Lunna menarik nafas panjang, sebelum berkata. Dia menelan saliva pelan. Menetralisir sensasi gatal di tangannya, karena sempat terlintas ingin melayangkan pukulan di wajah Jack.
'Pria ini benar-benar harus diberikan pelajaran.'
"Kenapa kau diam?" Jack bertanya sebab Lunna hanya terdiam membisu dan tak ada tanda-tanda akan membuka bibir.
Lunna mencibir, lalu berkata,"Iya, aku mau menikah kontrak denganmu, ternyata calon suamiku tidak sabaran ya, apa karena tak mampu melihat kemolekan tubuhku ini?" Menaikkan sebelah alis mata, sambil mengibaskan sesaat rambut di sisi kanannya.
Jack tersenyum sinis, melihat Lunna bersikap tenang, padahal matanya tersirat rasa benci terpendam. "Hmm, tentu saja."
'Lihat lah dia, lain di mulut, lain di mata! Awas saja kau, setelah menikah aku akan membuatmu tak tahan dengan sikapku, Jack-Jack!'
"Tapi, aku mau isi surat nikah kontraknya di rubah?" Lunna menatap datar.
Satu alis Jack terangkat. "Tidak bisa!"
"Kenapa tidak bisa?"
Suara Lunna meninggi dari sebelumnya. Dia menahan sabar. Pria di depan terlalu mengatur, sebab perjanjian kontrak yang tertera di kertas tak pelak menguntungkannya sama sekali. Dia ingin bernegosiasi agar rencananya terkabul.
"Karena aku tak suka di atur-atur!" Jack berkata ketus sembari melirik Yuri, sedari tadi pria bertubuh jangkung itu curi-curi pandang pada Lunna. Entah apa yang diperhatikan Yuri, tapi yang pasti ia sedang melihat wajah Lunna tanpa riasan sama sekali. Kemudian Jack beralih menatap Lunna.
Lunna mengerlingkan mata ke atas. "Baik lah, tapi aku mau pernikahan di selenggarakan di Gereja Katedral, lalu aku harus memakai gaun termahal di dunia, jangan sampai orang tahu hubungan kita, dan ketika di gedung jangan ikut campur urusanku,"kata Lunna dengan wajah pongahnya.
Jack menghela nafas. "Hanya itu saja, Kan?" Ia harus bersabar menghadapi Lunna, karena sudah banyak rencana balas dendam di benaknya.
"Iya!" kata Lunna singkat.
'Haha ini baru permulaan, awas kau Jack-Jack jelek."
'Bersiap lah Lunna, kau akan masuk perangkapku.'
Keduanya berucap di dalam hati, sembari menatap tajam dan dingin satu sama lain. Yuri melihat keduanya secara bergantian, seketika bergedik ngeri melihat aura yang terpancar dari tubuh Lunna dan Jack berwarna hitam pekat.
"Besok kita akan menikah,"kata Jack tiba-tiba tanpa melepaskan pandangan di depan.
Lunna hanya mencibir, enggan menyahut. Dia memilih menatap tajam Jack.
'Kenapa mereka seperti ingin berperang ya? Apa setiap orang yang mau menikah selalu seperti itu. Yuri bingung.' Yuri menggaruk kepalanya sejenak.
*
*
Sore harinya. Lunna semakin memberengut kesal, rencana untuk memilih gaun pengantin bersama Kristin pupus sudah. Dengan kekuasaannya, Jack memberikan perintah pada Kristin untuk segera pulang. Dia akan mengantarkan Lunna kembali ke apartment.
Dan di sinilah Jack dan Lunna berada di dalam satu atap mobil yang sama. Yuri sebagai supir mengemudikan kendaraan dengan pelan. Sembari kedua matanya sesekali melirik kedua calon mempelai di spion tengah.
'Kenapa mereka diam seperti patung ya, berbeda sekali seperti abang Yuri ketika menikah dulu.'
Jack dan Lunna duduk berjauhan, melihat ke jendela mobil. Tanpa satupun berniat memulai pembicaraan. Muka Lunna tertekuk sempurna, kala melihat mobil berhenti di sebuah butik ternama di LA.
Sebelum turun dari mobil, Lunna menoleh.
"Tidak usah mengikuti aku, nanti mereka berpikir yang tidak-tidak tentang kita!" katanya ketus.
"Aku tunggu di mobil, lima menit dari sekarang!" Jack tersenyum penuh arti.
"Kau pikir memilih gaun itu seperti mengambil makanan di pantry! Aku perlu satu jam untuk memilih!" protes Lunna dengan nafas memburu.
"Beli pakaian atau tidak sama sekali!" Jack bersidekap di dada.
Lunna mendengus kasar."Fine, mana kartu atmmu!"
Satu alis Jack terangkat. "Untuk apa?" tanyanya menatap ke dalam bola mata Lunna.
