Pagi menyapa. Matahari di atas pencakar langit nampak malu-malu keluar. Langit yang gelap perlahan berubah menjadi terang benderang.
Waktu menunjukkan pukul enam pagi. Jam weker di atas nakas seorang wanita berdering nyaring' hendak membangunkan si empunya untuk bangun dari tempat peraduan. Tapi, tak sedikitpun, wanita berambut panjang di atas tempat tidur bergerak. Terdengar suara korokan dari mulutnya yang mengangga itu. Dan iler di sudut bibirnya mengalir sedikit.
"Semur jengkol...." gumamnya, entah apa yang sedang dimimpikannya. Tapi yang jelas tentang makanan favoritnya. Iya, itu lah Lunna Andersean.
Lunna masih terlelap dengan posisi terlentang. Korokan dari mulutnya, terdengar kuat. Rasa letih masih menderanya, mungkin karena sibuk dengan kegiatan syuting film kemarin. Jam weker yang berbunyi di atas nakas pun tak dapat membangunkannya.
Sekarang, tidak hanya jam weker yang berdengung nyaring di kamar Lunna. Tapi, terdengar pula, bunyi gedoran pintu di pukul sangat kuat oleh seseorang.
"Lunna!" teriak seorang wanita di luar sana. Tak lain dan tak bukan, Kristin' sang manager, dia harus stand-by ke apartment Lunna hampir setiap hari. Kristin sudah tahu betul perangai Lunna, jika capek berkerja, Lunna akan tertidur pulas bak kerbau. Sebagai seorang manager dia akan mendisiplinkan artisnya yang tak tahu diri itu. Bisa hancur kredibilitasnya sebagai manager jika gagal mendisplinkan Lunna.
"Lunna!!!" Kristin tak akan menyerah. Sekarang suara teriakan Kristin mengalahkan penyanyi film Titanic, Celine Dion. Karena tak kunjung di buka, Kristin berniat mendobrak paksa pintu Lunna untuk kesekian kalinya.
"Lunna, benar-benar menyebalkan!" gerutu Kristin sebelum mengangkat kaki.
"Ciat!" jerit Kristin seperti Jackie Chan.
Brak!
Pintu terbuka lebar, hingga terjatuh ke lantai, sepertinya engsel pintu rusak gara-gara tendangan maut Kristin.
Kristin berjalan cepat kedalam, lalu mendengus kasar, melihat Lunna bukannya bangun tapi malah mengorok lebih keras.
"Oh my God! Berikan lah aku kesabaran seluas Lautan Hindia, Tuhan! Argh!" Kristin memekik sembari melempar tas merk Prad* ke atas lantai.
Put!
Terdengar bunyi kentut dari bokong sintal Lunna.
"Bau ini lagi! Dia makan apa sih?!" Kristin menyambar botol desinfektan di atas meja. Lalu menyemprot ke udara. Setelah cukup untuk menetralkan bau tak sedap itu. Dia menaruh kembali semprotan ke tempat semula.
Kristin membungkukkan badan. Mulai menarik nafas. "Lunna!!!!" teriak Kristin tepat di telinganya.
Bukannya bangun, Lunna malah mengubah posisi badannya menyamping sembari bergumam kecil.
Kristin ingin menangis, melihat tak ada tanda-tanda Lunna akan bangun. "Oh my God! Bagaimana ini? Dia ingat tidak sih? Hari ini ada penyambutan CEO di gedung, argh!" Kristin menjambak rambutnya, frustrasi.
"Ayo, berpikir lah Kristin, kau tak boleh menyerah! Kerbau betina ini harus segera kau bangunkan, bagaimana pun caranya! Ingat reputasimu sebagai Manager dipertaruhkan di sini! Semangat!" Kristin mengepalkan kedua tangan ke udara. Tiba-tiba terlintas ide cemerlang di benaknya.
"Yes! Mungkin cara ini akan berhasil!"
Kristin mulai membungkuk lagi, lalu berbisik pelan.
"Paket semur jengkolnya datang."
