Kendaraan mewah berwarna hitam, melesat pelan meninggalkan pelataran Gereja. Dengan terpaksa Lunna menuruti titah Jack, setelah di bujuk oleh Kristin. Masalah jadwal syuting iklan akan dia koordinasikan dengan pihak photographer.
Di sini lah, Lunna sekarang duduk dengan menyilangkan tangan di dada, sambil menghadap ke jendela mobil. Jack berada di samping tubuhnya. Pria itu sesekali melirik Lunna yang terdiam membisu di sepanjang jalan. Sudut bibir Jack terangkat sedikit, seluas senyuman picik muncul diwajahnya.
Jack beralih menatap ke depan, tanpa sengaja matanya bertabrakan langsung dengan mata Yuri. Yuri gelagapan dan salah tingkah, tertangkap basah oleh Jack. Dengan cepat dia kembali memfokuskan matanya ke depan, melihat jalanan Kota. Yuri meneguk ludah dengan kasar.
'Semoga Lunna A. akan baik-baik saja.' Yuri sempat melihat raut wajah Jack memancarkan sesuatu yang membuatnya bergedik ngeri.
'Yuri akan melindungi Lunna A.' Batinnya lagi, seraya fokus memutar stir kemudi ke sebelah kiri.
"Kita langsung ke Mansion!" titah Jack.
Yuri mengangguk patuh. "Baik, Tuan."
Lunna menarik nafas panjang. Enggan berdebat, moodnya benar-benar hancur. Entah mengapa dia menyesali keputusannya menikah dengan Jack.
Setelah pulang dari Gereja, perasaannya sangat tak karuan. Rasa bersalah membuncah di palung hatinya. Seandainya saja waktu dapat diputar, ia tak mau makan semur jengkol di hari itu, hari di mana kesialannya bermula. Namun, nasi sudah menjadi bubur, tak akan dapat di putar kembali. Sekarang yang dapat ia lakukan menghadapi semuanya.
Lima belas menit berlalu. Lunna mengerutkan dahi, melihat mobil berhenti di depan bandara. Tidak mungkin kan mereka berbulan madu. Bukan kah mereka akan ke mansion. Lalu, mengapa ke Bandara?
Lunna menoleh. "Kenapa kita ke sini?"
Jack melayangkan tatapan datar. Bibirnya tak membuka sama sekali. Enggan membalas pertanyaan Lunna. Dengan cepat, ia membuka pintu, keluar dari mobil, meninggalkan Lunna yang melonggo, melihat tingkah Jack yang mengacuhkan dirinya.
'Si@l, apa susahnya sih tinggal ngomong aja! Argh!'
"Lunna A. Mari kita turun," ajak Yuri menunggu Lunna turun dari mobil. Pria kebangsaan Jepang itu ternyata sudah membukakan pintu mobil sedari tadi.
Lunna mendesah kasar, mengangguk pelan. Dengan perlahan menyembul keluar, mengikuti Yuri dari belakang. Kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan Jack hilang dari penglihatannya.
"Yuri, sebenarnya kita mau kemana?" Lunna bertanya sembari memegang gaun pengantin.
"Ke mansion, Lunna A," kata Yuri pendek sambil melirik arloji di pergelangan tangan.
Sebelum Lunna membalas ucapannya. Yuri berkata,"Ayo Lunna lebih cepat, nanti Tuan Jack akan marah." Suara Yuri terdengar memelas.
Lunna menarik nafas panjang untuk ke sekian kalinya. Tak mau banyak bertanya, dia mempercepat langkah kaki.
*
*
*
Sekarang Lunna benar-benar di buat bingung. Di depan matanya terdapat sebuah helikopter berwarna hitam siap lepas landas. Yuri menyuruhnya untuk masuk ke dalam' duduk di sebelah Jack. Dengan terpaksa dia menurut saat melihat wajah Yuri ketakutan. Sungguh banyak sekali pertanyaan yang bersarang di kepalanya saat ini.
Lunna sudah duduk muka dengan menekuk. Dia melirik sekilas ke arah Jack. Sedari tadi pria itu hanya diam saja, seperti patung manekin. Lunna mendengus pelan, lalu memilih menatap ke arah jendela.
"Lunna A. Pakai ini." Yuri berada di depan. Ia di samping pilot, tengah menyodorkan penutup mata berwarna hitam kepada Lunna.
Dahi Lunna berkerut kuat. "Untuk apa?" tanyanya heran.
"Pakai saja!"
Kali ini Jack membuka suara. Dia menatap tajam Lunna. Melihat tatapan Jack, Lunna balik menatap tak kalah tajamnya. Dengan terpaksa menyambar penutup mata di tangan Yuri. Kemudian mengenakan penutup mata. Gelap, hanya itu yang dapat ia lihat.
