Monica menanyakan tentang asrama bagi karyawan yang disediakan oleh perusahaan, apa.dia bisa mendapatkan satu untuk dirinya. Pertanyaan ini dia ajukan karena ketahuan menatap bosnya terlalu lama, daripada malu mengakui kesalahannya, lebih baik dia menanyakan hal penting yang memang sangat dia butuhkan.
Lukas menanyakan mengapa Monica ingin tinggal di asrama. Di awal, gadis itu terlihat enggan menjawab. Bukan karena apa-apa, tau dia merasa malu harus menceritakan hal yang menyedihkan kepada atasannya di hari pertama dia bekerja. Tapi daripada atasannya salah paham, Monica pun akhirnya menceritakan sedikit dari keseluruhan ceritanya.
Dengan segala pertimbangan, Lukas menyuruh Monica untuk meminta kunci saat jam makan siang. Gadis itu boleh menggunakan namanya saat dia meminta kunci tersebut. Lukas percaya kalau istrinya pasti juga akan setuju dengan keputusan yang dia buat kali ini.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
Sesuai perkataan bos barunya, Monica mendatangi bagian pemeliharaan bahkan sebelum dia makan siang. "Permisi," ucap gadis itu begitu sampai. "Halo, selamat siang, maaf mengganggu," lanjutnya lagi.
"Ada apa?" tukas salah satu di antara mereka menanggapi meski dengan ogah-ogahan. Ya mau bagaimana lagi, jam makan siang tapi ada seseorang yang menyela dan mengganggu waktu istirahat mereka.
"Saya disuruh kemari untuk meminta kunci asrama, pak!" jawab Monica sambil tersenyum lebar.
"Mungkin nona orang baru, makanya tak tahu apa-apa. Ada persyaratan yang harus dipenuhi kalau ingin meminta asrama di kantor ini," kata pria itu dengan sopan meski dia sepertinya terlihat kesal karena harus meladeni karyawan baru yang tak tahu apa-apa.
"Tapi tadi, bos bilang kalau perlu saya disuruh menggunakan nama beliau," timpal Monica tanpa maksud membantah. Dia hanya menyampaikan apa yang diucapkan atasannya kepada dirinya.
Hening sesaat, sebelum gelak tawa pecah memenuhi ruangan tersebut. Monica tetap berdiri tegak dan tak terpengaruh sama sekali. "Bos? Dari divisi mana? Keuangan? HRD? Atau yang lain?" kekeh salah satu di antara mereka dengan nada geli. Anak baru sekarang terlalu polos dan percaya saja pada apa yang dikatakan atasan mereka. Memangnya bisa mendapatkan semua kemudahan hanya dengan menggunakan satu nama. Tak mungkin bukan kalau bos besar mereka mau ikut campur urusan remeh seperti ini.
"Oh, saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Monica, saya sekretaris baru Pak Lukas!" balas gadis itu dengan senyum ramah.
Tawa menghilang, suasana seketika hening. Mereka saling memandang dan membelalakkan mata setelahnya. "Silakan duduk!" kata salah satu di antara mereka segera tersadar.
"Akan segera kami urus prosedurnya!" kata yang lain mulai duduk di depan komputernya. Mereka meminta Monica mengisi beberapa lembar berkas, setelahnya tak sampai setengah jam, kunci salah satu kamar di asrama telah diterima oleh Monica.
"Terima kasih banyak, maaf mengganggu waktu makan kalian," tukas gadis itu tersenyum manis. Dia senang salah satu hal yang sangat dia inginkan telah berhasil dirinya capai.
"Tidak apa-apa, nona. Tidak apa-apa! Kami tak keberatan sama sekali," tukas mereka disertai senyum yang dipaksakan.
"Kalau begitu saya permisi dulu. Nanti saya traktir kalau saya sudah menerima gaji!" ujar Monica berpamitan. Dia bahkan berjanji akan mentraktir mereka saat dirinya mendapatkan gaji pertama.
"Tidak perlu, nona. Tak perlu. Ini kan sudah tugas kami, jadi nona tak perlu sampai mentraktir kami segala," kata salah satu di antara mereka tertawa canggung.
