Selepas kepergian Jack dan Sahara. Yuri menuntun Lunna masuk ke dalam kamar Jack. Wanita berambut panjang itu tentu saja tidak serta-merta percaya bahwa kamar yang ia tempati sekarang milik Jack. Sebab ukuran kamarnya seluas dengan kamar apartmentnya, di Los Angeles. Lunna terkekeh sejenak, merutuki kebodohan Jack, karena mengira berhasil mengelabui dirinya. Kini, Lunna sudah selesai membersihkan diri. Ia berjalan menuju lemari. Kedua matanya membola saat melihat semua pakaian yang di gantung khusus pakaian maid.
"Ckckck, dia menyuruhku menjadi pembantunya, cih! Jack-Jack kau salah memilih lawan! Baik lah aku turuti permainanmu!" Lunna berbicara pada diri sendiri.
Ia mengambil pakaian maid berukuran ketat. Lalu memakai pakaian itu. Lunna mematut dirinya di depan kaca, sesaat. Tubuhnya berputar-putar bak ballerina.
"Lumayan, tidak buruk."
"Ternyata aura kecantikan ku tetap terpancar walaupun memakai baju ini!"
Lagi dan lagi, Lunna memuji dirinya. Setelah selesai mengenakan pakaian. Ia menempelkan lukanya tadi dengan plester. Setelah itu, ia keluar dari kamar. Baru saja satu langkah, ayunan kakinya terhenti, saat melihat Yuri menatapnya tanpa berkedip.
"Yuri," sapa Lunna sambil melambaikan tangan di wajah Yuri.
Sedangkan Yuri menenguk ludah kasar, tatkala melihat Lunna menyembul di balik pintu dengan pakaian maid yang bagian atasnya terbuka sedikit. Semburat merah terukir jelas di wajahnya.
'Astaga, sadarkan Yuri. Lunna A. Istri Tuan Jack. Mengapa Lunna A sangat cantik.'
Monolog Yuri dalam hati memuja paras Lunna yang menawan dimatanya. Walaupun Lunna tidak merias wajahnya, dia tetap cantik, menurut Yuri.
"Yuri!" panggil Lunna setengah berteriak. Sedari tadi, ia keheranan saat Yuri berdiri mematung dengan menatapnya lekat-lekat.
Yuri terlonjak, lamunannya buyar seketika. "Eh..iy.., iya Nyonya," katanya tergagap seraya mengaruk kepala sesaat.
Dahi Lunna berkerut samar, lalu bertanya,"Kau kenapa?"
Yuri menggeleng pelan. "Lunna A sangat cantik, walaupun tidak memakai make-up." Rona merah masih nampak jelas diwajahnya.
Lunna yang memang suka sekali di puji, tanpa sadar melayangkan pukulan kecil di bahu Yuri.
"Ah, kau ini! Aku memang selalu cantik, siapa yang tidak terpana dengan kecantikanku. Haha!" kata Lunna percaya diri.
Yuri mengangguk, membenarkan perkataan Lunna.
"Hehe, Lunna A kapan-kapan kita foto ya. Yuri mau upload fotonya di instagram," katanya sambil tersenyum lebar hingga menampakan lesung pipit.
"Okey, itu mah gampil. Eh, aku baru ingat kenapa kau ke sini?" Asik bercengkrama, Lunna sampai lupa menanyakan kedatangan Yuri kemari.
Yuri pun baru tersadar, tujuannya menghampiri Lunna. "Lunna A. Yuri akan menunjukkan ruangan yang boleh Lunna bersihkan dan tidak," kata Yuri.
"Baik lah, tunjukkan padaku!" sahut Lunna sambil berjalan ke depan.
'Wow, ini menarik berarti ada ruangan milik Jack yang tak boleh aku kunjungi. Dia pikir aku akan menurutinya. Cih, semakin di larang semakin aku penasaran.'
Dengan sabar Yuri menunjukkan ruangan yang boleh Lunna masuki dan tidak. Di salah satu pintu besar berukiran kayu. Kedua mata Lunna memicing, sebab pintu itu berbeda dengan pintu yang lainnya.
"Yuri, ini ruangan apa?" tanya Lunna penasaran.
"Ini–"
"Ruangan pribadiku!" potong Jack. Pria itu di belakang Lunna dan Yuri. Berdiri dengan tegap sembari memasukan kedua tangannya ke saku celana.
Lunna berbalik, tersenyum sinis, lalu berkata ketus,"Oh, ruanganmu! Boleh dimasuki atau tidak?!"
Jack mulai tersulut emosi melihat bola mata Lunna seakan menantangnya. "Tidak boleh! Ruangan ini terlarang untukmu!"
Lunna berdecih,"Iya, iya lagipula aku juga tidak mau masuk ke ruangan ini pasti banyak gundikmu di dalam!" sahut Lunna nyaring saat melihat Sahara baru saja tiba. Wanita bertubuh semampai itu berada tepat di belakang tubuh Jack melayangkan tatapan tajam.
