"Baiklah, Mr. Alabama, nanti malam kita akan bertemu kembali," kata Jack tanpa melepaskan pandangan mata dari Lunna.
Jack teramat penasaran, wanita yang mengusiknya tadi, sepertinya artis di Sugar Entertainmant. Selama dua tahun di Jepang, Jack memang tak pernah menonton televisi atau pun membuka sosial media. Fokusnya hanya satu, melebarkan kerajaan bisnisnya di seluruh negeri. Tapi, dia keheranan, mengapa wanita di depan tak mengenalinya sama sekali.
"Baik, Mr. Harlow, aku juga ada janji temu dengan Sugar." Mr. Alabama melirik Lunna sekilas, yang sedari tadi berdiri di sampingnya. Tangan pria bertubuh tambun itu, terulur dan menjabat tangan Jack.
'Sugar? Apa dia Sugar Baby, Mr. Alabama, Cih! Semua wanita sama saja!'
"Aku permisi," Jack pamit undur diri, sebelum melengos, dia sempat menoleh ke arah Lunna lalu tersenyum tipis. Sementara Lunna membalas dengan senyum terpaksa.
'Awas kau! Aku tandai!' Jack berbalik, lalu melangkah cepat, tak menghiraukan panggilan Britney sama sekali.
"Maafkan aku Mr. Alabama, aku benar-benar tak bermaksud datang terlambat. Karena tadi aku sa-"
"Sudah lah, Sugar' aku mengerti kau pasti sedang berdandan cantik, Kan di toilet?" Mr. Alabama mangut-mangut.
Lunna tersenyum kecut.
'Seandainya saja dia tahu, kalau aku berusaha mengeluarkan emas-emas murni di toilet tadi.'
"Kristin mengatakan padaku kalau Sugar berdandan sangat cantik hari ini. Padahal tak berdandan pun anda tetap cantik." Mr. Alabama melirik Kristin yang mengulas senyum.
"Benarkah? Terimakasih, Mr. Alabama, aku sangat tersanjung." Lunna menatap Kristin lekat-lekat, mereka berbicara melalui mata batin.
'Kau berhutang padaku, Lunna!'
'Hehe, terimakasih Managerku yang keren.'
"Mari, kita pergi ke restaurant, aku sudah membooking tempat, silahkan ajak juga MUA-mu juga bila perlu."
"Boleh kah?" tanya Lunna sumringah.
Sikap Mr. Alabama mirip sekali dengan Kakeknya, sudah lama dia tak berjumpa sang kakek. Kesibukan kakek dan dirinya, membuat mereka jarang bertemu, walaupun mereka satu pulau. Rasa rindu menjalar di relung hatinya sejenak. Belum lagi panggilan nama Lunna sama persis dengan panggilan Kakeknya.
Sudah tiga kali Mr. Alabama dan Lunna bertemu. Jumpa pertama Mr. Alabama ingin memanggil Lunna dengan sebutan Sugar. Katanya senyuman Lunna amat manis seperti gula.
Sudut bibir Mr. Alabama melengkung membentuk senyuman, lalu mengangguk perlahan.
*
*
*
Siang menjelang sore, hiruk pikuk masih terdengar di sudut-sudut Kota Los Angeles. Sebagian manusia rehat sejenak dari aktivitas kerjanya. Tak terkecuali Jack Harlow, dia baru saja tiba subuh tadi dari Jepang. Paginya dia langsung berjilbaku ke salah satu bangunan miliknya, Sugar Entertainmant.
Lantai sepuluh
[Ruang CEO]
Jack duduk termenung di kursi kebesarannya, menghadap kaca raksasa di belakang meja kerja. Kedua matanya melihat kendaraan roda empat lalu lalang di bawah. Pekerjaan belum selesai, kini pria itu beristirahat sesaat. Matanya tak bergeming dari kaca pembatas. Rasa sesal masih ada di relung hatinya, hari ini suasana hatinya amat tak baik. Entah, karena apa, mungkin karena ulah wanita tadi. Yang mengusik ketenangan ular belutnya di bawah sana.
Terdengar ketukan pintu bergema di gendang telinga Jack. Dengan sigap, ia memutar kursi.
"Masuk!" Jack berseru cukup nyaring.
Yuri melangkah perlahan, mendekati meja kerja Jack. Kemudian membungkukkan badan sedikit. I-pad keluaran terbaru dibanderol dengan harga puluhan juta' bertengker di tangan kanannya.
Jack menatap datar Yuri, sambil menopang dagunya.
"Bagaimana kau sudah menemukan siapa wanita tadi?"
"Wanita yang Tuan Jack maksud, Lunna A, artis berbakat di agensi ini Tuan." Yuri menjelaskan dengan senyuman merekah bagai kelopak bunga yang baru mekar
Satu alis Jack terangkat. "Kau fansnya?"
Lantas Yuri tak lansung menjawab. Dia menggaruk kepalanya sesaat.
"Lanjut!" Jack mengubah posisi duduk dengan menyandarkan punggung ke kursi.