"Ckckck, ternyata Mr. Harlow tidak memiliki uang, masak calon pengantinnya tidak diberikan atm untuk membeli gaun pengantin."
Jack mengepalkan kedua tangan mendengar suara Lunna terkesan mengejek. Dengan terpaksa dia mengambil dompet di saku celana, dan menyambar cepat atm berwarna hitam, lalu melempar tepat di kening Lunna.
"Awh!" desis Lunna kala kartu atm mengenai batang hidungnya. Dengan cepat Lunna menyambar kartu atm yang terjatuh di atas kursi.
"Cepat! Aku tidak punya banyak waktu!" kata Jack sambil memberikan isyarat pada Lunna untuk segera turun dari mobil. Dia berencana akan menghukum Lunna jika terlambat masuk ke dalam mobil jika lewat satu detik.
"Oke, Yuri ikut aku ke dalam!" Lunna turun dari mobil dengan cepat lalu membuka pintu depan Yuri.
"Te-tapi Lunna A. Yuri..." Yuri menoleh ke belakang sekilas, ia amat tak enak hati. Bukannya mengajak sang suami. Lunna malah membawanya. Dia di terpa kebingungan.
"Pergi lah." Jack enggan melihat Yuri, memilih menatap ke arah jendela.
"Sudah ayo lah Yuri, waktu kita tidak banyak!" Lunna menarik tangan Yuri dengan cepat. Mau tak mau Yuri menurut setelah mendapatkan izin dari Jack, walaupun sebenarnya dia harap-harap cemas.
"Dengarkan aku Yuri, pasang timer empat menit dari sekarang. Lalu berikan aku alamat mansion Jack!"
Sebelum bibir Yuri terbuka, Lunna berkata,"Eits jangan membantah, ikuti perintahku karena sebentar lagi aku akan menjadi istri bosmu. "
Bak anak kecil, Yuri hanya mengangguk. Dia mengekori Lunna dari belakang sembari memasang timer di handphonenya lalu mengetik cepat alamat mansion Jack di benda pipih itu.
Wanita berambut panjang itu berjalan cepat, memasuki butik. Begitu masuk dia langsung di sambut oleh si pemilik butik. Lunna tentu saja kenal, karena owner butik salah satu fansnya.
"Madame, aku mau memborong semua gaun pengantin di sini. Pilihkan aku satu gaun yang paling mahal dan kirimkan ke apartmentku, sisanya kirim ke alamat ini. Aku tidak punya banyak waktu Madame, bisa, Kan?"kata Lunna tanpa jeda sembari menyodorkan atm dan memperlihatkan alamat mansion Jack.
'Kau yang memintaku melakukan hal seperti ini Jack. Jangan salah kan aku! Lunna A di lawan!'
Kedua mata Madame berkedip cepat, bak mendapatkan emas dalam sekejap mata.
"Baik, Lunna A." Madame Theresa mengambil cepat kartu atm dan menyuruh semua pegawai menyiapkan pakaian sesuai perintah Lunna. Senyum sumringah mengembang diwajahnya.
Lunna menunggu sembari duduk di kursi, dia tengah menyesap teh chamomile yang disuguhkan Madame Theresa. Dia melirik Yuri tengah keheranan.
"Yuri, sisa berapa menit?" tanyanya sambil menaruh cangkir di atas meja.
"Hmm, satu menit lagi Lunna A." Yuri beralih sesaat menatap layar ponsel. Lalu kepalanya celingak-celinguk melihat beberapa pegawai lalu lalang di butik sembari mempacking gaun pengantin.
Lunna tersenyum licik. Berharap Jack meradang di ujung sana. Dia melihat Madame sedang sibuk memindai kartu atm berulang kali.
'Hahaha, rasakan itu Jack-Jack!'
Di dalam mobil. Jack mengerutkan dahi, saat mendengar bunyi transaksi pembayaran di handphonenya tak berhenti berdering.
Ting!Ting!Ting!Ting!Ting!Ting!
"Mengapa banyak sekali?" gumamnya sambil melirik arloji di pergelangan tangan.
"Sebentar lagi dia telat. Haha!"
Seketika tawanya menghilang saat Lunna keluar dari butik dengan wajah angkuh. Dan di belakang Yuri mengekorinya.
'Si@l!'
"Kau terlambat!" kata Jack ketus setelah Lunna menghempaskan bokong di kursi mobil.
Lunna menghadapkan ponsel Yuri yang memperlihatkan timer masih tersisa 15 detik.
"Tapi sayangnya tidak!" Lunna berkata tak kalah ketus. Senyum penuh kemenangan terpatri diwajahnya.
Ini loh Jack-Jack bayi kecil yang di film kartun the incredibles 😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
EBI
🤣🤣🤣
2023-03-31
0
Surati
wah bakalan perang dunia nih kalo udah nikah
2023-02-21
0
Nia sumania
sepertinya harapan Jack balas dendam akan sulit terwujud.
2022-10-29
0