Setelah Riza masuk kamar, Dia mematikan lampunya dan membiarkan lampu tidurnya menyala. Lampu berbentuk bintang terletak di meja di samping tempat tidurnya. Di bawah temaram terlihat Riza tersenyum sambil mengamati benda bercahaya disampingnya itu.
"Hai bintang, kenapa cahayamu begitu indah, dan memberikanku ketenangan disetiap malamnya," gumam Riza tanpa mengharapkan jawaban dari benda mati itu.
Riza belum bisa tidur, malah memikirkan Ceri "Ceri..ceri kenapa aku jadi penasaran sama kamu yang sekarang, setelah kita berpisah, kita belum pernah bertemu lagi. Apa kamu sekarang sudah jadi wanita dewasa?" Gumamnya sembari menarik selimut keatas dadanya.
Tidak lama setelah itu Riza tersadar "Eh, kenapa aku ini harus memikirkan ceri" lirihnya sembari beristigfar berkali-kali. Mencoba memejamkan mata, namun kantuk itu tak kunjung datang, akhirnya bangkit dari tempat tidurnya menuju meja belajar yang disebelahnya berderet buku-buku, tersusun bagai perpustakaan.
Duduk dan mengangkat tangannya untuk mengambil salah satu buku dipinggirnya, buku berjudul La Tahzan persi bahasa indonesia karangan Dr. Aidh Al-Qorni . Buku paporitnya yang selalu Dia sempatkan untuk membacanya sebelum tidur.
Halaman demi halaman dibacanya penuh penghayatan, tibalah pada sebuah kalimat tepatnya pada halaman lima
"Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tidak akan pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tidak akan mampu mengembalikannya lagi. Keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali. Kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan mampu menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada."
Entah kenapa Dia tertarik dengan kalimat itu, dan berulang ulang membacanya sembari mencoba memahaminya. Hmm..."Apa pikiranku terhadap Ceri termasuk hal yang bodoh?" Gumamnya sembari mengernyitkan dahinya.
"Baiklah baiklah akan aku coba baca sekali lagi, supaya aku faham maksud dari tulisan ini " ucap Riza sembari menunjukan jari telunjuknya pada kalimat yang sudah dibacanya berulang kali.
🍃🍃🍃
Suasana malam kian terasa begitu sunyi, terdengar jangkrik sedang asyik berdendang mengiringi sepi, katak yang berlomba bernyanyi tanpa arti pun ikut mengimbangi. Angin malam kian terasa menusuk, melambaikan pepohonan rindang ikut mewarnai nuanca malam.
Sementara Riza lelah berpikir, Dia pun terlelap diatas buku yang sedang dibacanya. "Kerrrrr" dengkur yang cukup keras terdengar keseluruh ruang kamar, menandakan Riza sudah tidur dengan pulas.
Detik demi detik berganti menjadi menit, menit demi menit terhimpun menjadi jam, sudah dua jam Riza tertidur pulas, terduduk diatas kursi dengan kepala menunduk tenggelam pada buku dihadapannya.
Tiba-tiba lirih terdengar suaranya " Ceri..apa itu kamu?" Riza seolah memastikan seseorang yang ada dihadapannya. Dari kejauhan nampak seorang gadis berwajah cantik, mengenakan gaun biru lengkap dengan jilbabnya yang lebar.
Gadis itu hanya melambaikan tangannya dan berlalu begitu saja. Riza berusaha mengejarnya, namun sayang Dia tak menemukan gadis itu. Terlalu cepat menghilang sehingga Riza tak mampu menyusul kemana perginya.
Riza mengedarkan mata elangnya kesetiap sisi, namun nihil, tak didapatinya yang Dia cari. Riza terduduk lemas, bersedih mengapa Dia ditinggalkan begitu saja tanpa kata.
Hiks..hiks..Riza menangis, makin lama tangisannya makin kencang, sehingga mengagetkan seisi rumah.
Di ujung ruang keluarga dalam sebuah kamar Ayah dan Ibunya terkaget, bersitatap dan sama-sama mengangkat kedua bahunya, karena ketidak mengertian suara yang mereka dengar.
"Hiks..hiks..suara tangisan itu kembali terdengar. Ibunya segera turun dari tempat tidurnya untuk memastikan, lalu kemudian disusul ayahnya.
Sesampainya diruang keluarga, keduanya menajamkan telinganya, sambil berjalan menuju sumber suara. Tok..tok pintu kamar Riza diketuk Ibunya. Cklek, pintu dibuka oleh ayahnya. "Bun, gak dikunci ternyta" kata ayahnya sembari menerobos masuk kamar dan segera mencari stop kontak, tek..stop kontak dipencet, dan nampaklah Riza yang sedang terisak sembari tidur dikursi.
