Dua

Setelah menutup pintu, Serena mulai berurusan dengan pekerjaan rumah tangga yang tak ada habisnya. Tentu saja dia sering merasa lelah, tapi dirinya sadar kalau itu memang sudah tugasnya. Mengeluh tak membuat tugasnya terselesaikan lebih cepat. Di sela waktu santainya, Serena selalu menyempatkan diri untuk membaca laporan tentang perusahaannya. Meski dia tak aktif di muka umum, dia masih tetap pemilik resmi perusahaan itu.

"Ada sedikit masalah dengan pengeluaran bulan ini," gumam wanita itu menatap dengan seksama deretan angka-angka pengeluaran bulanan perusahaannya. Terjadi pembengkakan di sana-sini, tetapi tak ada alasan yang jelas untuk hal tersebut.

"Aku akan meminta dikirimkan file baru, siapa tahu ada kesalahan rekap di dokumen ini," kata wanita itu bersikap positif. Serena selalu menghadapi semuanya dengan kepala dingin, dia malas ribut-ribut tak jelas yang justru menganggu dan tak bisa mendapatkan hasil yang diinginkan karenanya.

Sambungan telepon pun terhubung, Serena langsung ke titik permasalahan. Dia meminta dikirimkan ulang file pengeluaran perusahannya yang paling baru. Dia beralasan file yang sebelumnya tak terbaca karena kabur tulisannya. Tak berapa lama, datanglah seorang kurir dari perusahaannya membawa paket untuk dirinya.

Serena kembali menutup pintu rumahnya setelah dia mengucapkan terima kasih pada kurir tadi. Wanita itu pun kembali meneliti dokumen yang baru saja diterimanya. Tetap saja hasilnya sama, dia menangkap banyak pengeluaran yang tak diperlukan dilakukan oleh perusahaannya.

"Bisa kita bertemu saja?" kata Serena berbicara melalui telepon. Wanita itu menghubungi langsung manager keuangan. "Anda yang ke mari atau saya yang harus ke sana?" tanya wanita itu lagi.

"Baik, saya tunggu!" Serena menutup telepon sesudah dia mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Manager keuangan tadi mengatakan akan datang setelah pekerjaan kantor selesai. Serena pun merapikan dokumen yang ada di atas meja dan mulai melakukan pekerjaan rumah lainnya setelah itu.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Di perusahaan, manager keuangan berkeringat dingin mendapat telepon dari pemilik perusahaan dua kali dalam satu hari. Raki Pratama, berjanji akan ke rumah bos besarnya itu setelah pulang kerja. Dia yakin, dirinya pasti memiliki kesalahan makanya bos aslinya itu ingin bertemu dengannya.

Bagi sebagian karyawan di perusahaan ini, Serena hanya dikenal sebagai istri dari atasan mereka, tak lebih dari itu. Padahal nyatanya, pemilik dari gedung ini dan yang menggaji mereka semua tak lain dan tak bukan adalah sosok wanita yang hanya dianggap sebagai istri bos mereka itu. Makanya Raki melebeli nyonya bos mereka sebagai bos sebenarnya pemilik perusahaan tempat dia mencari nafkah.

Di sisi lain, di salah satu ruangan di kantor yang sama. Sedang berlangsung sesi wawancara untuk mendapatkan sekretaris pengganti yang akan mengisi posisi kosong yang ada di bagian sekretariat. Lukas juga hadir untuk melihat jalannya wawancara, siapa tahu ada seseorang yang menurutnya cocok, dia bisa langsung merekrutnya saat itu juga.

Lukas melonggarkan dasinya yang terasa semakin mencekik, tak ada yang menarik perhatiannya. Semua pelamar biasa saja, bahkan tak memiliki setengah kemampuan mantan sekretarisnya yang dulu. "Sepertinya tak akan selesai hari ini, ya?" keluh Lukas menghela napas panjang.

"Sabar, tuan. Bagaimana kalau kita panggil orang berikutnya? Siapa yang tahu kalau orang itulah yang kita cari," ujar salah satu bawahan Lukas yang juga ikut mewawancarai para pelamar.

Lukas mengangguk tak bersemangat, dia lelah mendengar jawaban yang selalu saja sama. Seakan semua peserta tadi membaca buku yang sama atau mungkin malah bekerja sama dan saling menyontek jawaban. Tak ada yang menjawab berdasarkan logika sama sekali, semua berpatokan pada buku panduan.

