Antoni meminta tolong kepada seorang bernama Alice yang tak lain adalah tunangannya. Setelah Alice datang Antoni mengajaknya menemui Stefani.
Pintu ruang Stefani dibuka. Mereka bisa melihat keadaan Stefani yang begitu memprihatinkan. Duduk dengan tangan terikat, kadang menangis dan tertawa sendiri.
Keduanya masuk ke tempat itu, lagi-lagi Stefani menjerit meminta Antoni untuk pergi. Tak ingin membuat Stefani ketakutan Antoni memilih untuk pergi meninggalkan Stefani dan Alice berdua.
Setelah Antoni pergi Alice mendekati Stefani yang sedang meringkuk di sudut tempat tidur dengan menekuk lutut dan menenggelamkan wajah di antara lututnya.
"Jangan takut. Aku temanmu," ucap Alice dangan suaranya yang lembut.
"Aku tidak mengenalmu!" ucap Stefani. "Tolong lepaskan aku."
"Aku janjii aku melepaskanmu. Asalkan kau tidak takut padaku. Aku tidak akan menyakitimu begitu juga dengan orang-orang yang ada di rumah ini," bujuk Alice
Stefani mulai tenang dan langsung menganggukan kepalanya.
Sesuai janji Alice melepaskan ikatan Stefani.
Terhitung satu minggu Alice menanganinya, berusaha mendekatinya. Namun, sikap Stefani masih saja seperti biasa hanya diam dan diam. Saat ia melihat laki-laki pun Stefani akan histeris. Sepertinya Stefani mengalami depresi yang berat. Alice dan Antoni merasa putus asa.
Saat malam Alice melihat Stefani duduk di sudut ruangan, duduk dengan menekuk keduanya lututnya, pandangannya terlihat kosong. Alice mendaki Stefani lalu duduk di sampingnya. Ia mengusap rambut Stefani dengan lembut. Apa yang dilakukan oleh Alice membuat lamunan Stefani buyar.
"Kenapa kau duduk di sini. Duduklah di sofa," ucap Stefani.
"Aku takut," ucap Stefani.
"Apa yang kau takutkan. Tidak ada orang yang ingin menyakitimu di sini. Justru kami ingin menolongmu," ucap Maria.
"Pria itu memaksaku. Dia sudah merenggut kehormatanku," ucap Stefani diikuti tetesan air matanya.
Mendengar hal itu membuat Alice ikut bersedih. Ia prihatin dengan apa yang menimpa Stefani.
"Kau ingat wajah dan nama pria itu?" tanya Alice.
Stefani berusaha untuk mengingatnya, tetapi justru membuatnya menangis. Mulutnya terasa kaku, trauma yang ia alami membuat semua kata-kata seakan tertahan di tenggorokannya.
"Sudah cukup! Jangan memaksakan untuk mengingat kejadian itu." Alice menarik Stefani ke pelukannya membiarkannya menangis di sana.
Cukup lama Stefani menangis di pelukan Alice hingga ia tertidur karena kelelahan. Alice memindahkan tubuh Stefani ke tempat tidur dengan dibantu oleh Antoni.
"Kau akan tidur di sini?" tanya Antoni.
"Ya. Aku masih takut dia akan melakukan sesuatu yang bisa melukai dirinya sendiri." Alice menjawab seraya menyelimuti Stefani. "Kasihan dia. Gadis ini sangat cantik, tetapi harus mengalami kejadian mengerikan seperti ini. Aku ingin melihat wajah laki-laki itu."
"Jangan dipikirkan. Lebih baik sekarang kau juga istirahat." Antoni menarik pinggang Alice lalu mencium bibir calon istrinya. "Good night."
"Good night," balas Alice.
Setelah Antoni keluar dari kamar itu, Alice merebahkan tubuhnya di samping Stefani.
Waktu sudah masuk tengah malam. Stefani terbangun karena dirinya merasa lapar. Stefani melihat Alice tertidur di sebelahnya. Ia ingin membangunkan Alice, tetapi Stefani urungkan. Stefani tidak ingin merepotkan Alice lagi.
Stefani turun dari tempat tidur. Ia melihat ada buah di meja yang ada di kamar itu. Tidak sengaja Stefani menjatuhkan gelas di atas meja nakas menimbulkan suara yang nyaring.
"Stefani, ada apa?" Alice terbangun karena terkejut.
"Maaf aku sudah mengganggu tidurmu," ucap Stefani. "Aku janji akan membereskan kekacauan ini."
"Tidak apa. Aku akan memberitahu pelayanan di sini untuk memberisihkannya. Apa yang ingin kau lakukan. Kenapa kau bangun tengah malam?" tanya Alice.
"Aku … sebenarnya … aku …aku ... lapar," ucap Stefani seraya menundukan kepala wajahnya karena merasa malu.
Alice tersenyum, ia beranjak dari tempat tidur lalu menarik tangan Stefani membawanya keluar dari kamar.
"Kau mau membawaku ke mana?" tanya Stefani seraya menahan langkahnya.
"Kau lapar, 'kan? Jadi aku akan masak sesuatu untukmu," jawab Alice.