'Kenapa perasaan aku tidak enak ya," Lunna berkata di dalam hati.
Indera pendengaran Lunna menangkap bunyi deruan baling-baling di atas helikopter. Dapat dipastikan, mereka telah lepas landas, tebak Lunna. Kedua tangannya meremas gaun pengantin yang melekat di tubuhnya.
Beberapa menit berlalu. Merasa helikopter telah landing. Lunna segera menarik penutup mata. Seketika kedua matanya membola melihat pemandangan di depan, menampilkan hamparan laut yang sangat luas. Lunna memandang penuh takjub, sejenak.
"Turun!"
Suara Jack membuyarkan kekaguman Lunna pada lautan di depan sana. Ia menoleh sekilas, bibirnya komat-komat bak mbah dukun. Kemudian mengikuti Jack dari belakang. Dengan susah payah ia menapaki pasir putih, sebab heels yang dikenakan menghambatnya berjalan. Lunna keheranan, melihat Yuri berjalan cepat mendahului mereka.
"Naik!" perintah Jack setelah mereka tiba di dalam hutan belantara. Kini, mobil berwarna hitam sedang menunggu kedatangan siempunya. Yuri berada di kursi kemudi, menatap Lunna lekat-lekat.
'Oh God, aku ini mau ke mansion atau bertamasya sih?' Malas berdebat, Lunna hanya berkata di dalam hati. Dia masuk ke dalam mobil sambil membanting pintu.
Brak!
Jack melotot tajam, melihat Lunna seakan menantangnya.
"Apa?! Kau marah aku menutup pintu mobil ini!" kata Lunna ketus.
"Cih, tentu saja. Mobil ini harganya lebih mahal dari tubuhmu itu!" sahut Jack sembari memberikan kode pada Yuri untuk segera menjalankan mobil.
Kedua tangan Lunna terkepal kuat. Menahan amarah dalam hati. "Kau!!" Ia hendak melayangkan pukulan namun matanya teralihkan dengan pemandangan pelangi di luar sana. Seketika dia teringat Mommynya di Indonesia.
'Mommy, Lunna rindu.' Sewaktu dulu, ia teringat Lily selalu mengajaknya melihat pelangi jika hujan turun.
Satu alis Jack terangkat, melihat ekspresi Lunna berubah 180 derajat. Tatapan Lunna begitu nelangsa dan sendu.
*
*
*
Kedua mata Lunna berkedip pelan. Melihat mansion Jack ternyata di tengah-tengah hutan. Sejenak penasaran, di mana kah dia sekarang? Pikirannya berkecamuk, mencoba menebak tempat yang ia datangi saat ini.
"Keluar! Aku mau lewat pintu itu!" Jack berkata kepada Lunna yang masih hanyut dalam pemikirannya. Lunna menoleh, dahinya berkerut hingga lipatan.
"Apa?! Kau bisa lewat pintu sebelah sana!' protes Lunna, permintaan Jack teramat aneh, menurutnya.
"Tidak usah banyak bantah! Atau videomu akan ku sebar, ingat aku suamimu sekarang!!!"
Lunna terlonjak kaget, mendengar suara Jack setengah berteriak. Degup jantungnya berdetak cepat. Tak mau berdebat, dia membuka pintu. Dengan susah ia mengangkat gaun pengantin. Jack berada di belakang tersenyum penuh arti. Satu kakinya terangkat, lalu menendang ekor pantat Lunna.
Bugh!
Lunna tersungkur ke tanah, hingga ia meringis pelan saat tangannya tergores bebatuan.
"Awh!"
Yuri yang baru saja turun dari mobil. Hendak memapah Lunna, namun sebelum membungkukkan badan, Jack berseru," Jangan membantunya Yuri, jangan memanjakannya!"
Yuri tergugu, melihat sikut Lunna memerah. "Tapi Tuan," kata Yuri.
Jack melotot tajam. "Jangan membantah, aku Tuanmu!"
Dengan tertatih-tatih Lunna beranjak. Sesaat meringis pelan. "Tidak apa-apa Yuri, Lunna A baik-baik saja." Ia tersenyum kecut, menahan rasa perih di kedua sikutnya.
'Ini tak tik Jack, aku tidak boleh terlihat lemah di depannya, ayo Lunna kau harus kuat!'
Lunna menyemangati diri sendiri sembari menatap dingin Jack.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nurwana
masa anak mafia tdk ad pertahanannya, ditendang gitu aj jatuh, ahh lembek....
2023-07-20
0
Surati
sungguh kejam Jack, untung ada Yuri ganteng
2023-02-21
0
Shiro Yuki
awas kau Jack jack
2023-01-02
0