In The Name Of Love
Jam sudah lewat tengah malam. Di tempat yang sepi terdengar suara, suara tawa dan juga erangan yang terdengar begitu menyiksa.
Di dalam sebuah gedung terbengkalai segerombolan orang tengah memukuli seseorang secara bergantian. Suara gelak tawa mereka menggema di seluruh ruangan, terdengar menakutkan. Mereka menertawakan seorang laki-laki yang sudah tersungkur di lantai dengan luka hampir di sekujur tubuhnya.
"Tinggalkan dia! Biarkan dia mati secara perlahan di sini," ucap salah satu pria di tempat itu.
"Ayo," imbuh yang lainnya.
Puas menyiksa, segerombolan pria itu pergi tanpa belas kasih meninggalkan si pria begitu saja. Bukan hanya itu saja, mereka tak segan-segan membuang air ludah di dekat si pria yang sudah tidak berdaya.
"Sial! Awas saja aku tidak akan memaafkan kalian. Kini aku memang kalah tapi lain kali aku akan membuat perhitungan dengan kalian," batin pria itu.
Ruangan terasa sunyi, pria itu merasa itu adalah kesempatannya untuk kabur. Setelah memastikan tidak ada orang, pria itu mencoba berdiri. Dengan sisa tenaganya pria itu berusaha berdiri sambil menahan rasa sakit yang luar biasa di tubuhnya.
Pria itu berjalan dengan menyeret kakinya mencoba keluar dari tempat itu. Namun, ketika ia berhasil keluar salah satu dari orang yang menyiksanya melihatnya. Mata pria itu membulat, sontak ia memutar arah mencari jalan lain untuk melarikan diri.
"Dia kabur," seru salah seorang pria pengeroyok.
"Ayo kita kejar! Jangan biarkan dia pergi," ucap pria yang lainnya.
Mereka pun berlari mengejarnya. Pria itu berlari terpincang-pincang dengan darah mengalir dari pelipisnya. Namun akhirnya ia bisa sampai di jalan raya. Pria itu bersembunyi di balik dinding sebuah mini market, matanya terpejam sambil menarik napas panjang menetralkan napasnya yang tersengal-sengal.
"Semoga mereka tidak menemukanku. Aku tidak ingin mati sebelum aku menghabisi mereka," harapnya.
Setelah beristirahat sejenak pria itu menoleh kesana kemari, orang-orang itu tidak terlihat sepertinya mereka tertinggal jauh.
"Aku harus segera pergi dari sini. Sebelum mereka menemukanku lagi," ucapnya
Setelah napasnya mulai normal, pria itu kembali berjalan dengan sisa tenaganya. Pria itu berjalan berharap bertemu seseorang yang bisa membantunya. Doanya terkabul, tidak jauh di hadapannya ia melihat seseorang. Matanya menyipit untuk mempertajam penglihatannya, ternyata seorang wanita.
"Aku harus segera meminta bantuannya." Dengan semua sisa tenaganya, pria itu berlari menghampiri seorang wanita yang sedang membuka pintu mobilnya. "Tolong, tolong selamatkan aku," pinta pria itu.
Situasi yang gelap dan sunyi, tiba-tiba ada seseorang datang dengan wajah yang tertutupi oleh darah. Wanita itu langsung menjerit.
"Aaaa! Siapa kau?" jerit wanita itu.
Wanitai itu berteriak, ia merasa ketakutan melihat keadaan orang itu.
"Sttt, diamlah!" Si pria menaruh jari telunjuk di bibirnya meminta si wanita untuk diam.
Si wanita mengecilkan volume suaranya sambil menatap si pria dengan rasa takut bercampur rasa bingung.
"Tolong bawa aku pergi!" pinta si pria sekali lagi.
"Katakan dulu kau siapa?" tanya wanita itu lagi.
Wanita itu tidak mendapatkan jawaban justru terkejut mendengar teriakan seseorang. Wanita itu menoleh ke asal suara, dari kejauhan segerombolan orang datang dan berlari ke arah mereka. Mata si wanita membulat, ada ketakutan di sorot matanya. Bersyukur isi kepalanya tidak berhenti bekerja, si wanita membantu si pria yang terluka itu ke dalam mobilnya lalu dengan cepat si wanita masuk ke mobil dan segera menguncinya. Pergerakan wanita itu sangat cepat, terlambat sedikit saja sudah dipastikan dia akan terkena masalah.
Brak
"Buka pintunya!" Pria yang berjumlah lebih dari lima orang menggedor-gedor kaca mobil dan juga memaksa untuk membuka pintu mobil. Dengan sigap wanita itu menyalakan mobilnya lalu menginjak pedal gas, mobil melesat jauh seketika. Wanita itu memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, beruntung saat itu jalanan dalam keadaan kosong.
