Chapter 12

Alex mengantar Stefani pulang. Melihat keadaan Stefani membuat Alex tidak tega untuk meninggalkan Stefani sendiri. Akan tetapi Alex harus pergi, ia harus memberikan pelajaran kepada Rebeca.

Setelah berpikir Alex mengubungi Alice. Ia menceritakan apa yang baru saja dialami oleh Stefani. Alex juga meminta Alice untuk datang dan menemani Stefani. Alex merasa takut Stefani akan kembali melakukan hal yang bisa mencelakai dirinya sendiri.

Setelah Alice datang, Alex pergi dan langsung menghubungi ketiga pria bodoh itu. Alex memerintahkan mereka untuk melakukan hal yang sama kepada Rebeca dengan hal yang akan mereka lakukan kepada Stefani. Ketiga pria itu dengan mudah mengikuti perintah dari Alex.

Salah satu dari ketiga pria itu menghubungi Rebeca. Ia mengatakan jika tugasnya sudah selesai dan mereka meminta bayaran yang sudah dijanjikan oleh Rebeca. Bisa saja Rebeca mentransfer uang itu. Akan tetapi Rebeca yang penasaran ingin melihat keadaan Stefani langsung datang ke gedung tua itu.

Sesampainya di sana Rebeca langsung menghampiri ketiga laki-laki itu tanpa ada rasa curiga sedikitpun.

"Di mana perempuan itu?" tanya Rebeca.

Rebeca tidak mendapatkan jawaban apapun. Justru dirinya dibuat bingung dengan wajah ketiga pria yang ada di hadapannya. "Kenapa kalian diam dan kenapa wajah kalian babak belur? Siapa yang melakukan ini?" tanya Rebeca kembali.

Rebeca mulai merasa ada yang tidak beres. Ia langsung mencari keberadaan Stefani, tetapi tidak menemukannya.

"Di mana wanita itu? Jawab!"

Tak banyak berpikir lagi ketiga laki-laki itu menarik Rebeca dan melucuti semua pakaiannya. Rebeca dibuat terkejut, ia berusaha berontak dan melawan tetapi dia kalah jumlah dan tenaga. Rebeca hanya bisa menangis dan pasrah saat ketiga laki-laki itu menodai dirinya.

Dari jarak sedikit jauh Alex dan Bobi merekam kejadian itu dengan tawa penuh kemenangan.

"Kau sangat kejam kawan," ucap Bobi.

"Jangan banyak bicara. Selesaikan ini dan cepat pergi. Aku muak melihat ini." Alex memalingkan wajahnya, tak ingin melihat adegan yang sedang terjadi di tempat itu.

*****

Keesokan paginya di parkiran universitas, Rebeca menampar wajah Alex dengan sangat keras. Semua yang melihat merasa terkejut, tetapi tidak dengan Alex. Laki-laki justru tersenyum tipis.

Rebeca sudah mengetahui apa yang menimpanya adalah ulah Alex. Dengan derai air mata, Rebeca memaki Alex di depan seluruh mahasiswa yang berada di pelataran kampus.

"Kenapa, Alex? Kenapa kau tega melakukan itu padaku? Apa salahku?" tanya Rebeca meronta-ronta. "Aku hanya mencintaimu."

"Rebeca, jangan munafik! Kau mencintaiku atau uangku?" Alex tersenyum miring. "Kau tanya, kau salah apa? Apa kau tidak ingat sudah membayar orang untuk menodai Stefi." Alex mencengkram kedua pipi Rebeca. "Dan kau harus membayar akibatnya!"

Semua orang terkejut mendengar ucapan Alex. Orang di sekitar mereka berbisik. Mereka menganggap jika Rebeca bodoh. Dia mencari masalah dengan menyakiti seseorang yang dekat dengan seorang Alexander.

"Alex dia sudah merebutmu dari ku," ucap Rebeca yang tentunya disambut Alex dengan senyuman mengejek.

"Rebeca, tidak ada siapa merebut siapa, karena memang aku dan kau tidak ada hubungan apa-apa. Sebaiknya kau pergi, jangan pernah perlihatkan wajahmu di depanku. Dan satu lagi ... kalau kau masih mengganggu Stefani,  aku pastikan keluarga dan dirimu hancur," ancam Alex.