Ajaibnya, kedua mata Lunna terbuka lebar. Mengubah posisi badannya, duduk. Kepalanya celingak-celinguk, hendak mencari sesuatu. Gerakan kepalanya terhenti kala melihat Kristin berada di samping, menatapnya sambil berkacak pinggang.
"Kris! Kau dengar tidak, ada paket! Sudah kau ambil belum?" tanyanya dengan mengucek cepat matanya.
"Tidak ada paket, Lunna! Sekarang kau mandi, cepat lah! Waktu kita tidak banyak!" Kristin menarik kuat tangan Lunna dan menyeret paksa menuju kamar mandi.
"Apa yang kau lakukan? Aku tidak mau mandi! Dingin!" Lunna memberontak dengan menggapai tiang penyangga tempat tidur.
Bukan Kristin namanya jika keinginannya tidak tercapai. Akhirnya Lunna mau tidak mau harus mandi di pagi hari dengan terpaksa, setelah Kristin menggaum seperti singa tadi.
***
Lunna mendengus. "Kau sangat menyebalkan, Kris! Aku ini sedang 5 L, letih, lalai, lunglai, lemah, hm apa lagi ya..."
Kristin memutar bola matanya ke atas, melirik sekilas, lalu kembali memperhatikan jalanan di depan.
"Lesu!"
"Nah ya itu, lagian kenapa kita pagi-pagi ke gedung sih? Kan aku hari ini tidak ada syuting!"
"Oh my God! Kau lupa hari ini, penyambutan CEO, merayakan kembalinya dari Jepang."
"Ish, CEO yang mesum kemarin?" tanya Lunna teringat kejadian dua hari lalu. Saat matanya harus ternodai dengan ular piton berwarna putih itu. Dia baru tahu jika Jack Harlow adalah pemilik gedung tempatnya berkerja, karena dia baru saja naik daun dalam satu tahun terakhir.
"Iya! Kau harus berhati-hati dengannya, apa kau sudah meminta maaf padanya?"
Lunna menoleh, mengubah posisi badannya.
"Whats? Aku minta maaf? Untuk apa? Cih, lagipula dia yang salah, main kuda-kudaan di toilet. Never! Aku tidak mau meminta maaf padanya. Kau mau tahu, Kris, julukan yang pantas untuk pria itu adalah CEO' si penghuni toilet. Asal kau tahu saja, kemarin aku bertemu dengannya lagi di toilet wanita, dia sedang berduaan dengan si burit itu! Ish benar-benar gila!" tutur Lunna mengebu-gebu.
"Burit? Britney?" Kristin melirik sekilas.
"Yaps! Burit! Bukan Britney!" protes Lunna sambil menyantap coklat batangan yang dia bawa dari rumah.
"Whatever (terserah)! Aku benar-benar bingung, kau selalu mengubah nama orang!'
"Karena nama itu memang pantas untuknya, karena dia selalu cari gara-gara denganku!" Lunna teringat dengan sikap Britney yang menganggunya ketika syuting produk di tempat syuting. Kejadian itu masih membekas saat dia mengatakan Lunna' seorang whore (pel*cur). Entah dendam apa yang membuat Britney mencari keributan dengannya.
Kristin membalas dengan geleng-geleng kepala.
*
*
Sebuah mobil mewah berhenti tepat di parkiran gedung Sugar Entertainment. Sebelum turun dari mobil Kristin dan Lunna membenahi penampilan mereka. Tak lupa, Lunna memoles bibirnya dengan lipstik berwarna natural.
"Done! Oke, aku siap," kata Lunna setelah menaruh lipstik di tas kesayangannya.
Kristin mengangguk pelan. Dia juga sudah merapikan riasan pada wajahnya.
"Ingat ya Lun, jangan buat keributan, jika Britney menganggumu diam saja. Tapi kalau dia mulai menjambak rambutmu." Kristin menjeda kalimatnya lalu menoleh ke samping, dia saling melempar pandangan dengan Lunna.
"Jambak balik! Hahahahaha!" seru Lunna dan Kristin tiba-tiba.
