Empat Belas

Karena kedekatan antara Lukas dan Monica terjadi dengan cepat, banyak gosip menyebar di antara mereka. Keduanya malah tak tahu kalau dijadikan bahan gosip, mereka berdua tipe orang yang kalau sudah bekerja tak akan peduli dengan yang terjadi di sekitar mereka.

Hingga suatu malam, saat Lukas dan Serena sedang bersantai dan menikmati waktu bersama. Serena menanyakan soal rumor yang dia dengar, rumor tentang kedekatan suaminya dan sekretaris baru yang mendapatkan semua kemudahan.

Lukas terkejut, dia baru sadar kalau dijadikan bahan gosip setelah istrinya bertanya padanya. Pria itu percaya kalau istrinya tak mungkin akan termakan gosip murahan yang sama sekali tak ada dasarnya itu.

Serena menjawab dengan yakin kalau dia tak akan percaya semua yang dia dengar kecuali dia mendapat bukti yang jelas. Wanita itu juga mengingatkan kalau mereka terikat perjanjian yang mereka buat saat Lukas melamar Serena.

Lukas tersenyum kecut, dia kesal karena pernah menjanjikan hal bodoh seperti itu. Ya, walau pun karena hal bodoh itu juga Serena mau menjadi istrinya dan bersama dia hingga detik ini.

"Mama duluan, ya pa. Ngantuk, banyak kerjaan tadi," ujar Serena yang sudah menguap beberapa kali.

"Papa juga cepat tidur, jangan begadang. Itu kebiasaan buruk yang merusak kesehatan!" lanjut wanita itu saat melihat suaminya hanya mengangguk.

"Iya, sebentar lagi papa nyusul," balas Lukas cepat. Serena pun tersenyum tipis lalu pergi ke kamar mereka lebih dulu. Dia sudah mengantuk dan harus bangun pagi untuk membuatkan sarapan dan bekal suaminya nanti.

Hanya keheningan yang ada di sekitar Lukas setelah ditinggal sendiri, pria itu menghela napas panjang. Pikirannya melayang, melewati waktu dan kembali ke saat dia melamar istrinya. Semua terekam gelas di matanya, seakan dia sedang menonton video lama.

"Tolong izinkan aku untuk terus berada di sisimu selamanya hingga salah satu dari kita dipanggil oleh sang pencipta!" itulah kata-kata awal yang Lukas lontarkan, jangan lupakan buket bunga yang dia bawa di tangannya yang terlihat kurus dan gemetaran.

Serena menatap dalam diam untuk waktu yang cukup lama, setelahnya gadis itu membuka mulutnya, melontarkan pertanyaan yang aneh dan bukannya sebuah jawaban. "Apa kau bisa berjanji untuk setia?" tanya gadis itu dengan tatapan tanpa harapan.

Lukas mengangguk cepat, merasa itu hal yang harus dia lakukan agar gadis di depannya menerima lamarannya. "Tentu saja, aku hanya akan setia pada satu wanita hingga mati. Dan wanita itu kuharap adalah dirimu!" tukas pemuda itu menyatakan pernyataan yang cukup berat untuk dipertanggungjawabkan.

"Dan kalau janji yang dibuat dilanggar, bagaimana?" tanya Serena lagi.

"Terserah Serena mau melakukan apa, saya akan siap menerima semua konsekuensi jika saya melanggar janji yang saya ucapkan!" ujar Lukas dengan tegas, dia sampai bicara formal pada gadis yang disukainya itu.

Serena tersenyum kecil, gadis itu mengangguk paham. "Baiklah, mari kita menikah dalam dua bulan. Kalau waktu yang kuberikan terlewatkan, mari lupakan lamaran yang kamu lakukan hari ini," putus Serena menyetujui lamaran Lukas, tapi dia mengajukan persyaratan kalau mereka harus menggelar pernikahan tepat dua bulan lagi.

"Ya?" Lukas cengo sendiri mendengar ucapan gadis yang sekarang berubah status menjadi calon istrinya itu. Kalau biasanya orang-orang akan mencoba berpacaran dulu untuk mengetahui sifat pasangannya, ini malah terbalik, Serena meminta pernikahan dilaksanakan dengan cepat. Tak peduli itu mau pernikahan yang sederhana atau meriah, yang penting mereka sah di mata hukum dan agama.