Alex merogoh ponsel di sakunya dan mengirim pesan ke Rebeca. Betapa terkejutnya Rebeca melihat video dirinya di gedung tua itu.

Setelah mengancam Rebeca Alex meninggalkan tempat itu bersama Bobi diikuti oleh yang lainnya. Alex memutuskan untuk pergi ke rumah Stefani untuk melihat kondisinya. Sampai di sana Alex merasa lega melihat kondisi Stefani yang baik-baik saja.

Stefani sedang duduk di taman bersama Alice. Mereka terlihat tertawa bersama sedangakan Alex dan Bobi sedang menonton TV. Sesekali Alex melihat sekilas tawa Stefani yang berhasil membuat dirinya tersenyum.

"Kau menyukai Stefi?" tanya Bobi mengejutkan Alex yang sedang curi-curi pandang ke arah Stefani.

"Tidak, jangan bergurau, aku hanya kasian padanya," jawab Alex sambil memainkan game di ponselnya

Bobi hanya menggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alex. Pasalnya Bobi mengenal Alex sudah lama. Laki-laki itu sangat tahu sifat dan sikap Alex jika sedang menyukai seorang gadis.

Stefani dan Alice kembali ke ruangan tengah menghampiri Alex dan Bobi. Setelah berbincang dan bergurau mereka langsung menyantap makan malam yang sudah disiapkan oleh bibi Maria. Alice tidak bisa bergabung karena harus pergi bersama dengan Antoni.

Saat sedang makan malam Bobi tiba- tiba mengatakan hal yang membuat Stefani dan Alex merasa terkejut. Bobi mengatakan agar Alex dan Stefani menjalin hubungan lebih dari teman. Mendengar itu Stefani dan Alex langsung tersendak makanan yang sedang mereka kunyah. Buru-buru keduanya meminum air untuk membantu menelan makanan yang tersangkut di tenggorokan mereka.

"Apa yang kau katakan Bobi?" Dengan senyum canggung Alex sambil melihat ke arah Stefani. "Jangan dengarkan dia, Stefi!"

Stefani mengangguk seraya tersenyum canggung.

"Kenapa kau marah padaku? Aku merasa tidak ada yang salah dengan ucapanku," ucap Bobi tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. "Lagi pula dari yang aku lihat kau sepertinya menyukai Stefi."

"Sudah diam! Awas saja kau nanti." Alex memberikan tatapan tajam ke arah Bobi.

Setelah makan malam selesai Bobi pamit pulang terlebih dahulu. sedangkan Alex masih berada di rumah Stefani.

"Eemmmm, Stefi ... tolong, ucapan Bobi tadi jangan terlalu dipikirkan. Dia memang suka bercanda dan senang menggodaku," ucap Alex.

Bohong jika Stefani tidak memikirkan hal itu.

"Alex ... boleh aku bertanya? Tapi tolong jawab dengan jujur!" Stefani muali terlihat sangat serius.

"Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Alex.

"Apa kau mencintaiku?" tanya Stefani ragu.

Alex hanya terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Alex merasa takut jawabannya nanti akan melukai hati Stefani dan merusak kedekatan mereka.

"Alex, aku masih menunggu jawaban darimu," sesak Stefani.

"Maaf, Stefi. Aku ...aku ...." Alex merasa ragu untuk bicara.

"Jangan ragu, katakan saja," sesak Stefani.

"Stefi, aku tidak tahu harus bicara apa? Aku memang menyukaimu. Tapi aku belum yakin untuk bisa mengartikan rasa suka itu," jawab Alex.

"Jangan mencintaiku, Alex. Jujur aku tak sanggup untuk membalasnya, aku perempuan kotor," ucap Stefani.

"Stefi, please jangan bicara seperti itu. Suatu saat kau pasti akan menemukan cinta sejatimu. Dan jika suatu saat aku benar-benar mencintaimu maka aku akan menerimamu dengan sepenuh hatiku," ucap Alex.

"Alex ...." Stefani menatap Alex dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia tidak tahu harus merespon dengan apa ucapan Alex.

"Aku pulang ya,  jaga dirimu." Alex pergi dari rumah itu setelah sebelumnya mengecup kening Stefani dalam jeda waktu yang lebih lama.

Terpopuler

Comments

Diana Susanti

Diana Susanti

jujur aja alex

2023-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!