Dahi Jack berkerut samar. "Gundik?"
"Iya, salah satunya di belakangmu!'
Mendengar perkataan Lunna, Jack berbalik. "Sahara, kenapa kau ke sini?"
"Maafkan saya Tuan, saya mau bertanya. Apa anda tidak mau di pijit."
Sahara menatap penuh damba pada Jack. Sedangkan Lunna dan Yuri tanpa sadar mengerlingkan mata secara bersamaan.
Jack menatap datar Sahara. "Hm, boleh. Masuk lah ke ruanganku," katanya sembari beralih menatap Lunna. Sahara membalas dengan mengangguk pelan.
"Kau sudah tahu, Kan? Ruangan yang boleh kau masuki dan tidak?" Jack bertanya sambil mendekati Lunna. Ia melihat Lunna dari ujung kepala hingga ujung kaki. Seulas senyum licik muncul.
"Baju ini memang cocok untukmu!"
"Haha, cocok dari mananya? Aku terpaksa memakainya, karena ternyata CEO Sugar Entertainmant ternyata miskin! Tak mampu membelikan istrinya pakaian. Kasihan sekali wanita yang pernah menjalin kasih denganmu!"
Lunna sengaja memanasi Jack. Sebisa mungkin ia akan menjatuhkan harga diri Jack. Di dalam benak Lunna sudah terangkai rencana brilian yang sudah dia susun dengan begitu rapi.
Kedua mata Jack melotot tajam, tangannya terkepal kuat, menahan amarah kala mendengar wanita yang pernah memiliki hubungan dengannya di sebut-sebut. Walaupun Lunna tak menyebutkan namanya.
"Kau!!!"
Jack hendak melayangkan tamparan. Namun, secepat kilat Yuri menepis gerakan tangannya.
"Yuri! Kau berani melawanku!?" sentak Jack sambil mendorong bahu Yuri.
Yuri terhuyung ke belakang sesaat, lalu menundukkan kepala. "Maaf, Tuan. Yuri tidak mau Tuan Jack kenapa-kenapa."
Sebuah alasan aneh dilontarkan Yuri. Pria itu tak mau salah berucap lagi. Takut jika Jack meradang dan melampiaskan kemarahan pada Lunna. Padahal, Yuri ingin melindungi Lunna dari amukan Jack.
Jack mendengus, lalu berjalan ke ruangan pribadinya tanpa menghiraukan Sahara memanggil namanya sedari tadi.
"Ckck, kasihan sekali gundiknya ditinggalkan!"
Lunna ingin melihat perangai asli Sahara. Wanita di depan bagai benalu yang harus disingkirkan menurutnya.
"Kau! Berani sekali denganku!" Sahara berseru nyaring seraya menghampiri Lunna.
Kedua tangan Lunna menyilang di dada. "Apa?! Tentu saja aku berani! Aku istri pemilik mansion ini," katanya sambil menatap tajam.
"Tapi sayangnya istri yang dijadikan pembantu!" kata Sahara sinis.
Lunna meradang? Tentu saja tidak, karena dia sengaja memancing umpan. "Bla, bla, bla, sudah selesai berbicaranya!"
"Belum!" seru Sahara, saat melihat Lunna seakan mengejeknya.
"Oke, talk to my hand!" Lunna mengangkat satu tangan menghadap Sahara.
[Bicaralah pada tanganku]
"Ka–" Satu tangannya terangkat hendak melayangkan tamparan. Namun gerakannya terhenti kala Jack menyembulkan sedikit kepalanya di balik pintu.
"Sahara! Masuk ke ruanganku!" perintah Jack.
Secepat kilat tangan Sahara turun, lalu menampilkan wajah polos. "Iya, Tuan." Sebelum berlalu, ia menatap tajam Lunna.
"Cih, dasar ular! Yuri, kalau boleh tahu itu isi ruangan itu apa?" tanya Lunna kepo tingkat Dewa. Setelah melihat punggung Sahara menghilang di balik pintu.
Yuri tergugu, nampak gelisah dan resah. Detik kemudian, bibirnya membuka.
"Yuri di larang Tuan Jack, memberitahu siapa pun Lunna," kata Yuri sambil menggaruk kepalanya sesaat.
Lunna mengerutkan dahi. Malas bertanya lagi. Dia yakin ada sesuatu di balik ruangan berukiran kayu coklat itu.
'Aku jadi penasaran isinya apa? Sekarang tujuanku masuk ke ruangan itu. Pasti ada sesuatu.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Surati
ruangan rahasia? pinisirin
2023-02-21
0
Nia sumania
Luna Jak keturunan mafia, gak akan kalah semudah itu.
2022-10-31
1
Loly
ruangan apa tuh
2022-09-05
0