"Terlalu lambat, ya?" tanggap Serena menelengkan kepalanya. "Apa harus saya majukan tanggalnya?" lanjut gadis itu.

"Tidak, dua bulan waktu yang sangat pas!" timpal Lukas cepat. Bisa mati dia kalau lebih cepat dari itu, banyak yang harus disiapkan untuk menggelar acara pernikahan. Meski yang mereka pilih itu pernikahan sederhana saja. Pasti banyak memakan waktu untuk merampungkan semuanya.

"Bagus, besok kita cari tempat untuk menikah, buat undangan, dan memesan gaun. Kamu suka konsep yang seperti apa?" tanya Serena dengan santainya.

"Apa saja, asal kita bisa bersama setelahnya," balas Lukas yang bingung harus memilih konsep apa, lebih baik kalau semua dia serahkan pada pilihan gadisnya itu.

"Oh, satu lagi. Saya benci orang yang tak setia, tapi saya lebih benci orang yang melanggar janjinya. Intinya, saya benci kedua tipe yang saya sebutkan tadi!" tukas Serena sekedar memberi info apa yang tak dia sukai dari beberapa sikap manusia.

"Dan untuk hukumannya kalau anda melanggar janji yang anda buat, hmm, sepertinya saya akan melakukan hal yang sama tapi dalam skala lebih besar. Oh, dan tentunya kita akan berpisah saat itu semua terjadi," kata gadis itu disertai senyum manis yang membuat Lukas merinding mendengarnya. Apa dia salah melamar gadis, ini bukan seperti Serena yang dia kenal. Gadis yang lembut dan penuh senyum manis. Kenapa malah berubah menjadi gadis yang dominan dan menakutkan setelah mereka membicarakan tentang pernikahan.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Lukas menggelengkan kepalanya, membuyarkan lamunan tentang masa lalu yang pernah dia lewati untuk mendapatkan hati seorang Serena. Dia memang sudah gila dulu, bisa-bisanya dia mengiyakan semua syarat yang diberikan oleh gadis itu. Bahkan dia masih bertanya-tanya, mengapa dia nekat mengiyakan begitu saja seperti itu dulu. Apa semua terjadi karena yang namanya cinta, sungguh ajaib hal seperti itu bisa membuatnya menjadi bodoh dan mengiyakan saja apa yang diminta oleh istrinya dulu.

"Bukannya seperti aku berniat untuk melirik wanita lain juga," gumam Lukas seraya bangkit dari duduknya. Dia menyusul istrinya yang dia yakini sudah terlelap dengan nyenyak.

Tentu saja Lukas terkadang merindukan sang istri bermanja-manja padanya, tetapi Serena jarang melakukan hal itu. Lukas juga tahu kalau istrinya itu sangat sibuk seharian mengurus rumah, pekerjaan yang tak akan pernah ada habisnya. Wanitanya itu juga membaca laporan di sela kegiatannya mengurus rumah mereka, bukankah itu luar biasa. Lukas yakin, kalau posisi mereka tertukar pun, dia tak akan bisa melakukan satu persen saja sebaik istrinya.

Makanya Lukas tak pernah mengeluh kalau ditinggal tidur sang istri, dia menikah juga bukan karena mengejar hal seperti itu. Dia hanya ingin membina keluarga dan bahagia bersama di masa tua.

"Selamat tidur, cintaku. Tolong selalu percaya pada suamimu ini," lirih Lukas mengecup lembut kening istrinya.

Serena bahkan tak bergerak, dia sepertinya tertidur dengan sangat nyenyak karena kelelahan mengurus pekerjaan rumah. Lukas pun segera tidur di samping Serena, memejamkan matanya dan menelusuri alam mimpi yang bahagia.

Saat Lukas sudah terlelap, mata Serena terbuka dengan pelan. Dia menatap suaminya dengan tatapan kosong. "Aku akan percaya dengan apa yang aku lihat, sayang," kata wanita itu sebelum kembali tertidur. Tak ada yang tahu apa maksud ucapan Serena barusan kecuali dirinya sendiri, Serena merupakan wanita yang tak bisa dibaca jalan pikirannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!