"Yuri!" panggil Jack, mengedarkan pandangan.
"Kemana dia?!"
Jack berang, kegiatan surgawinya barusan harus tertunda karena ulah seorang wanita. Pria itu berkacak pinggang menahan lava yang siap dimuntahkan segera dari gunung berapi. Nafasnya memburu cepat, giginya bergesekkan satu sama lain. Sampai-sampai mukanya merah menyala. Kedua mata Jack masih menelisik keberadaan Yuri. Dia menahan amarah, sebab Yuri tak berjaga di depan pintu toilet.
Terdengar derap langkah kaki beradu dengan lantai porselen mendekat. Dengan perlahan seorang pria bertubuh jangkung berjalan. Pria berperawakan tinggi, alis mata tebal, bola mata lumayan besar, hidung mancung, dan warna kulit ciri khas orang Asia.
Yuri Kanazawa ialah asisten, sekaligus tangan kanan kepercayaan Jack Harlow. Pria berkebangsaan Jepang itu sudah mengabdikan diri lebih dari dua tahun pada Jack Harlow.
Dahulu, keluarga Kanazawa memiliki hutang budi dengan keluarga Harlow, jadi, sebagai anak paling bungsu, Yuri yang baru menginjak dewasa awal, mengemban tugas menjadi kaki tangan Jack.
Di usia yang masih terbilang muda, kecakapan dan kecekatan Yuri dalam berkerja tidak dapat diragukan lagi. Dia menguasai empat bahasa asing, China, Thailand, Bahasa Inggris, dan Spanyol. Pelafalan Yuri patut diacungi jempol, dia bisa menyebutkan huruf L dan R secara fasih dan jelas. Tidak seperti kebanyakan orang Jepang yang susah melafalkan kedua huruf itu.
Tak hanya itu Yuri juga multi-talent, menguasai beberapa seni beladiri, meskipun begitu, jiwa dan mukanya masih sangat polos, dan bersih. Sepolos kapas putih yang belum tersentuh sama sekali.
Yuri tersenyum sumringah hingga menampakkan lesung pipit di kedua pipi. Dia tak tahu saja sang Tuan menatap tajam ke arahnya. Bak muka bayi tak berdosa, ia semakin melebarkan senyuman. Melirik sekilas pada segelas kopi yang baru saja dia bawa dari ruang sebelah. Asap mengepul ke udara menandakan air berwarna hitam pekat' baru saja di seduh.
Membungkuk sedikit. "Tuan, memanggil Yuri?" tanyanya, mengedipkan mata pelan.
"Kemana saja kau?!" Jack melotot tajam, udara di dalam paru-parunya masih terus memompa ke otak.
"Tadi Yuri sedang membuat kopi, karena Yuri haus Tuan." Yuri menjawab polos, tanpa curiga sedikitpun bahwa sekarang Jack akan segera meletus.
Jack enggan membalas, kedua tangannya terkepal kuat. Dan netranya, menatap tajam seperti singa yang siap menerkam lawan.
Bingung. Yuri menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, saat Jack tak menyahut.
'Tuan, kenapa ya? Apa Yuri membuat kesalahan? Atau Tuan sedang menahan diri agar tidak kentut? Yuri bingung.'
Raut wajah Yuri seperti anak kecil yang sedang keheranan. Benaknya dipenuhi tanda tanya besar. Apa dia melewatkan sesuatu. Tak mau menerka-nerka, bibirnya kembali membuka.
"Tuan Jack."
"Diam! Gara- gara kau! Aku tidak bisa menuntaskan kegiatanku! Sekarang, cepat kau cari identitas wanita yang berani mengangguku tadi?! Dia masih di dalam toilet! Aku harus memberikannya pelajaran?! Laporkan padaku, empat jam dari sekarang!" Teriakan Jack bergema di lorong.
Yuri terlonjak kaget sampai-sampai kopi di dalam gelas bertumpah ruah keluar, hingga mengenai tangannya sedikit. Dia meringis pelan kala rasa panas menjalar di kulit. Seketika degup jantungnya berdetak cepat, seperti lomba lari marathon.
Sekarang, dia tahu kesalahannya. Yuri tak menyahut, takut gunung Mauna Loa kembali meletus. Sebutan Yuri jika Jack naik pitam. Sekilas informasi, Mauna Loa salah satu gunung berapi aktif, yang terletak di Hawai, dekat dengan Samudera Pasifik.
Yuri mengangguk pelan lalu membungkuk sedikit. Sedangkan, Jack mendengus kasar, hendak mengayunkan kaki.
"Tuan!" panggil Yuri kikuk.
"Apa?!"
"I...i tu Tuan, burung gagak, Tuan!" Yuri melihat ke bawah perut Jack, ternyata sedari tadi restleting Jack belum di tutup, benda kenyal itu masih bergelantungan seperti gantungan kunci.
Lantas, Jack menoleh ke bawah, melihat burung gagaknya menyembul keluar. Dengan cepat tangannya terulur dan menarik restleting, sembari celingak-celinguk di sekitar. Jack menarik nafas lega, tak ada orang, lorong nampak renggang dan sepi.
"Jack!"
Britney menyembul dari balik toilet sambil berlarian kecil. Mendengar panggilan, Jack melirik sekilas lalu melengos pergi, meninggalkan Britney dan Yuri.
"Aduh! Ini semua gara-gara kau?!" Britney membentak Yuri sambil menghentak-hentakkan kaki di lantai. Dia memberengut lalu mendengus kesal.
Yuri mengerlingkan mata ke atas, enggan berdebat dengan nenek lampir di depan. Dia menyebut Britney, nenek lampir, salah satu film dari Indonesia yang baru-baru ini dia tonton. Bagaimana tidak, wanita di depan, riasan wajahnya amat tebal, menurut Yuri.
"Cih!" Britney melotot tajam, lalu melenggang pergi meninggalkan Yuri seorang diri.
Yuri menghela nafas, lalu beralih menatap pintu toilet. Sebagai asisten mau tidak mau, dia harus menjalankan perintah atasan. Kedua matanya memicing, ingin melihat siapa wanita yang telah membuat Jack murka.
Jack Harlow, salah satu CEO ternama dan memiliki adikuasa yang menggemparkan warga LA. Pria kaya raya, yang culas dan sombong. Namun pandai mengelola kerajaan bisnis seorang diri. Bisnis yang dia geluti sendiri dari nol, tanpa campur tangan keluarganya.
Jack adalah pengusaha properti terbesar di benua Amerika serikat. Perusahaannya bergerak di berbagai sektor, seperti makanan, infrastruktur, telekomunikasi, energi, real estate dan sebagainya.
Jack bertubuh kekar dan tinggi, berparas tampan nan rupawan, serta memiliki rahang kokoh dan tegas, di sekitar pipi ditumbuhi bulu-bulu halus, membuatnya semakin nampak gagah, sorot matanya begitu tajam, alis matanya melengkung lebat, dan bibir sensual yang selalu menggoda iman para kaum hawa.
Siapa yang tak terbuai dengan pesona Jack. Ketampanan dan kekayaan Jack membuat para wanita pemburu uang akan berlomba-lomba ingin mendekati Jack. Meskipun begitu, Jack sangat berhati-hati dalam bertindak, tak ingin citranya jelek di depan publik. Dan hampir semua kalangan petinggi ataupun konglomerat, ingin menjadikan Jack menantunya. Walaupun mereka tahu, Jack adalah seorang player alias pemain wanita.
Dahulu, Jack adalah pria yang setia, akan tetapi, semenjak dua tahun belakang, dia berubah, karena kesalahan seorang wanita di masa lalu, Jack menjadi liar dan tak dapat dikendalikan. Bergonta-ganti pasangan sudah biasa, namun Jack tak pernah tidur dengan siapa pun selain mantan kekasihnya. Tongkatnya hanya ingin dipuaskan dengan lidah saja.
"Kira-kira siapa yang menganggu Tuan Jack?" gumam Yuri, kedua matanya masih memandang pintu toilet. Dia heran siapa yang berani mengusik Jack Harlow, si pemilik gedung Sugar Entertainmant.
Cukup lama, Yuri berdiri. Sembari menunggu, dia menyesap pelan kopi yang bertengker di tangan.
"Apa Yuri check saja ke dalam?" Yuri bernegosiasi dengan diri sendiri, karena tak mau membuang banyak waktu, dia memutuskan untuk memeriksa ke dalam. Sebelum kaki jenjang Yuri melangkah, seorang wanita berparas cantik menyembul keluar dengan raut wajah panik.
Kedua mata Yuri terbelalak. Melihat sosok yang dia kenali.
Senyuman manis merekah di wajahnya.
"Lunna A!" Tanpa sadar Yuri berucap, sembari berjalan ke depan.
Lunna menoleh, kedua matanya memicing. 'Sepertinya fans ku.'
"Stop!" Lunna berseru dengan mengangkat tangan ke depan sebelum Yuri berada di dekatnya.
Reflek, Yuri menghentikan langkah kaki, binar bahagia terpatri jelas di dua matanya.
"Lunna A, aku fans sejatimu!" kata Yuri sambil senyam-senyum.
"Iya, iya aku tahu. Badanku bau, aku baru dari toilet, tunggu sebentar!" Lunna mengambil parfum mini yang tersampir di gelangnya. Dia selalu membawa kemanapun botol-botol kecil itu. Sebagai artis dia harus siap sedia. Dengan tiga kali semprotan di sisi kanan dan kiri, aroma parfum menguar dari tubuhnya.
"Badan Lunna A tidak bau." Yuri melihat Lunna tengah menyemprot parfum di udara.
Lunna tak menyahut, sibuk sendiri. "Hah akhirnya, nah sekarang tidak bau, fiuh!"
"Baiklah, aku harus pergi dulu." Dengan tergesa-gesa Lunna berjalan hendak ke ruangan pertemuan Mr.Alabama.
"Tunggu, Lunna A. Yuri mau foto?" Yuri merentangkan tangan, menghalangi jalan Lunna.
"Oh my God! Aku harus pergi, ada klien, nanti setelahnya kau boleh berfoto." Lunna gusar, waktunya sudah terbuang banyak. Dia tak mau membuat Mr. Alabama marah.
"Benarkah?" Yuri mengangkat jari kelingking, bermaksud membuat janji.
'Astaga, kenapa matanya polos sekali! Haha, baru kali ini aku bertemu orang berwajah Asia." Lunna melakukan hal serupa dan melilitkan jari kelingking.
"Bye!"
Lunna melambaikan tangan, berlalu pergi, meninggalkan Yuri, yang masih menatap rambut panjang Lunna bergerak pelan.
"Eh tunggu dulu, kalau Lunna A dari dalam toilet, berarti wanita yang di maksud Tuan Jack....."
*
*
"Mr. Alabama!" Lunna melangkah cepat, sembari mengangkat dress sedikit.
Mr. Alabama dan Kristin menoleh ke sumber suara, begitu pula dengan Jack dan Britney, yang sedari tadi sedang berbincang bersama Mr. Alabama. Jack cukup terkejut, melihat wanita yang menganggunya barusan berjalan ke arah mereka.
'Siapa wanita ini? Apa dia artis atau model?' Jack menatap dingin.
'Kenapa si penghuni toilet ada di sini?' Lunna melirik sinis Jack dan Britney secara bergantian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Yuli Yanti
😂😂😂
2024-05-19
0
Nami chan
sangking ga tahannya apa gmn ampe ditoilet /Curse/
2023-11-26
0
Nami chan
njay /Sob/
2023-11-26
0