"Tak apa, saya yang menginginkannya. Sudah dulu, ya, bapak-bapak. Saya mau mampir sebentar ke kantin," tukas Monica langsung tancap gas melarikan diri, sebelum niat baiknya ditolak lagi.
"Huft, hampir saja kita terlibat masalah besar," desah salah satu di antara mereka setelah Monica pergi.
"Bisa-bisanya bos menggunakan kekuasaannya untuk hal seperti ini!" timpal yang lain tak percaya.
"Padahal anak tadi karyawan yang baru saja diterima, kan?" tanggap yang lain sedikit curiga.
"Tapi tak mungkin juga gadis seperti itu berani berbohong. Apalagi kalau soal atasannya sendiri," tukas yang lain berasumsi.
"Lebih baik kita cepat makan, jam istirahat sebentar lagi berakhir!" pungkas yang lain mengingatkan.
"Oh, iya benar."
"Ngomong-ngomong, anak tadi terlihat baik hati, ya?" katanya memuji Monica.
"Ceria dan juga penuh semangat!" kata yang lain menimpali.
"Sudahi membicarakan orang lain, lebih baik fokus dengan makanan kita saja. Nanti makanannya malah masuk lewat hidung bukan lewat mulut saking gak fokusnya kalian," kekeh yang lain setengah bercanda.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
Pulang dari kantor, Monica langsung mengurung diri di kamarnya. Kamar yang sebenarnya gudang tak terpakai yang ada di loteng. Sang paman sendiri yang menyuruh Monica tinggal di sana. Katanya Monica mengganggu sepupunya makanya gadis itu harus diberi kamar yang terpisah jauh dengan anaknya itu.
Monica yang sudah bersiap pindah semenjak dia diterima, kini hanya harus membenahi beberapa barang yang belum sempat dia masukkan ke koper. Lagipula dia tidak memiliki banyak barang, jadi sangat mudah untuk melakukan pindahan kapan pun dia mau.
Rencananya Monica akan pindah saat semua penghuni rumah tak ada, atau pada waktu tengah malam. Yang mana pun dia tak peduli, asalkan dia bisa keluar dari rumah yang selalu menyiksanya ini.
Saat mendengar derap langkah kaki yang semakin mendekat, Monica segera menendang kopernya agar masuk ke kolong tempat tidur. "Hoi, cepat masakan aku mie!" nada memerintah, cara membuka pintu yang kasar dan tak ada sopan-sopannya sama sekali. Itulah Bunga, sepupu Monica yang suka mengganggu dirinya.
Monica menghela napas pelan seraya tersenyum tipis. "Sebentar aku ke bawah," kata gadis itu penuh kesabaran.
Bunga berdecak kesal. "Ck, jangan lama-lama! Laper, nih?!" ketus gadis itu sebelum meninggalkan kamar Monica.
Monica memutar bola matanya kesal, tak habis pikir orang yang kelaparan masih punya tenaga untuk naik ke sini dan menyuruh-nyuruh dirinya memasakkan mie. Kalau dia sih lebih memilih memasak sendiri, jadinya lebih cepat tanpa perlu repot menyuruh orang lain.
"Woi, cepet napa?" teriak Bunga dari lantai bawah. "Gercep, Mon. Gercep jadi orang!" katanya lagi dengan nada mencemooh. "Lelet amat, sih?!" dengus gadis itu meremehkan kakak sepupunya sendiri.
Monica menghela napas panjang, lalu turun ke bawah. Membuatkan makanan yang dipesan orang paling tercerewet nomor dua di dunia. Nomor satunya sudah pasti pamannya sendiri. "Lama banget, sih. Bikin nafsu makan aku hilang aja!" dumel Bunga tapi tetap lahap menyeruput mie yang dibuatkan Monica.
Terkadang Monica tertawa dalam hati, begitu orang yang katanya kehilangan nafsu makan. Tapi kenapa tetap saja masih terlihat seperti orang yang kelaparan, yang kira-kira sudah seminggu gak makan, gak minum juga.
Apa pun itu, Monica hanya perlu bersabar hingga beberapa waktu ke depan. Saat dia sudah keluar dari rumah ini, dia sudah bebas dan tak akan ditindas lagi oleh paman dan juga sepupunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments