"Tuan Jack menyuruh anda ke bawah," kata Yuri cepat sembari kedua matanya bergerak ke segala arah.
Lunna menunjuk sendiri. "Aku?" tanyanya ingin memastikan. Kedua matanya berkedip pelan.
"Iya, Nyonya, Tuan Jack meminta anda ke lantai satu sekarang. Perkerjaan anda ditunda saja dulu."
Kedua mata Lunna memicing. Entah mengapa, jawaban Yuri tak memuaskan. Belum lagi gelagat pria dihadapannya nampak mencurigakan. Dengan terpaksa Lunna mengikuti perintah Jack.
Setelah mematikan robot otomatis dan menaruhnya di sudut ruangan. Lunna dan Yuri berjalan menuju lift. Di dalam lift, Lunna melirik Yuri sekilas yang lebih banyak terdiam, tidak seperti biasanya.
'Kenapa Yuri terlihat gelisah ya?' Lunna bertanya di dalam hati.
Setelah mendengar bunyi dentingan lift terbuka. Lunna berjalan keluar bersama Yuri yang berada di belakang.
Namun tiba-tiba aki Lunna terhenti, tubuhnya berbalik. "Aku akan mengerjakan apa?"
Bukan kah seharusnya dia senang pekerjaan rumah di tunda. Tapi Lunna curiga, jika Jack akan menyuruhnya melakukan pekerjaan yang lebih berat dari sebelumnya. Sebab, sedari tadi perasaanya tak karuan. Belum lagi, gelagat Yuri nampak mencurigakan sekali.
"Anda tanyakan saja pada Tuan Jack. Mari saya antar Nyonya," kata Jack sembari menuntun Lunna ke suatu tempat.
Lunna berjalan perlahan mengekori Yuri dari belakang. Sesekali kedua matanya mencari foto-foto yang terpajang di dinding, siapa tahu saja ada foto keluarga Jack. Setelah diamati, tak ada satu pun foto yang nampak di pelupuk matanya.
Lunna mendengus, apa kah Jack menaruh foto di suatu tempat? Entah lah, Jack amat misterius bagi Lunna. Selama Kristin berkerja sebagai Manager di Sugar Entertainmant. Wanita berambut pendek itu pun tak tahu latar belakang Jack. Lunna tak mau ambil pusing. Beralih menatap punggung Yuri di depan.
"Ada apa?!" tanya Lunna ketus setelah menghempaskan bokong di atas sofa sembari menyilangkan kaki.
Jack mendengus. Kedua matanya menatap tajam. "Aku tidak menyuruhmu duduk!"
Lunna mengerlingkan mata sesaat. Dengan terpaksa beranjak sembari melipat tangan di dada.
"Cepat lah aku tidak punya banyak waktu!"
"Buatkan aku makanan!"
"Tidak mau! Kau suruh saja gundikmu itu! Kenapa harus aku?!"
Jack berdiri, kedua bola matanya melotot. "Kau berani membantahku!"
Lunna enggan menyahut, mengangkat dagunya dengan angkuh. 'Astaga Lunna, kau bisa menabur sesuatu di makanannya.' Seketika rencana licik Lunna terlintas dibenaknya.
"Baik lah, aku akan masak untukmu," kata Lunna tanpa mengubah ekspresi wajahnya. Tak mau membuang banyak waktu. Ia pergi ke dapur hendak memasak makanan untuk Jack. Menu makanan yang disuguhkan Lunna adalah sup jamur yang sudah di beri penyedap rasa sebanyak lima sendok.
'Mampus kau!' Batin Lunna sembari menaruh mangkuk di atas nampan.
*
*
"Lunna!!!" jerit Jack setelah menyemburkan sup jamur yang telah di masak Lunna barusan. Dengan nafas memburu, ia melangkah ke kamar Lunna. Mendengar teriakan Jack, Yuri dan Sahara terlonjak kaget, lalu mengikuti langkah kaki Jack dari belakang.
Jack berbalik. "Jangan mengikutiku!" Melihat sorot mata Jack yang tajam, Yuri dan Sahara bergeming di tempat.
Di sepanjang langkah, Jack menyumpah serapah Lunna. Begitu sampai di ambang pintu. Seketika seringai licik terukir diwajahnya. Secepat kilat, ia mengunci kamar Lunna dari luar.
"Tunggu nanti malam," Jack bergumam pelan lalu memasukan kunci ke dalam saku celana.
Sementara itu, Lunna yang baru saja membersihkan diri dari kamar mandi. Hendak ke dapur ingin mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Sebab, sedari pagi belum ada makanan yang masuk ke lambungnya. Akan tetapi, saat Lunna memutar gagang pintu. Dia mengerutkan dahi, sebab pintu sama sekali tak bisa terbuka. Ia mencoba membuka pintu tapi tetap saja tak bisa.
Sepuluh menit pun berlalu. Lunna menghela nafas kasar. Saat pintu tak bisa di buka sama sekali.
"Jack-Jack pasti mengunciku," desis Lunna pelan. Ia memegang perutnya sesaat.
"Aku lapar..." Lunna berucap lirih sembari berjalan menuju tempat tidur. Dengan perlahan menjatuhkan bokongnya di tepi ranjang.
Bibir Lunna nampak cemberut, meratapi kemalangannya saat ini. "Bagaimana ini? Aku benar-benar lapar..." Akhirnya karena keletihan, Lunna tertidur dengan perut yang masih kosong. Terdengar suara korokan yang sangat nyaring memenuhi ruangan kamar tersebut.
*
*
*
Sore menjelang malam. Lunna masih terlelap dengan posisi tubuh meringkuk. Suara binatang-binatang kecil di belakang sana. Mengusik mimpi Lunna. Kedua matanya membuka, lalu berkedip pelan.
"Shff..." Lunna meringis saat perutnya terasa sakit. Karena sedari pagi hingga sore, ia tak makan sama sekali. Lunna mencoba mencari sesuatu di dalam kamar, apakah ada makanan ataupun cemilan yang bisa ditemukan.
Nihil.
Tak ada satupun. Makanan dan minuman tersedia di dalam kamar. Kepalanya celingak-celinguk melihat matahari di luar jendela mulai tenggelam ke ufuk barat.
"Apa aku tidur saja ya, sampai besok pagi?"
Lunna meneguk ludahnya sendiri, karena sedari tadi menahan haus. Dengan terpaksa ia merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menyentuh perutnya sekarang yang terasa semakin sakit dan perih.
"Mommy..." desis Lunna sebelum menutup mata.
Malam menyapa. Langit nampak gelap dan bergemuruh di atas sana.
Jedar!
Suara guntur menggelegar, diiringi derasnya air hujan membasahi tanah. Suara guntur terdengar untuk kedua kalinya, membuat Lunna yang sedang terlelap, tersentak kaget. Dengan nafas yang memburu. Dia menutup kedua telinganya. Seketika bayangan masa lalu, berputar-putar dibenaknya. Sewaktu dulu Lunna memiliki trauma mendalam yang membekas diingatannya.
"Mommy!" jerit Lunna. Nampak kedua matanya mulai berembun.
Jedar!!!
"Ha!" teriak Lunna sambil berlari ke arah pintu. Kedua tangannya tak tinggal diam, berusaha memutar gagang pintu dan memukul benda berbentuk persegi panjang itu.
Tiba-tiba lampu padam.
Lunna menjerit histeris. Dia benar-benar tak suka situasi saat ini. Tubuhnya bergetar hebat kala memori kelam mulai berputar-berputar.
Brak!
Tubuh Lunna terjungkal ke belakang saat seseorang mendobrak pintu dari luar.
"Tolong aku!" Lunna berseru nyaring. Karena lampu yang padam ia tak dapat melihat siapa yang masuk. Akan tetapi telinganya dapat menangkap bunyi dentuman pintu di tutup kuat dan terdengar pula suara langkah kaki mendekat.
"Jack?" Dalam kegelapan, kepala Lunna memutar ke kanan dan ke kiri. Seketika dia merasa kepalanya di tendang seseorang dari belakang.
"Awh," desis Lunna sambil menyeka darah yang keluar dari hidungnya. "Jack kau kah itu?!!" tanya Lunna pada seseorang yang berada di dalam kamar. Secara tiba-tiba baju Lunna di robek paksa.
Lunna memberontak sembari menjerit histeris.
"Jack! Lepaskan aku!" Suara kekehan pelan terdengar di dalam kegelapan, membenarkan bahwa dia adalah Jack.
"Biadab kau! B@jingan!!" Lunna mengumpat namun tiba-tiba punggungnya di cambuk dengan sangat kuat.
"Ah!"
"Hentikan! Aku membencimu! Hentikan!!"
Teriakan Lunna bergema di ruangan. Seakan tuli, Jack mencambuk Lunna berkali-kali hingga membuat Lunna menjerit dan menangis dalam kegelapan. Dia sudah berusaha memberontak namun tak bisa sebab ruangan tak ada cahaya yang masuk sedikitpun.
Jedar!
Suara guntur di atas langit masih bersahut-sahut. Membuat suasana di dalam kamar semakin bertambah mencekam. Tampak tetesan darah menerpa lantai marmer putih di kamar itu.
"Hentikan...." Lunna berucap lirih saat mendengar nafas Jack tak memburu seperti tadi. Tiba-tiba gerakan tangan pria itu terhenti, lalu berjalan menuju pintu meninggalkan Lunna seorang diri di lantai.
Kedua mata Lunna sudah menganak sungai. Rasa perih dan sakit mendera tubuhnya. Dadanya masih bergetar pelan, meratapi kemalangannya malam ini.
Lunna bertanya-tanya di dalam hati sebegitu salahnya kah dia? Apa karena makanan asin, Jack sangat marah padanya? Pikiran Lunna berkecamuk, mencoba menerka-nerka sesuatu yang tidak ia ketahui. Lunna terisak sambil menyebut nama Mommynya berulang kali.
'Mommy... Lunna rindu Mommy....'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nurwana
katanya anak mafia.... kok gini amat.... jgn jgn hanya mafia banci.
2023-07-20
0
Surati
Lunaaaa😭😭😭😭sungguh tega Jack sangat tidak berperi kemanusiaan
2023-02-21
0
Nia sumania
Luna 😭😭😭 padahal dia keluarga mafia tp gini amat nasibnya
2022-11-05
1