Malam

Di pojok balkon termangu Riza diatas kursi, matanya menerawang ke alam bebas. Alam yang sudah berubah menjadi gelap. Sejurus kemudian Riza melangkah dan meletakkan sikutnya diatas pagar balkon yang berwarna biru muda.

"kau bintang-bintang selalu saja membuatku kagum, setiap malam kau selalu menemaniku.

Aku tak kan pernah bosan menyapamu, karena kau setia dan selalu membutku tersenyum" gumam Riza sembari menengadahkan wajah putihnya ke langit, seakan sedang berbicara dengan bintang nan jauh diatas sana.

"Ka, kakak" tiba-tiba terdengar suara Raisya dari dalam rumah.

"Iya dek, kakak di balkon" Riza segera menyaut, sembari kembali melangkah untuk duduk dikursi jati yang diukiri bunga tulip berwarn ungu.

"I'm camming" teriak Raisya, yang tidak lama kemudian muncul dihadapannya.

"Apaan sih dek pake bahasa inggris segala, belepotan juga" ledeknya pada adik tercintanya.

"Ih kakak nih, malah ngeledek, justru karena belepotan makanya adek belajar untuk dipake buat sehari-hari. Diajari ke, ini mah malah diledekin, ah sebel adek sama kakak" jawab Raisya sembari membulatkan pipinya yang lesung, matanya mendelik ke arah kakaknya.

"Duh adik kakak yang cantik marah nih ceritanya" ucap Riza sembari berdiri dan menggerakakn kedua tangannya untuk mencubit kedua pipi adiknya.

Sejurus kemudian Riza kembali duduk dan meminta adiknya untuk duduk di kursi sebelahnya yang terhalangi meja kecil berbentuk bulat dengan dihiasi taplak berwarna ungu.

Tanpa membantah Raisya pun mengikutinya dan tanpa menunggu aba-aba langsung nyerocos menceritakan permasalahan disekolahnya. Riza menyimak dengan seksama tanpa menyela sedikitpun.

Sepuluh menit kemudian " ehm ehm, dek sudah selsai ceritanya?" Selidik Riza sembari menatap adiknya yang wajah kuning langsatnya berubah menjadi sedikit memerah. Raisya hanya menganggukan kepalanya.

"Baik, mau kakak bantu gak nih?" Goda Riza pada adiknya. Lagi lagi hanya dibalasnya dengan anggukan.

Melihat adiknya masih sedih, Riza kembali usil dan mengatakan "Ok tuan putri, tapi ada syaratnya" ucap Riza, berharap adiknya sedikit terhibur. Tapi Raisya hanya menjawab dengan singkat " Apa syaratnya?"

"Tuan putri tidak boleh cemberut, tidak boleh menyela saat kakak sedang bicara, dan setelah itu harus membuatkan kopi, lengkap dengan omlet," sengaja Riza memberikan syarat yang banyak supaya adiknya tersenyum.

Bukannya tersenyum Raisya malah semakin cemberut dan berdiri hendak melangkah pergi, sontak Riza pun ikut berdiri dan menghadangnya dengan tangan kanannya " eits, tuan putri mau kemana, silahkan duduk kembali, kakak cuma bercanda, ayolah dek jangan manyun terus dong."

Raisya pun terpaksa sedikit menyunggingkan senyumnya dan kembali duduk menuruti kata kakaknya.

Riza memperbaiki posisi duduknya dan mulai menanggapi cerita adiknya " adekku sayang, kalau namanya hidup ya memang seperti itu, dimana-mana pasti ada tiga golongan yaitu peduli, cuek dan tidak suka. Tugas kita tetap berbuat baik dan dahulukan husnudzon."

Raisya memicingkan mata sebelah kirinya seakan tidak mengerti " maksudnya kak, kok aku bingung ya?"

Riza tersenyum dan kembali menjelaskan " iya dek, jika kamu disekolah suka diremehin, dibohongi bahkan dihianati temanmu, seperti yang kamu ceritakan tadi, kamu harus mengutamakan husnudzon, kamu harus kroscek dulu kebenarannya dan apa penyebabnya. Membalasnya dengan kebaikan itu lebih utama."

Raisya mengangguk-ngangguk seolah mengerti

" Baik ka, eh tapi ka, kan kalau dihianati teman itu sakit banget," Raisya kembali menekuk wajahnya.