Begitu lah mereka jika di tempat kerja seperti Manager dan Artist. Tapi jika sedang berdua, mereka layaknya kakak dan adik. Lunna memperlakukan Kristin sebagai seorang sahabat, seorang kakak dan tempatnya berkeluh kesah.
"Ah sudah, ayo Kris! Aku harus menunjukkan wajah cantikku ini pada semua orang, biar mereka semakin meradang! Haha!" Lunna tertawa bagai Dewi Kematian. Tak lupa dia menautkan kaca mata hitam di hidung.
Dengan anggun, kaki Lunna dan Kristin melangkah, menapaki gedung agensi.
"Wow, lihat itu sugar daddy atau bisa kita sebut pel*cur datang!" sahut Britney dan seorang wanita berkulit hitam, kala melihat Lunna memasuki loby. Keduanya menatap sinis ke arah Lunna.
Kaki Lunna terhenti seketika, mendengar ucapan Britney. Dia menoleh ke samping, lalu melepas kacamatanya.
Satu alis Lunna terangkat. Lalu melirik tak kalah sengit ke arah dua model itu.
"Oh my God, Kris! Apa kau mendengar suara orang sedang berbicara!?" umpan Lunna.
Lantas, Kristin menempelkan satu tangannya ke telinga.
"Sepertinya bukan suara orang, melainkan suara pel*cur yang berdengung!" ucap Kristin sinis.
Britney dan temannya meradang, dengan cepat melangkah mendekati Lunna.
Plak!
Tamparan kuat mengenai pipi Lunna. Semua orang yang lalu lalang di lantai satu tercengang, memusatkan perhatian ke arah mereka.
Lunna meringis pelan lalu melototkan mata.
"Apa maumu ha?! Sesama pel*cur seharusnya diam!" Lunna berseru nyaring.
"Kau berani denganku, walaupun aku model di sini, tapi aku seniormu! Dasar pel*cur!" teriak Britney berapi-api.
"Bukan kah kau juga pel*cur? Untuk apa aku menghormarimu? Kau saja tidak menghormatiku? Cih! Lagipula atas dasar apa kau selalu mengatakan aku pel*cur?" Lunna menahan sabar.
"Haha, benar-benar tidak tahu diri! Hei teman-teman, kalian lihat si pel*cur ini, tidak sadar? Selama satu tahun kau bisa membuat namamu melambung, pasti kau menjual tubuhmu dengan pria-pria tua yang sering kau temui kan? Kemarin saja dia bertemu Mr.Alabama, dia membookingkan restaurant tempatmu, haha. Sudah jelas bukan? Bulan lalu dengan Mr.Trevor! Cih!"
"Bilang saja kau iri! Kau tidak punya bukti, mereka hanya fansku!"
"Kau pikir kami percaya!" Teman Britney menimpali.
"Sudah lah, Lun! Kita ke ruang dulu, bersiap-siap untuk acara nanti." Kristin mulai melerai kala kerumunan orang semakin bertambah banyak. Dia tak mau citra Lunna buruk di depan publik.
Lunna melirik sekilas, sembari memakai lagi kacamatanya. "Kau benar! Ayo, kita ke atas, bersiap-siap!" Dia melirik sinis Britney sebelum melangkah.
"Hei, tunggu pel*cur!" Britney menjambak rambut panjang Lunna dari belakang. Secara bersamaan pula rambut Kristin dijambak teman Britney.
"Argh! Apa yang kalian lakukan?" Lunna mengibas tangan Britney dan menghentak kuat tubuhnya hingga terjatuh ke lantai.
"Argh!!!" jerit Britney.
"Berhenti, apa yang kalian lakukan?!" Terdengar suara seorang pria menggelegar di lantai satu.
Britney menoleh, dengan tertatih-tatih beranjak.
"Jack! Dia mendorongku, pel*cur ini mencari gara-gara denganku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nami chan
/Sob/ kumenangis
2023-11-26
0
abu😻acii
baru x ini baca novel ngakak parah, ada semur hengki 😂😂
2023-04-18
1
Surati
ulat keket Britney
2023-02-21
0