Jack berjalan cepat ke sudut ruang, menyambar tongkat golf dan melangkah menuju speaker, kemudian mengayunkan kuat tongkat ke speaker hingga rusak tak berbentuk.
Lunna mendengus kasar saat melihat Jack memukul speaker dengan membabi buta.
"Kau itu bodoh atau apa sih?! Colokan tinggal kau tarik saja, bisa langsug padam, Kan?!" Lunna berseru cukup nyaring.
Ia menatap tajam Jack yang sudah melempar tongkat golf ke sembarang arah. Nafas pria itu memburu, matanya melotot tajam bagaikan sebilah pedang.
"Turun kau sekarang!" teriak Jack sambil mendekat.
Dengan cepat Lunna melompat ke bawah, lalu mengerlingkan mata sesaat.
"Apa?!" tanya Lunna saat melihat mata Jack berkilat menyala. Ia mendekat ke arah Jack hingga keduanya bersitatap satu sama lain.
Seulas senyum sinis terukir di wajah Jack. "Kau sudah berani melawanku, ya?! Sekarang kau harus diberikan hukuman!" seru Jack sambil menatap dalam mata Lunna sesaat.
Lunna dapat merasakan deru nafas Jack menerpa wajahnya. Satu alisnya terangkat, lalu berkata,"Baik, Tuan Jack yang terhormat, aku menunggu hukuman darimu."
'Cih, aku akan membalasmu jika kau membuatku sakit lagi!' Jack dan Lunna menatap satu sama lain.
"Tuan, Nyonya!"
Sedari tadi Yuri, sedang asik menyimpan file joget Lunna. Ia berencana akan menonton video itu kembali jika ia sedang jenuh berkerja.
Entah ide darimana, barusan ia menjepret kedekatan Jack dan Lunna menggunakan kamera ponselnya. Dipenglihatan Yuri, keduanya sedang bermesraan.
Jack dan Lunna menoleh ke samping. "Apa?!" tanya keduanya serempak tanpa sadar. Lantas, Jack dan Lunna melirik sekilas satu sama lain.
Yuri menggaruk kepalanya sesaat, terkekeh kecil, lalu menghadapkan layar ponsel kepada Jack dan Lunna.
"Lihat, Tuan dan Nyonya sangat serasi," kata Yuri polos dengan matanya yang berbinar seperti anak kecil.
"Whats?! Serasi dari Hongkong iyuh!" Lunna berseru sambil mengibaskan rambut ke wajah Jack. Dengan cepat tangan Jack mengusap wajahnya.
Yuri nampak kikuk melihat respon Lunna dan Jack yang biasa saja. Sedangkan Sahara berdecak kesal melihat tubuh keduanya sangat dekat.
"Jadi apa hukumannya?!" tanya Lunna, saat ini ia duduk di kursi di meja makan.
Jack berdecih sambil berkacak pinggang. "Sikat semua lantai di lantai 1!" perintahnya tersenyum licik.
Lunna beranjak lalu menatap datar Jack dan berkata,"Fine, itu saja, Kan?"
Lunna tak akan menunjukkan keluhannya kepada Jack. Karena jika menampakan semua keluh kesahnya, Jack pasti akan merasa senang. Jadi, dia menerima tugas yang diberikan Jack dengan terpaksa.
Dahi Jack berkerut samar, melihat Lunna nampak biasa-biasa saja. "Iya!" katanya ketus.
'Kenapa dia tidak membantah?' tanya Jack di dalam hati.
*
*
*
Saat ini, Lunna tengah menyikat lantai di ruang tengah dengan Jack sebagai pengawasnya. Mata elang pria itu tak melepaskan pandangan pada Lunna yang sesekali menyeka keringat didahinya.
Sementara itu' Sahara diperintahkan Jack memasak untuk makan malam nanti, sedangkan Yuri sedari tadi berada di belakang Jack mengurut-urut pundak sang tuan.
Jack duduk di sofa dengan menaruh dua kakinya di atas meja sembari memakan kacang kupas, entah sengaja atau tidak pria itu membuang sisa kacang ke lantai.
Melihat sisa-sisa kacang berserakaan di lantai Lunna merengut kesal tanpa menghentikan gerakan tangannya.
'Cih, menyebalkan sekali si Jack-Jack itu. Ya ampun mau sampai kapan ini!'
'Ayo Lunna kau tak boleh menyerah!'
Suara hati Lunna berseru menyemangati diri sendiri.
'Apa dia sedang menggodaku?' tanya Jack dalam hati saat melihat baju putih Lunna sudah dibanjiri keringat, hingga menampakkan pakaian dalamnya yang berwarna pink. Seketika pikiran nakal Jack menari-nari dibenaknya.
'Astaga, apa yang kau pikirkan? Sadarlah! Dia musuhmu!'
"Lunna!!" teriak Jack tiba-tiba sambil bangkit berdiri. Sedangkan Yuri keheranan dengan sikap Jack. Pria itu menghela nafas pelan kala merasakan radar-radar perdebatan akan di mulai.