Riza memalingkan tubuhnya ke arah adiknya dan menatapnya lekat-lekat "Kakak faham dek dihianti itu sakit, tapi dengan itu kamu jadi tau sipa yang benar-benar peduli padamu atau hanya sekedar kedok saja. Selain itu kamu dapat pelajaran berharga, jika dihianati itu sakit, maka kamu jangan menghianati. Satu lagi dek, tetap jaga silaturahim dengan tetap berbuat baik pada orang-orang yang menyakitimu. Meskipun itu tidak mudah tapi yakinlah dek kamu bisa"

Raisya berdiri dan melangkah sedikit untuk memeluk kakanya " Ah, kakaku ini terlalu baik, masa yang jahat juga harus dibaiki, tapi aku suka sama cara kakak nasehatin aku, aku padamu kak," Raisya memeluk kakaknya lebih erat. Diam-diam dari matanya yang bulat keluar bulir-bulir air membasahi pipinya.

Riza melepaskan pelukannya dan mengusap air mata adiknya dengan tangannya "sudah..sudah tuan putri jangan nangis, sekarang waktunya tuan putri tidur."

Rasiya tersenyum simpul "kopi nya gimana?"

Riza terkekeh " haha sudah tidur sana, kakak sudah tidak mau kopinya, sekarang kakak mau curhat sebentar sama bintang," tangan Riza menunjuk langit yang bertabur bintang.

Raisya beringsut menuju pintu masuk sambil menjulurkan lidahnya, menatap heran pada kakaknya "Ish dari jaman orok suka banget ngobrol sama bintang, kaya gak ada teman aja. Kasian banget sich kakaku ganteng-ganteng pacarnya bintang.

Riza membalas menjulurkan lidahnya "sudah masuk sana, yang penting kakakmu ini ganteng kan?"

Raisya masuk kedalam, sambil terkekeh dan sempat mengejek kakaknya " ish.. kepedean amat ya, gantengan juga kucing kita wkwkwkw"

🍃🍃🍃

Sunyi, Riza memang senang kesunyian, baginya sunyi itu inpirasi, baginya sunyi itu kekuatan, baginya sunyi itu teman.

Sunyi ditemani bintang-bintang itu adalah kebahagiaan tersendiri bagi Riza. Malam ini kebetulan cerah dan kerlipnya begitu mempesona membuatnya enggan untuk meninggalkannya.

Dalam temaram malam diam-diam terdengar bisik rindu dari relung hatinya, rindu masa-masa kebersamaan bersama Ceri teman sepermainanya waktu TK.

Memasuki usia SD mereka terpisah karena Ceri harus sekolah di Jogja ditempat neneknya dan kembali ke Bogor saat memasuki usia SMP. Saat Ceri kembali mereka masih suka bertemu dan bermain bersama. Namun ketika mereka sudah sama-sama tumbuh menjadi remaja, mereka tidak terlalu sering main seperti saat mereka masih TK atau pun SD.

Mereka harus terpisah kembali saat Ceri SMA, Ceri pindah ke Bandung karena ikut orang tuanya yang mengurus bisnis disana.

bayang-bayang masa kecil membut Riza senyum-senyum sendiri, "Ceri sekarang kamu kaya apa ya, masihkah suka ketawa terbahak sembari mengeluarkan iler seperti waktu kamu TK, atau masihkah kamu takut sama rambutan, sehingga kamu terjatuh ketepi parit kala kamu SMP?"

Entah Riza bertanya pada siapa, asyik dalam lamunan sehingga tidak sadar ada ibunya yang memperhatikannya dari balik pintu. " Ehm..ehm za, kamu senyum sama siapa?"

Riza tergagap, kehadiran ibunya yang tiba-tiba membuatnya salah tingkah, sehingga dia asal tunjuk, " i..ituu sama bintang bun" sambil mengarahkan tangannya ke langit.

Ibunya mengernyitkan dahinya dan tersenyum, lalu kembali kedalam rumah. Sebelum berlalu Ibunya meminta Riza untuk segera tidur karena malam sudah larut.

"Baik Bun, Riza sebentar lagi tidur ko"

Sebelum Riza masuk rumah untuk tidur, Riza kembali menengadahkan kepalanya ke langit dan melambaikan tangannya, bermaksud pamitan pada malam dan bintang-bintang "Sampai jumpa besok ya, terimakasih sudah menemaniku malam ini." Riza pun masuk rumah, dan menuju kamarnya untuk beristirahat, dan tidak lupa mematikan lampu kamarnya.

(Terimakasih sudah membacanya, saya sangat senang jika mendapatkan like dan comen. Krisan membangunnya saya tunggu ya teman-teman)

Terpopuler

Comments

Epron Putra

Epron Putra

bleh di panyengin yerus ni cerita

2020-12-14

1

Om Rudi

Om Rudi

Om Rudi Hendrik selesai bab 2

Ayo terus buat karya positif bagi pembaca

2020-10-22

2

Priska Anita

Priska Anita

Selalu dukung karyamu kak 💜

2020-08-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!