Setelah Julian pergi, Stefani melihat sekelilingnya ada begitu banyak kemewahan di kamar hotel itu. Sebuah keberuntungan bisa sampai ke tempat itu. Akan tetapi ia masuk ke tempat itu dengan cara paksa, apa bedanya dengan kesialan. Stefani berjalan ke arah jendela, ia bisa melihat hampir keseluruhan kota dengan matanya yang sudah dipenuhi oleh air mata. Ketika mengingat apa yang sudah terjadi, ingin rasanya Stefani mengakhiri hidupnya, tetapi saat melihat ke arah bawah, rasa takut tiba-tiba muncul.
Stefani mundur beberapa langkah berbalik membelakangi jendela kaca yang amat besar. Matanya tertutup rapat mencoba menghilangkan pikiran sempit di kepalanya. Stefani kembali mengedarkan pandangannya, rasanya bagai dikurung dalam sangkar emas. Air matanya mengalir bersamaan dengan jatuhnya air matanya.
Pandangannya berhenti di meja nakas dimana ada telepon di sana. Stefani berniat menghubungi seseorang untuk meminta tolong. Namun sebelum ia berniat untuk itu, ada yang masuk ke tempat itu. Dari penampilannya Stefani tahu jika orang itu adalah penjaga.
"Jangan berniat untuk menghubungi seseorang, Nona."
Glek
Stefani menelan air liurnya sendiri untuk membasahi tenggorokannya yang mendadak mengering. Penjaga itu seperti tahu apa yang akan dirinya lakukan. Tidak ada pilihan lain untuk Stefani selain duduk manis di tempat itu.
Waktu terus berputar, detik menjadi menit, menit menjadi jam. Pukul 9 malam Julian kembali ke hotel untuk menemui Stefani, gadis yang sudah berhasil memenuhi pikirannya. Julian menekuk lututnya menatap Stefani yang sedang meringkuk di sofa. Pandangannya melihat ke arah meja makanan yang disediakan untuk Stefani masih utuh bahkan sepertinya tidak tersentuh.
"Dasar keras kepala."
Julian menyentuh sisi wajah Stefani memerhatikan setiap inci wajah gadis yang sudah mencuri hatinya.
"Kau sudah membuatku gila, Baby." Julian menyingkirkan helai rambut yang menutupi sebagian wajah Stefani sebelum memindahkan tubuh Stefani ke atas tempat tidur.
Ternyata apa yang dilakukan oleh Julian berhasil mengusik tidur Stefani. Melihat Julian berada tepat di hadapannya, Stefani langsung mendorong Julian dan berusaha menjauhi pria itu.
"Kau tahu, penolakanmu ini membuat aku semakin ingin mendekatimu."
Malam kedua Stefani tidak lepas dari Julian. Hanya saja malam itu terasa berbeda, Julian menyentuhnya dengan lembut, tetapi tetap saja terasa menyanyikan Stefani. Berhubungan badan dengan orang yang bukan suaminya merupakan hal yang paling menyakitkan.
Malam semakin larut, tetapi Stefani masih tetap terjaga ditemani oleh air matanya.
"Aku harus bisa lari dari tempat ini."
Stefani merasa takut karena, jika dirinya kabur pasti akan kembali tertangkap. Ia tahu jika Julian bukan orang biasa. Akan tetapi jika dirinya tetap berada di tempat itu dirinya akan semakin tersiksa. Setelah Stefani memastikan Julian sudah benar-benar terlelap, ia menyibakkan selimut lalu memunguti pakaiannya dan memakainya.
Setelah itu Stefani melangkah menuju pintu keluar beruntung tidak ada penjaga di sana. Stefani keluar dari kamar hotel secepatnya ia berlari ke jalan yang sepi dengan kaki telanjang. Stefani menarik napas lega bisa keluar dari tempat terkutuk itu.
Jalan terlihat sangat sepi, Stefani tidak tahu harus minta tolong kepada siapa. Ia nekat berjalan di jalanan yang sepi berharap bisa menemukan seseorang yang bisa ia mintai tolong. Saat kakinya terasa lelah, Stefani berhenti. Di saat yang bersamaan ada mobil yang berhenti di depannya.
Awalnya Stefani merasa lega. Namun senyuman itu luntur saat melihat seseorang keluar dari mobil itu.
"Kau?"