"Ya Tuhan siapa orang-orang tadi? Mereka begitu menakutkan," gumamnya.
Merasa sudah jauh dan aman, wanita itu mengurangi kecepatan laju mobilnya sebelum akhirnya mobil itu berhenti melaju. Ia menoleh ke belakang melihat apakah orang-orang tadi masih mengejar.
"Akhirnya lolos juga!" Si wanita menarik napas lega melihat tidak ada lagi yang mengejar.
Pandangan wanita itu mengarah pada kaca spion di depannya melihat kondisi pria di kursi belakang. Ada banyak pertanyaan di benaknya.
Siapa pria itu?
Kenapa dia sampai seperti itu?
Bagaimana jika dia itu seorang penjahat?
Dan segudang pertanyaan lainnya.
Wanita itu kembali melajukan mobilnya sambil sesekali melihat keadaan pria itu dari kaca spion di hadapannya
"Hai, siapa namamu? Kenapa kau bisa sampai dikejar oleh orang-orang tadi? Apa kau penjahat? Apa kau melakukan sesuatu yang membuat mereka marah?" tanya si wanita.
Tidak ada jawaban. Si wanita pun mencoba bertanya pertanyaan lain.
"Di mana rumahmu?" tanyanya.
Lagi-lagi tak ada respon dari pria itu, hanya erangan yang didengarnya. Wanita itu melihat kembali ke kaca spion mobilnya kondisi pria itu terlihat lemah tak berdaya. Wanita itu berpikir untuk membawanya ke rumah sakit saja. Ia takut jika pria itu mati di dalam mobilnya.
Si wanita kembali duduk dengan posisi siap untuk mengemudi. Mobil itu kembali melaju menuju rumah sakit terdekat.
Sesampainya di rumah sakit wanita itu langsung membawanya ke ruang UGD sebelum akhirnya dibawa masuk ke ruang operasi. Ia merasa ngeri melihat banyak luka di badan dan wajah pria itu, benar-benar menyakitkan.
Waktu sudah menujukkan pukul 1 malam, wanita itu masih setia menunggu di depan ruang operasi sampai waktu operasi selesai. Ia berjalan mondar-mandir dengan kecemasan tergambar jelas di wajahnya.
"Bagaimana jika dia mati? Apa nanti aku yang akan disalahkan?" batinnya.
Selang dua jam kemudian pintu ruangan operasi dibuka dari dalam, memunculkan Dokter dari balik pintu. Wanita itu langsung menghampiri sang Dokter.
"Dokter, bagaimana keadaan pria itu? Dia baik-baik saja, 'kan?" tanya sang wanita.
"Operasinya berjalan dengan lancar, kondisinya masih belum stabil. Saat ini dia masih belum sadarkan diri karena pengaruh obat," jawab Dokter.
"Baguslah!" ucap wanita itu seraya menghembuskan napas lega.
"Nona, sepertinya kita harus memanggil polisi. Ini sudah masuk tindakan kriminal," saran Dokter yang membuat mata wanita itu membulat.
"Tidak, tunggu dulu! Saya tidak mengenal pria itu. Sebaiknya Anda hubungi keluarganya dulu," kata wanita itu gugup.
"Lalu Anda siapa? Kenapa Anda bisa bersama laki-laki itu?" tanya Dokter.
"Saya Stefani Angelina. Saya tidak mengenal pria itu. Saya bertemu dengan dia di jalan dalam kondisi sudah seperti tadi," jawab Stefani. "Sebaiknya periksa barang-barangnya, mungkin ada identitasnya," ucap Stefani.
"Baiklah, saya akan menyuruh perawat untuk memeriksa barang-barangnya," ucap Dokter. "Saya tinggal dulu," ucap Dokter.
"Tunggu, Dok! Boleh saya melihat kondisinya?" tanya Stefani.
"Tentu, tapi setelah kami memindahkannya ke ruang perawatan," jawab Dokter disambut anggukkan Stefani.
Stefani masih menunggu di depan ruang operasi. Ia duduk di kursi tunggu yang ada di sana. Selang beberapa menit ruangan itu kembali terbuka, beberapa perawat mendorong brankar sepertinya akan memindahkan pria itu ke ruang perawatan.
Salah seorang perawat menghampirinya dan memberikan beberapa barang-barang pria itu, sebuah dompet kulit berwarna cokelat.
Dibukanya dompet itu, ada foto dan juga kartu nama bertuliskan Mattew Alexander Alden.
"Nama yang bagus," gumam Stefani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Maricha
bukan kak. ini karya lama lagi coba di tulis ulang mbok bisa kontrak 😂😂😂
2022-10-04
1
Adi Kusma
wahhh ... sudah menelurkan karya baru lagi nih ...
2022-10-03
1
Diana Susanti
lanjut kak up nya sehari tiga kali kak yaaaaa,, kayaknya seru
2022-10-01
1