Stefani menggeliat dari balik selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya. Ia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.
Setelah itu Stefani bangun dan mengambil posisi duduk. Ia mengucek matanya mengunakan punggung tangannya. Beberapa kali Stefani mengedipkan matanya agar bisa beradaptasi dengan cahaya yang ada di ruangan itu.
Matanya mulai membuka, ada rasa perih yang ia rasakan pada matanya, mungkin karena dirinya menangis. Setelah matanya terbuka sempurna Stefani memandang sekeliling, ia merasa asing dengan ruangan itu. Stefani tidak tahu dirinya di mana?
Perempuan itu terus mengedarkan pandangannya melihat pada setiap sudut ruangan itu. Pandangannya berhenti saat matanya menangkap bingkai foto berukuran besar terpajang di dinding bercat abu-abu.
"Julian? Apa ini kamarnya?" batin Stefani.
Bersamaan dengan itu, Stefani mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Ia terkejut. Segera Stefani membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Stefani bernapas lega melihat pakaiannya masih utuh. Stefani sudah berpikir kalau Julian sudah melakukan sesuatu hal padanya.
Stefani beranjak dari tempat tidur, ia ingin segera pergi dari tempat itu. Akan tetapi sebelum ia melakukan itu pintu kamar mandi lebih dulu terbuka, memunculkan Julian dari baliknya. Hal yang Stefani lihat pertama kali adalah dada telanjang, bentuk tubuh yang kekar, perut seperti roti sobek dan warna kulitnya yang eksotis.
"Apa kau sudah puas melihatku, Baby?"
Stefani tersadar dan ia langsung memalingkan wajahnya menyadari Julian hanya melilitkan handuk di pinggangnya.
"Atau mungkin kau ingin merasakannya lagi, seperti dulu? Aku akan sangat rela menyerahkan tubuhku padamu." Julian menggigit bibir bawahnya mencoba untuk menggoda Stefani.
Stefani membelalakan matanya dan langsung melemparkan bantal ke arah Julian.
"Sialan! Kenapa kau membawaku ke sini?" Stefani sangat murka jika mengingat masa itu.
"Karena aku ingin menjadikanmu milikku untuk selamanya," jawab Julian.
"Tutup mulutmu!" teriak Stefani.
Melihat kemarahan Stefani justru membuat Julian merasa senang. Perempuan itu membuat dirinya merasa tertantang. Tersirat pikiran jahil di kepala Julian. Ia ingin sekali menggoda Stefani.
Perlahan Julian mendekati Stefani dengan senyuman mesumnya. "Aku sangat merindukanmu, Baby."
Stefani yang mulai merasa terpojok, tanpa berpikir panjang menyobek bagian bawah gaunnya sampai hampir pangkal pahanya. Itu Stefani lakukan agar tubuhnya bisa bergerak bebas. Dengan segera Stefani turun dari atas ranjang untuk menyerang Julian. Namun sayang, semua gerakannya seakan terbaca oleh Julian.
Stefani terus berusaha menyerang Julian namum tak berhasil. Dengan cepat Julian menghentikan pergerakan Stefani dengan menarik tangannya lalu mengunci tangan Stefani di belakang tubuhnya.
"Rupanya kelinciku ternyata sudah menjadi kucing liar. Aku sangat menyukainya," bisik Julian.
Stefani terus saja berontak untuk melepaskan diri dari Julian. Apa yang Stefani lakukan malah membuat Julian kehilangan kesabaran. Julian mendorong tubuh Stefani ke atas ranjangnya dan langsung mengungkungi tubuh perempuan itu.
"Sayang! Aku sudah menahannya dari semalam, tapi sekarang kau membuatku menginginkanmu," ucap Julian dengan tatapan mesumnya.
Tangan Julian mulai mengusap kaki jenjang Stefy yang terpampang jelas di hadapannya. Julian mengigit bibir bawahnya menikmati halus dan lembut kulit wanita di hadapannya.
Stefani merinding saat Julian mengusap kakinya. Perempuan itu terus saja berontak berharap bisa meloloskan diri dari pria itu. Namun kekuatannya tidak sebanding.
"Ssssst.... kenapa kau terus saja bergerak. Itu malah membuatku tak bisa menahannya, Baby."
Bisa saja Julian melakukan hal yang sama seperti dulu saat Stefani tengah tertidur, tetapi ia merasa itu tidak akan menyenangkan.
Tangan Julian mulai mengusap wajah Stefani dengan sangat lembut, menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah wanita itu. Julian terus menatap intens wanita yang sudah mengganggu pikirannya semenjak pertama kali bertemu.