"Berikutnya!" Lukas menegakkan tubuhnya, bagaimana pun dia bos di sini, dialah wajah perusahaan. Jadi dirinya tak boleh terlihat tak berwibawa.

Suara ketukan sepatu berhak tinggi beradu dengan lantai terdengar cukup nyaring. Lukas masih menunduk tanpa melihat pelamar yang baru saja masuk. "Ya, silakan perkenalkan diri anda," kata orang yang duduk di sebelah Lukas.

"Nama saya Monica Paramitha, umur dua puluh tiga. Saya ... bla ... bla ... bla," sosok cantik bernama Monica memperkenalkan dirinya dengan lancar. Gadis itu juga memberitahukan di mana dia bersekolah dulu, apa visi masa depannya, dan mengapa dia melamar di sini setelah lulus. Monica juga menjawab semua pertanyaan dengan lancar, tak ada kegugupan, semua seakan di bawah kendali gadis berusia dua puluh tiga tahun itu.

"Selamat, kamu diterima!" kata Lukas menandai berkas lamaran Monica.

"Ya?" tanggap Monica sedikit bingung.

"Kamu diterima!" ujar Lukas memberitahu ulang keputusannya.

Monica menatap bingung Lukas, dia tak terlalu yakin dengan apa yang diucapkan oleh pria tersebut. Lukas yang melihat tatapan ragu perempuan di depannya ini pun hanya bisa tersenyum simpul. "Pokoknya yang harus kamu tahu, kamu lulus dan diterima!" kata Lukas dengan keputusan bulat. Lukas meninggalkan ruangan dengan suasana hati senang, dia mendapatkan sekretaris yang cakap dan memiliki ekspresi wajah yang cukup menghibur. Dia akan memberi tahu istrinya begitu dia sampai rumah nanti.

Monica masih duduk di kursi yang tadi dia duduki, otaknya masih blank setelah mendengar keputusan sepihak yang diputuskan oleh pria barusan. Bahkan tiga pewawancara lainnya sedang bertukar pendapat, seperti melakukan rapat dadakan karena keputusan tadi. "Selamat, Monica. Sampai bertemu senin nanti!" ucap pria yang mungkin seumuran pamannya Monica.

"Saya ... beneran diterima?" tanya gadis itu ragu.

"Tentu saja, keputusan tadi sudah dibuat," balas pria tadi dengan cepat. "Silakan anda bersiap dan bekerjalah penuh semangat! Sekali lagi, selamat!" lanjutnya sebelum meninggalkan ruangan.

Monica tinggal sendirian di ruangan tersebut. Dia melirik kiri dan kanan, setelah beberapa saat kemudian, gadis itu melompat dan menarikan tarian tak jelas. Mungkin sejenis tarian yang meluapkan kebahagiaan yang dia rasakan saat ini. "Yas, aku gak perlu jadi pengangguran!" kata gadis itu dengan riang.

"Aku bisa nyewa rumah sendiri!" lanjut gadis itu lagi. "Aku bebas dari omelan paman yang terkadang ringan tangan!" tambah Monica dengan nada getir.

"Aku orang dewasa yang mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah!!!" pekik Monica kelewat senang. Sadar kalau dia masih di perusahaan, gadis itu segera menutup mulutnya. Dia bergegas ke luar dari ruangan itu dan kembali ke rumah pamannya. Paman yang selama ini membesarkan dirinya tapi tak pernah memberikan apa pun selain tempat tinggal. Untuk makan dan yang lainnya, Monica harus mencari sendiri. Malah terkadang uang yang Monica hasilkan diambil dan diberikan pada anak pamannya, sepupunya sendiri.

Bukannya Monica pelit atau perhitungan, tetapi dia juga membutuhkan biaya yang tak sedikit. Walau dia mendapat beasiswa, ada beberapa kebutuhan yang tak bisa dia penuhi hanya dengan mengandalkan beasiswa saja.

"Aku tak ingin ditindas lagi!" ucap Monica meneguhkan hatinya. Lalu dia pulang dan menyimpan kabar bahagia ini untuk dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

Ryana

Ryana

Bagus thor lanjutkan
promosi
jangan lupa mampir juga di karyaku 'My Perfect Husband"

2022-09-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!