Mata Stefani membulat manakala melihat orang yang berdiri di hadapannya.
"Halo, Sayang kita bertemu lagi."
"Marco!"
Ternyata Marco tidak sendiri, dia bersama teman-temannya.
"Mau ke mana, Sayang? Ikutlah bersama kami. Kita bisa bersenang-senang bersama."
Tawa Marco dan teman-temannya membuat Stefani ketakutan. Tidak ingin masuk ke kandang buaya Stefani berlari sekencang mungkin berharap Marco tidak bisa menyusulnya.
Stefani terus berlari sambil sesekali melihat ke belakang memastikan Marco dan teman-temannya tertinggal jauh. Namun, karena terlalu fokus akan hal itu, Stefani sampai tidak menyadari sekitarnya. Ia telah sampai di jalar raya dan tidak melihat ada mobil sedang melaju ke arahnya. Saat ia telah sadar semuanya sudah terlambat. Tubuh Stefani terpental tertabrak mobil berwarna hitam itu.
Marco yang melihat itu berhenti dan memutuskan untuk pergi, ia tidak mau terkena masalah. "Ayo kita pergi! Jangan sampai ada orang lain yang melihat kita."
Sementara itu dua orang keluar dari mobil yang tengah menabrak Stefani. Mereka berlari secepat mungkin untuk melihat keadaan orang yang tidak sengaja mereka tabrak.
"Bagaimana keadaannya?"
"Dia masih hidup, Tuan."
"Sepertinya aku pernah melihat gadis ini?"
"Tuan, gadis ini ...."
"Ya, aku mengingatnya. Kita harus segera membawanya ke rumah sakit."
*****
Di hotel tidur Julian terusik saat merasakan sesuatu yang hilang dari sisinya. Tangannya bergerak mencari keberadaan Stefani. Namun indera perasa-nya tidak menemukan keberadaan gadis itu. Hal itu berhasil membuat Julian membuka matanya lebar-lebar.
"Di mana dia?"
Julian bangun dari tidurnya lalu bergegas turun dari tempat tidur. Segera Julian mencari Stefani ke kamar mandi, tetapi tidak menemukannya. Julian menduga Stefani berhasil kabur. Julian langsung menelpon anak buahnya untuk mencari keberadaan Stefani.
Julian mondar-mandir di dalam kamarnya menunggu kabar dari anak buahnya, tetapi sampai satu jam anak buahnya memberikan tidak memberikan apapun.
"Dasar orang-orang tidak berguna!"
Julian membanting ponselnya ke atas tempat tidur, ia sangat marah mendengar kabar jika anak buahnya tidak bisa menemukan keberadaan Stefani. Setelah melampiaskan kemarahannya, mendadak bibirnya mengulas senyuman melihat pakaian yang sebelumnya Stefani pakai. Diambilnya pakaian itu, dan mengarahkannya ke hidung, Julian bisa mencium wangi yang begitu harum.
"Anak nakal, aku pasti akan menemukanmu."
Julian memutuskan untuk mencari Stefani sendiri, tetapi baru saja Julian akan pergi ponselnya kembali berdering. Julian mengumpat dan memaki orang yang sudah mengganggunya. Ada nama Chris muncul di layar ponselnya.
"Chris."
Kening Julian mengerut, tumben sekali asisten pribadinya berani menelpon tengah malam.
"Halo, ada apa Chris?"
"...."
Amarah yang tadinya mereda kembali membara manakala asisten pribadinya mengatakan ada masalah yang terjadi di perusahaannya. Ada orang yang sedang berusaha mengusik perusahaannya yang ada di negeri sakura. Julian tidak memiliki pilihan lain selain meninggalkan negara itu untuk memberikan pelajaran kepada orang yang sudah bermain dengan dirinya, harus dirinya sendiri yang turun tangan karena tidak menutup kemungkinan orang-orang itu melibatkan mafia-mafia di dalamnya.
Detik itu juga, Julian meninggalkan negara yang sudah memberikan kenangan manis itu. Sebenarnya ia tidak rela jika belum bisa menemukan Stefani, tetapi ada hal yang harus ia urus. Namun, Julian tidak menyerah begitu saja, ia sudah menyebar anak buahnya untuk mencari keberadaan Stefani, gadis yang sudah memiliki tempat tersendiri di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Diana Susanti
siapa yaa yg menabrak Stefani
2022-10-14
1