Lunna menghentikan gerakan tangan dengan nafas terengah-engah, dia beranjak lalu menoleh. "Apa?!" kata Lunna seolah menantang.
"Kau sengaja menggodaku?" Jack bertanya sambil mendekati Lunna.
Entah sadar atau tidak Lunna malah mendekatkan tubuhnya pada Jack. Kini, Jack dapat merasakan dua bola basket menempel ditubuhnya. Dengan susah payah Jack menelan ludah.
"Kalau iya kenapa?"
Satu alis Lunna terangkat. Wanita itu tak menyadari sudah membangunkan ular piton di bawah sana.
Jack enggan menyahut, kala aroma tubuh Lunna menyeruak ke indera penciumannya. Wangi tubuh Lunna membuatnya jantungnya berdetak cepat.
"Kenapa?" tanya Lunna lagi, tatkala Jack tak bersuara sama sekali. Ia mendongakkan kepalanya ke atas menatap tajam Jack. Lalu tanpa aba-aba satu tangan Lunna terulur ke belakang menyambar cepat ponsel milik Jack.
"Gotcha!" Lunna berseru sambil berlari menjauhi Jack yang sedang terdiam sesaat karena berhasil dikelabui Lunna.
Mata Jack berkedip cepat, tersadar, seketika rahangnya mengeras."Kau! Lunna kembalikan ponselku!" Ia berjalan cepat menghampiri Lunna yang sekarang berada di sudut ruangan.
"Haha, ambil kalau bisa!" sahut Lunna sambil berlari tak tentu arah. Jack pun mengejar Lunna yang berlari seperti cheetah.
Di sepanjang langkah Lunna sesekali memeriksa ponsel Jack. Ingin menghapus rekaman videonya. Namun, dia menarik nafas panjang manakala ponsel harus di buka menggunakan sidik jari Jack.
'Si@l!' gerutu Lunna dalam hati.
"Lunna! Kembalikan ponselku!"
Nafas Jack tersengal-sengal sedari tadi mengikuti langkah kaki Lunna yang gesit dan lincah itu.
"Tidak!" Lunna memekik. Nampak seulas senyum licik terukir diwajahnya sesaat.
"Lunna!" Jack menggeram sebal, dan mempercepat langkah kakinya. Kini, keduanya saling berkejaran mengelilingi sofa berbentuk U di ruang tengah.
Yuri yang melihat aksi tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia keheranan mengapa Jack dan Lunna seperti kucing dan tikus.
'Apa mereka tidak capek?' Yuri melihat keduanya sudah cukup lama berlari diruangan.
"Lunna berhenti, aku tidak akan mengejarmu lagi!" sahut Jack, nampak dadanya yang naik dan turun dengan cepat. Pria itu berkacak pinggang tanpa melepaskan pandangan dari Lunna.
Seketika Lunna menghentikan langkahnya. "Bagus lah, aku akan mengembalikan ponselmu, asalkan hukumanku tidak dilanjutkan. Bagaimana?" tanya Lunna dengan nafas yang memburu jua.
Jack membalas dengan mengangguk. Setelah negosiasinya berhasil Lunna tersenyum sumringah. Detik kemudian.
"Kena kau!"
Di saat ada celah Jack menyambar ponselnya dari tangan Lunna dan mengangkat ponselnya ke atas. Mata Lunna membola. Reflek melompat-lompat kecil sambil mendongakkan kepalanya ke atas.
"Hukumanmu tetap dilanjutkan!" Jack tertawa pelan tanpa sadar, melihat tingkah Lunna seperti anak kecil.
"Argh!" jerit Lunna sambil tak hentinya melompat.
Tubuh Jack seketika menegang saat gundukan Lunna mengenai dadanya. Bagai sengatan listrik, sensasi aneh menjalar dikulitnya.
'S*it!' umpat Jack kala membayangkan dua buah gunung Himalaya milik Lunna bergerak naik dan turun di atas tubuhnya.
"Lunna stop!" Jack berseru sambil mendorong pelan tubuh Lunna sekaligus waspada, takut, akan menerkam Lunna. Kendati demikian dia pria normal dan bisa saja menjamah tubuh Lunna, karena status mereka saat ini adalah suami istri walaupun pernikahan mereka hanya di atas kertas.
Lunna tak menyerah sampai hukumannya dihentikan. Ia tak kan gentar. Dengan cepat kakinya berayun mendekati Jack yang sedang berusaha menghindarinya.
"Lunna! Stop!" teriak Jack tanpa menurunkan satu tangannya.
"Never!" Lunna berlari cepat sambil melompat tinggi. Hingga tubuhnya mengenai dada bidang Jack.
Deg.
"Awh!"
"Tuan! Nyonya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Loly
astaga Yuri polos skli
2022-09-05
0
tria sulistia
bunga biar semangat. penasaran kelanjutannya.
2022-09-04
0