Ibunya segera menghampiri Riza, dan membangunkannya " Za..Za..bangun Za" Ibunya memanggil Riza dan menepuk-nepuk pundaknya, setelah sekian kali disebut namanya akhirnya tersadar,belum sempat membuka matanya dengan sempurna, terkaget hingga membuatnya terjatuh dari tempat duduknya. Bruk, Riza terjatuh ke lantai.
"aw.."Riza mengerang kesakitan. Ibunya dan Ayahnya segera mengamit Riza, membantunya untuk berdiri. Hmm "Kenapa Bunda dan Ayah ada disini?" Ucapnya penuh keheranan.
Ibunya mendelik kearahnya "Lha harusnya bunda yang nanya, kamu kenapa malam-malam begini menangis?"
Riza menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Menangis?, Siapa yang menangis bun" Riza belum mengingat sepenuhnya apa yang terjadi.
Ehm..ehm Ayah Riza berdehem "sudah-sudah lebih baik kamu tidur kembali, dan tidur dengan benar" ucap Ayah Riza. "
"Iya Za, tidak baik bagi kesehatanmu tidur seperti tadi, bisa sakit lehermu ini nanti" timpal ibunya sembari menunjuk kearah lehernya.
"Baik bun, maaf sudah membuat ayah dan bunda khawatir" bisik Riza sembari memeluk ayah bundanya.
Riza diamit kedua orang tuanya menuju kasur
"nah disini baru tempat tidur" ucap keduanya kompak. Muka Riza memerah malu menyaksikan kekompakan kedua orangtuanya.
Keduanya berpamitan" Za, jangan banyak pikiran, dan jangan lupa berdo'a kalau mau tidur" ucap bundanya sembari berjalan menuju pintu keluar, tidak lupa mematikan lampu kamar Riza.
Riza hanya mengangguk pelan beberpa kali, merasa malu karena Dia selalu diperlakukan seperti anak kecil. Riza sadar itu adalah salah satu bentuk kasih sayang mereka, terlebih karena Dia adalah anak sulung. Namun ada saatnya Riza merasa risih dengan itu.
"Hmm, kenapa aku ini, ko bisa nangis sampai kedengaran sama ayah bunda" Riza masih belum mengingat apa yang terjadi dimimpinya.
kembali mata elangnya diarahkan pada lampu tidurnya yang berbentuk bintang,
"Hei kamu, kenapa aku tadi menangis?" pertanyaan bodoh yang tidak mungkin dijawab benda mati itu. Tiba-tiba mata elangnya memicing, Dia mengingat sesuatu "Benarkah tadi aku menangis gara-gara ketemu Ceri dimimpiku?" merasa aneh dan sebal karena Ceri samar terlihat dimimpinya, dan kenapa dia pergi begitu saja.
Dia mencoba memejamkan mata nya supaya bisa kembali tidur, sebelum tidur Dia membaca do'a sebelum tidur dan tiga surat terakhir dari Al-Qur'an, yaitu Al-Ikhlas, Al-Falaq dan Annas. Membacanya sembari mengangkat kedua tangannya, selsai membacanya Dia meniupkannya pada kedua telapak tangannya lalu mengusapkannya keseluruh tubuhnya, dilakukan sebanyak 3 kali.
Itulah do'a sebelum tidur yang diajarkan gurunya sewaktu masih kecil. Meskipun kadang lupa untuk membacanya.
Selimut kembali ditarik menutupi tubuhnya, dan memiringkan tubuhnya kesebelah kanan, yang Dia tahu, itulah posisi tidur yang diajarkan dalam agamanya dan juga dibenarkan pula oleh dunia medis. matanya mulai terpejam, menyelami kembali alam mimpi, yang sempat terpotong karena terbangun.
Akan kah dimimpinya Riza kembali bertemu gadis berjilbab dengan gaun biru, benarkah Wanita itu Ceri?, atau itu hanya angan Riza yang berharap bertemu Ceri hingga terbawa kedalam mimpi?
(Terimaksih sudah sudi membacanya, saya tunggu krisan membangunnya, itu sangat membuat saya bahagia, terlebih jika dilike dan dicomen)😘🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Epron Putra
lanjutin aj trus
2020-12-14
1
Om Rudi
Om Rudi Hendrik ambil pelajaran doa sebelum tidur.
Semangaooott!!!
2020-10-22
2
Priska Anita
Lanjut disini thor 💜
2020-08-19
0