Chapter 8

Antoni meminta tolong kepada seorang bernama Alice yang tak lain adalah tunangannya. Setelah Alice datang Antoni mengajaknya menemui Stefani.

Pintu ruang Stefani dibuka. Mereka bisa melihat keadaan Stefani yang begitu memprihatinkan. Duduk dengan tangan terikat, kadang menangis dan tertawa sendiri.

Keduanya masuk ke tempat itu, lagi-lagi Stefani menjerit meminta Antoni untuk pergi. Tak ingin membuat Stefani ketakutan Antoni memilih untuk pergi meninggalkan Stefani dan Alice berdua.

Setelah Antoni pergi Alice mendekati Stefani yang sedang meringkuk di sudut tempat tidur dengan menekuk lutut dan menenggelamkan wajah di antara lututnya.

"Jangan takut. Aku temanmu," ucap Alice dangan suaranya yang lembut.

"Aku tidak mengenalmu!" ucap Stefani. "Tolong lepaskan aku."

"Aku janjii aku melepaskanmu. Asalkan kau tidak takut padaku. Aku tidak akan menyakitimu begitu juga dengan orang-orang yang ada di rumah ini," bujuk Alice

Stefani mulai tenang dan langsung menganggukan kepalanya.

Sesuai janji Alice melepaskan ikatan Stefani.

Terhitung satu minggu Alice menanganinya, berusaha mendekatinya. Namun, sikap Stefani masih saja seperti biasa hanya diam dan diam. Saat ia melihat laki-laki pun Stefani akan histeris. Sepertinya Stefani mengalami depresi yang berat. Alice dan Antoni merasa putus asa.

Saat malam Alice melihat Stefani duduk di sudut ruangan, duduk dengan menekuk keduanya lututnya, pandangannya terlihat kosong. Alice mendaki Stefani lalu duduk di sampingnya. Ia mengusap rambut Stefani dengan lembut. Apa yang dilakukan oleh Alice membuat lamunan Stefani buyar.

"Kenapa kau duduk di sini. Duduklah di sofa," ucap Stefani.

"Aku takut," ucap Stefani.

"Apa yang kau takutkan. Tidak ada orang yang ingin menyakitimu di sini. Justru kami ingin menolongmu," ucap Maria.

"Pria itu memaksaku. Dia sudah merenggut kehormatanku," ucap Stefani diikuti tetesan air matanya.

Mendengar hal itu membuat Alice ikut bersedih. Ia prihatin dengan apa yang menimpa Stefani.

"Kau ingat wajah dan nama pria itu?" tanya Alice.

Stefani berusaha untuk mengingatnya, tetapi justru membuatnya menangis. Mulutnya terasa kaku, trauma yang ia alami membuat semua kata-kata seakan tertahan di tenggorokannya.

"Sudah cukup! Jangan memaksakan untuk mengingat kejadian itu." Alice menarik Stefani ke pelukannya membiarkannya menangis di sana.

Cukup lama Stefani menangis di pelukan Alice hingga ia tertidur karena kelelahan. Alice memindahkan tubuh Stefani ke tempat tidur dengan dibantu oleh Antoni.

"Kau akan tidur di sini?" tanya Antoni.

"Ya. Aku masih takut dia akan melakukan sesuatu yang bisa melukai dirinya sendiri." Alice menjawab seraya menyelimuti Stefani. "Kasihan dia. Gadis ini sangat cantik, tetapi harus mengalami kejadian mengerikan seperti ini. Aku ingin melihat wajah laki-laki itu."

"Jangan dipikirkan. Lebih baik sekarang kau juga istirahat." Antoni menarik pinggang Alice lalu mencium bibir calon istrinya. "Good night."

"Good night," balas Alice.

Setelah Antoni keluar dari kamar itu, Alice merebahkan tubuhnya di samping Stefani.

Waktu sudah masuk tengah malam. Stefani terbangun karena dirinya merasa lapar. Stefani melihat Alice tertidur di sebelahnya. Ia ingin membangunkan Alice, tetapi Stefani urungkan. Stefani tidak ingin merepotkan Alice lagi.

Stefani turun dari tempat tidur. Ia melihat ada buah di meja yang ada di kamar itu. Tidak sengaja Stefani menjatuhkan gelas di atas meja nakas menimbulkan suara yang nyaring.

"Stefani, ada apa?" Alice terbangun karena terkejut.

"Maaf aku sudah mengganggu tidurmu," ucap Stefani. "Aku janji akan membereskan kekacauan ini."

"Tidak apa. Aku akan memberitahu pelayanan di sini untuk memberisihkannya. Apa yang ingin kau lakukan. Kenapa kau bangun tengah malam?" tanya Alice.

"Aku … sebenarnya … aku …aku ... lapar," ucap Stefani seraya menundukan kepala wajahnya karena merasa malu.