Yuri mulai membasahi bibirnya, sebab informasi yang dia dapatkan membuatnya sedikit tercengang. Rasa kagum semakin bertambah di hati Yuri. Dengan sigap Yuri menyentuh touchscreen dengan pen i-pad.
Melirik Jack sekilas, Yuri menarik nafas pelan, lalu berkata," Lunna A, lahir di Los Angeles, usia 30 tahun, lulusan terakhir S-1 di University of Art Helsinki, Finlandia, meraih peringkat cum-laude 4. Makanan kesukaan semur jengkol, hobi ti-"
"Stop! Bacakan yang penting saja! Tempat tinggal, nomor rumah, nama pacar, nomor sepatu, atau apa pun itu!" potong Jack jenggah kala melihat pancaran mata Yuri tersirat kekaguman mendalam.
Yuri menelan saliva pelan. Beruntung dia sudah terbiasa dengan perangai Jack. Ia menghela nafas lagi.
"Tinggal di apartment Luivitton seorang diri, mantan pacarnya banyak Tuan, apa Yuri harus sebutkan?"
"Tidak usah!"
"Yuri tak menyangka ternyata nama Lunna A, Lunna Andersean," gumamnya pelan, saat melihat nama panjang Lunna.
"Kau bilang apa tadi? Ulang!" Jack mendengar Yuri bergumam kecil menyebutkan nama belakang Andersean.
"Mantan pacar Lun-"
"Bukan!" Jack mulai berang, Yuri semakin hari semakin membuatnya habis kesabaran.
"Nama panjangnya!?" Jack beranjak, berkacak pinggang.
Yuri hanya ber oh ria, kemudian berkata,"Nama panjang Lunna Andersean, cucu Wali Kota Simon Andersean."
"Yuri bingung kenapa Lunna menyembunyikan identitasnya kalau dia cucu pak Wali Kota, ya." Yuri bergumam lagi.
"Andersean!"
Pikiran Jack menerawang pada kejadian tragis beberapa tahun silam. Rasa dendam dan benci melebur menjadi satu membentuk kobaran api dihatinya. Kejadian yang tak bisa dilupakan seumur hidupnya, begitu membekas dan tak akan pernah pudar. Seketika rahang Jack mengeras, kedua matanya berkilat menyala. Satu tangannya terulur mengambil sebilah pisau di meja, dan melempar di atas kepala Yuri, hingga pisau tertancap di dinding tembok' di ujung sana.
Yuri mematung di tempat, tatkala mendapatkan serangan mendadak. Dahinya berkerut melihat Jack murka saat mendengar nama Andersean.
"Lunna Andersean!" Jack memekik nyaring bagai orang yang kerasukan. Nafasnya memburu, menahan gejolak amarah.
Yuri tergugu melihat Jack seperti iblis pencabut nyawa. Entah mengapa, perasaannya tidak enak.
"Yuri!"
"Iya." Yuri menjawab singkat sambil membungkuk.
"Kemari!" Jack merubah ekspresi wajahnya, seringai tipis terukir jelas.
Lantas Yuri menghampiri Jack, dan berdiri di samping meja.
"Ada apa Tuan?" tanyanya hati-hati, sekaligus waspada.
Jack mendekatkan bibir di daun telinga Yuri, lalu berbisik pelan.
"Kau mengerti?" Jack bertanya sambil tersenyum penuh arti.
Bagai anak kecil, Yuri mengangguk patuh. Pria berwajah oriental Asia itu melangkah keluar dari ruangan.
Selepas kepergian Yuri, Jack menarik nafas kasar. Lalu berjalan kembali menghadap kaca raksasa. Tangannya, ia masukkan ke dalam saku celana.
"Sekian lama, akhirnya aku menemukan salah satu keluarga Andersean!"
Jack tersenyum penuh arti. Mengambil ponsel yang tersimpan di saku, menggeser layar lcd perlahan.
*
*
Di lain tempat.
Seorang pria bertubuh kekar, duduk di sofa berwarna coklat. Kepalanya bersender di sofa. Nampak asap mengepul ke udara, kedua matanya terpejam sembari menghirup cerutu yang terselip di jari telunjuk dan jari tengah. Alunan musik klasik dari gesekan piring, membuatnya semakin terbuai.
Dering handphone, berbunyi. Dengan perlahan kelopak mata hitam legam itu terbuka. Dia melirik sekilas benda pipih di atas meja. Merubah posisi badan, lalu menyambar cepat.
"Hallo," sapanya terlebih dahulu.
----------------
"Benar kah? Lakukan saja! Biarkan keluarga Andersean hancur!"
Panggilan terputus.
"Hahahaha!" Tawa menggelegar memenuhi seluruh penjuru ruangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nami chan
emas murni
2023-11-26
0
EBI
yahh, ketahuan duluan deh
padahal disembunyikan nama lengkap nya
2023-03-31
0
Surati
wah dendam Jack yg kena Luna, kasihan
2023-02-21
0