"Benarkah?" Stefani langsung tersenyum sumringah.
Keduanya kembali melangkah. Stefani terperangah melihat betapa besarnya rumah itu. Untuk pergi ke dapur saja dirinya harus melewati banyak ruangan.
"Rumah ini sangat besar, seperti istana. Aku bisa tersesat jika berjalan sendiri," ucap Stefani disambut senyum oleh Alice.
"Itu tidak akan terjadi Stefani," ucap Alice.
"Panggil aku Stefi saja," ucap Stefani.
"Baiklah, Stefi," ucap Alice.
"Oh iya, kalau tidak salah namamu Alice, bukan? Aku mendengar beberapa orang di sini memanggilmu dengan sebutan nyonya Alice. Kau pemilik rumah ini?"
"Bukan, ini rumah calon suamiku," jawab Alice.
"Calon … suami?" Stefani mengerutkan keningnya.
"Iya. Apa kau masih ingat pria berkaca mata yang sering datang menemuimu? Kalau kau masing ingat, dia lah calon suamiku," jelas Alice
Keduanya terus mengobrol sepanjang perjalanan mereka ke dapur rumah itu. Stefani mulai merasa merasa begitu nyaman dan aman bersama Alice.
"Baiklah, kita sudah sampai di dapur." Alice menunjukkan dapur istana itu.
"Huff, akhirnya sampai juga. Aku mengira kita akan sampai esok hari," ucap Stefani membuat tawa kecil di bibir Alice.
"Alice, untung saja kau terus menggenggam tanganku. Kalau tidak, aku akan tersesat di rumah besar ini," ucap Stefani.
Alice dibuat tertawa. Dirinya senang melihat perkembangan Stefani. Itu adalah pertama kalinya Stefani berbicara banyak dan Alice tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.
"Baiklah, kau mau makan apa?" tanya Alice.
"Apa ada pasta?" tanya Stefani.
"Tentu saja. Pasta harus selalu ada di rumah ini. Alex, dia sangat suka sekali pasti. Dia akan mengamuk jika tidak menemukan pasta di rumah ini," jawab Alice. "Kau duduklah! Aku akan siapkan pasta untukmu."
"Alice, siapa Alex. Apa dia calon suamimu?" tanya Stefani seraya menarik salah satu kursi minimal bar di dekat dapur.
"Bukan, dia calon adik iparku," jawab Alice. "Calon suamiku bernama Antoni Marcelo Alden."
"Antoni Marcelo Alden? Sepertinya aku tidak asing dengan nama itu?" ucap Stefani.
Stefani mengingat-ingat di mana dirinya pernah mendengar nama itu. Namun kepalanya terasa sakit saat ia berusaha untuk berpikir.
"Awwww!" pekik Stefani.
"Stefi, ada apa?" Alice mematikan kompor dan mendekati Stefani. "Stefi ada apa? Kau tidak apa-apa?"
"Ya, kepalaku tiba-tiba terasa sakit," jawab Stefani.
"Semalam kau belum minum obat. Setelah makan kau harus minum obat," ucap Alice dibalas anggukkan oleh Stefani
"Aku akan lanjutkan memasak. Duduklah dengan tenang di sini. Jangan berpikir tentang apapun, oke," ucap Alice.
"Baiklah." Stefani menganggukkan kepalanya.
Alice kembali memasak, beberapa saat kemudian makasan itu selesai.
"Ini makanlah." Alice menyajikan pasta buatannya untuk Stefani. "Aku sering membuatnya untuk Alex."
"Kenapa kau hanya menyajikan untukku saja? Kau tidak makan?" tanya Stefani.
"Aku tidak lapar. Kau makan saja dan aku akan menemanimu." Alice duduk di samping Stefani. "Cobalah makan dan apa pendapatmu tentang masakanku."
Stefani menggulung pasta dengan garpu lalu memasukkan ke mulutnya. Stefani mulai mengunyah sambil merasakan rasa pasta itu.
"Ini sangat enak," puji Stefani.
"Terima kasih," ucap Alice.
"Oh iya, kau mengatakan sering memasak pasta untuk adik iparmu, kau sepertinya sangat menyayangi dia," ucap Stefani.
"Dia anak yang manis. Tentu saja aku sangat menyayanginya. Jika kau menemuinya nanti, kau juga pasti akan menyukainya," jelas Alice.
"Apa dia laki-laki? Jika iya, aku —"
"Stefi, tidak semua laki-laki itu jahat."
Alice belum bisa mengatakan apapun tentang Alex dan Antoni. Ia tidak ingin membuat Stefani berpikir keras.
Sambil makan terus mengobrol, Alice perlahan bertanya tentang kehidupan Stefani. Selama mereka mengobrol semuanya nampak normal sampai saat Antoni datang menghampiri mereka dan berhasil mengacaukan semuanya. Stefani yang mendengar suara laki-laki beranjak dari tempatnya dengan terburu-buru. Tanpa sengaja ia menjatuhkan pasta. Piring terjatuh hingga menimbulkan suara yang nyaring.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Diana Susanti
lanjut kak mantab 👍👍👍
2023-03-10
1