagi
25
Bab 25 Apesnya Dwinda
26
Bab 26 Kenapa dengan Dwinda
27
Bab 27 Kebahagiaan untuk Edric
28
Bab 28 Terbang
29
Bab 29 Kegilaan Dwinda.
30
Bab 30 Suntikan.
31
Bab 31 Para pelayan
32
Bab 32 Mengembang.
33
Bab 33 Air panas.
34
Bab 34 Pak Hasan
35
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
36
Bab 36 Sok berkuasa.
37
Bab 37 Terpeleset lagi
38
Bab 38 Dwinda menang.
39
Bab 39 Juteknya Edric
40
Bab 40 Jutek Galak
41
Bb 41 Kehidupan Laudia sang sekertaris.
42
Bab 42 Licik
43
Bab 43 Satu pukulan.
44
Bab 44 Poto masa lalu.
45
Nan 45 Kerja sama.
46
Bab 46 Ke desa Aira
47
Bab 47 Ayah tiri Aira
48
Bab 48 Menyanjung sang ayah.
49
Bab 49 Peduli.
50
Bab 50 Pak Hasan dan Bu Aini
51
Bab 51 Senangnya Aini
52
Bab 52 Nasib Aini
53
Bab 53 Teriakan Hasan
54
Bab 54 Perpisahan.
55
Bab 55Menerima
56
Bab 56 Balas dendam.
57
Bab 57 Di ruang UGD
58
Bab 58 Berubah Ellad
59
Bab 59 Yang dilakukan Ellad
60
Bab 60 belum puas.
61
Bab 61 Memakai baju pelayan
62
Bab 62 Sebuah kepercayaan
63
Bab 63 Berlian
64
Bab 64
65
Bab 65 Otopsi
66
Bab 66 Bertemu Pak Sodikin
67
Bab 67 Di penjara
68
Bab 68 Melihat rumah ibu
69
Bab 69 Kemarahan para warga
70
Bab 70 Merasa senang
71
Bab 71 Perkiraan Edric
72
Ban 72
73
Bab 73 Depresinya Dwinda.
74
Bab 74 Kepulangan Ellad
75
Bab 75 Masa lalu Dwinda
76
Bab 76 Masa lalu Dwinda 2
77
Bab 77 Masa lalu Dwinda 3
78
Bab 78 Masa lalu Dwinda 4
79
Bab 79 Masa lalu Dwinda 5
80
Bab 80 Masa lalu Dwinda 5
81
Bab 81 kepemakaman.
82
Bab 82 Masa lalu Dwinda 7
83
Bab 83 Masa Lalu Dwinda 8
84
Bab 84 Masa lalu Dwinda 9
85
Bab 85 Masa lalu Dwinda 10
86
Bab 86 Masa lalu Dwinda 11
87
Bba 87 Masa lalu Dwinda 12
88
Bab 88 Akhir masa lalu
89
Bab 89 Mengejar
90
Bab 90 Mengantar ke rumah sakit
91
Bab 91 Pulangnya Edric dan Aira. Ke rumah
92
Bab 92 Kebusukan terbongkar.
93
Bab 93 Pintu gerbang
94
Bab 94 Dibawa paksa.
95
Bab 96 Penderitaan.
96
Bab 95 Aira tak menyangka.
97
Bab 97 Kebahagian keluarga Ellad yang sesungguhnya.
98
Bab 98
99
Bab 99 Pertama kalinya
100
Bab 100 menjenguk ke rumah sakit jiwa
101
Bab 101 Tak percaya.
102
Bab 102
103
Bab 103 Perjalanan menuju bandara.
104
Bab 104
105
Bab 105 Kelakuan Edric
106
Bab 106
107
Bab 107 Kata Maaf
108
Bab 108 sampai
109
Bab 109 Seorang dokter, bernama Lilia
110
Bab 110 Kecurigaan
111
Bab 111 Menanyakan Lilia kepada ayah mertua.
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114 Pesan dari dosen.
115
Bab 115 video call
116
Bah 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bba 119
120
Bab 120 Kedatangan sahabat.
121
Bab 121
122
Bab 122 Sebuah kado.
123
Bab 123
124
Bab 124 Menelepon.
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128 Welly dan Carlos
129
Bab 129 kekonyolan Lucky
130
Bab 130 Kemarahan Aira.
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134 Mengejutkan
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 142
142
Bab 141 Di rumah Edric
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!