Pandangan mereka bertemu pada satu titik yang sama. Stefani bisa melihat dengan jelas mata bening dan wajah tampan Julian. Julian terus memberikan sentuhan lembut di tubuhnya. Dan sialnya Stefani mulai menikmati sentuhan Julian.
Dikecupnya berulang-ulang bibir merah Stefani oleh Julian. Pria itu memperlakukan Stefani dengan sangat lembut layaknya bibir Stefani bak barang yang rapuh dan Julian tidak ingin merusaknya.
Saat Julian mulai memperdalam ciumannya, Stefani mulai sadar lalu menggigit bibir Julian. Julian tersentak, ia langung bangun dari atas tubuh Stefani. Pria itu merasakan perih di bibirnya. Julian menyentuh bibirnya. Ada noda merah di tangannya. Melihat itu Julian tersenyum miring seraya melihat ke arah Stefani.
"Kau yang memintanya, Baby."
Julian kembali mengungkungi tubuh Stefani mengunci pergerakan gadis itu. Ia tersenyum miring sambil menyentuh perut Stefani.
"Aku sangat ingat jika aku meninggalkan begitu banyak benih di sini. Tapi ternyata aku gagal," ucap Julian.
"Bersyukur dia tidak tumbuh. Jika itu sampai terjadi, aku akan melenyapkannya." Stefani menatap Julian dengan kebencian.
"Ck, ck, ck, Kau sangat kejam, Baby. Tapi kali ini aku akan pastikan tidak akan gagal, aku pastikan benihku tumbuh di sini. Agar kau tidak bisa lari lagi dariku," ucap Julian diikuti senyuman liciknya.
Stefani terkejut mendengar ucapan Julian.
"Tolong jangan lakukan itu. Aku mohon." Stefani memohon kepada Julian. Tidak ada cara lain lagi, karena Stefani yakin dirinya tidak akan bisa melawan Julian.
"Terlambat, Baby. Aku sudah sangat menginginkan dirimu." Julian menarik handuk yang melilit di pinggangnya.
Melihat itu Stefani sangat terkejut. Ia menyatukan tangannya memohon kepada Julian untuk tidak meneruskan aksinya. Tapi Julian sama sekali tidak meresponnya. Stefani terus memohon bahkan sampai menangis.
"Aku mohon jangan lakukan itu. Please, please, please."
Niat awal Julian hanyalah untuk menggoda Stefani, ia tidak tahu Stefani akan ketakutan sampai seperti itu.
Stefani tidak tahu harus bagaimana agar Julian tidak lagi memaksanya. Ia memejamkan matanya saat tangan Julian bergerak untuk kembali menyentuh wajahnya. Stefani benar-benar ketakutan. Akan tetapi ketakutan itu menghilang saat ia merasakan usapan lembut di pipinya. Stefani membuka matanya melihat Julian sedang mengusap sisi wajahnya.
"Jangan menangis," ucap Julian dengan suaranya yang lembut.
"Kau …." Stefani tidak bisa berkata apapun saat itu.
Julian mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Stefani. Lalu kembali melilitkan handuk ke pinggangnya. Julian berdiri membelakangi Stefani, ia tak ingin hilang kendali akan tubuhnya lagi.
"Mandi dan bersihkan dirimu. Setelah ini aku akan mengantarmu pulang."
Stefani tercengang mendengar perkataan Julian. Ia merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi saat itu.
Julian melepaskannya?
Stefani bangun dan mengambil posisi duduk. Rasa tidak percaya itu membuat Stefani membeku di tempat yang sama.
Julian menoleh sekilas, ia melihat Stefani melamun di tempat tidur. Julian berdecak kesal. Ia sengaja berpaling dan menyuruh Stefani untuk pergi agar dirinya bisa menahan diri, tetapi wanita itu justru diam di tempat yang sama.
"Kenapa, Baby? Apa kau belum pergi? Apa kau ingin aku memandikanmu juga?" goda Julian.
Mendengar itu Stefani langsung terlonjak. "Diam kau! Dasar pria mesum."
Stefani merasa kesal, tetapi justru membuat Julian terkekeh.
"Kalau begitu cepat pergi. Apa yang kau tunggu? Atau kau ingin melihatku berganti pakaian?" Julian mengedipkan satu matanya untuk menggoda Stefani.
Stefani berdiri sambil menghentakkan kakinya.
"Dasar pria mesum." Stefani berjalan ke arah kamar mandi sambil terus menggerutu memaki Julian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Riska
semoga mereka berjodoh
2024-06-29
0
Diana Susanti
apakah Stefani jodohnya Julian
2023-03-26
1