Alice tersenyum, ia beranjak dari tempat tidur lalu menarik tangan Stefani membawanya keluar dari kamar.

"Kau mau membawaku ke mana?" tanya Stefani seraya menahan langkahnya.

"Kau lapar, 'kan? Jadi aku akan masak sesuatu untukmu," jawab Alice.

"Benarkah?" Stefani langsung tersenyum sumringah.

Keduanya kembali melangkah. Stefani terperangah melihat betapa besarnya rumah itu. Untuk pergi ke dapur saja dirinya harus melewati banyak ruangan.

"Rumah ini sangat besar, seperti istana. Aku bisa tersesat jika berjalan sendiri," ucap Stefani disambut senyum oleh Alice.

"Itu tidak akan terjadi Stefani," ucap Alice.

"Panggil aku Stefi saja," ucap Stefani.

"Baiklah, Stefi," ucap Alice.

"Oh iya, kalau tidak salah namamu Alice, bukan? Aku mendengar beberapa orang di sini memanggilmu dengan sebutan nyonya Alice. Kau pemilik rumah ini?"

"Bukan, ini rumah calon suamiku," jawab Alice.

"Calon … suami?" Stefani mengerutkan keningnya.

"Iya. Apa kau masih ingat pria berkaca mata yang sering datang menemuimu? Kalau kau masing ingat, dia lah calon suamiku," jelas Alice

Keduanya terus mengobrol sepanjang perjalanan mereka ke dapur rumah itu. Stefani mulai merasa merasa begitu nyaman dan aman bersama Alice.

"Baiklah, kita sudah sampai di dapur." Alice menunjukkan dapur istana itu.

"Huff, akhirnya sampai juga. Aku mengira kita akan sampai esok hari," ucap Stefani membuat tawa kecil di bibir Alice.

"Alice, untung saja kau terus menggenggam tanganku. Kalau tidak, aku akan tersesat di rumah besar ini," ucap Stefani.

Alice dibuat tertawa. Dirinya senang melihat perkembangan Stefani. Itu adalah pertama kalinya Stefani berbicara banyak dan Alice tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

"Baiklah, kau mau makan apa?" tanya Alice.

"Apa ada pasta?" tanya Stefani.

"Tentu saja. Pasta harus selalu ada di rumah ini. Alex, dia sangat suka sekali pasti. Dia akan mengamuk jika tidak menemukan pasta di rumah ini," jawab Alice. "Kau duduklah! Aku akan siapkan pasta untukmu."

"Alice, siapa Alex. Apa dia calon suamimu?" tanya Stefani seraya menarik salah satu kursi minimal bar di dekat dapur.

"Bukan, dia calon adik iparku," jawab Alice. "Calon suamiku bernama Antoni Marcelo Alden."

"Antoni Marcelo Alden? Sepertinya aku tidak asing dengan nama itu?" ucap Stefani.

Stefani mengingat-ingat di mana dirinya pernah mendengar nama itu. Namun kepalanya terasa sakit saat ia berusaha untuk berpikir.

"Awwww!" pekik Stefani.

"Stefi, ada apa?" Alice mematikan kompor dan mendekati Stefani. "Stefi ada apa? Kau tidak apa-apa?"

"Ya, kepalaku tiba-tiba terasa sakit," jawab Stefani.

"Semalam kau belum minum obat. Setelah makan kau harus minum obat," ucap Alice dibalas anggukkan oleh Stefani

"Aku akan lanjutkan memasak. Duduklah dengan tenang di sini. Jangan berpikir tentang apapun, oke," ucap Alice.

"Baiklah." Stefani menganggukkan kepalanya.

Alice kembali memasak, beberapa saat kemudian makasan itu selesai.

"Ini makanlah." Alice menyajikan pasta buatannya untuk Stefani. "Aku sering membuatnya untuk Alex."

"Kenapa kau hanya menyajikan untukku saja? Kau tidak makan?" tanya Stefani.

"Aku tidak lapar. Kau makan saja dan aku akan menemanimu." Alice duduk di samping Stefani. "Cobalah makan dan apa pendapatmu tentang masakanku."

Stefani menggulung pasta dengan garpu lalu memasukkan ke mulutnya. Stefani mulai mengunyah sambil merasakan rasa pasta itu.

"Ini sangat enak," puji Stefani.

"Terima kasih," ucap Alice.

"Oh iya, kau mengatakan sering memasak pasta untuk adik iparmu, kau sepertinya sangat menyayangi dia," ucap Stefani.

"Dia anak yang manis. Tentu saja aku sangat menyayanginya. Jika kau menemuinya nanti, kau juga pasti akan menyukainya," jelas Alice.

"Apa dia laki-laki? Jika iya, aku —"

"Stefi, tidak semua laki-laki itu jahat."

Alice belum bisa mengatakan apapun tentang Alex dan Antoni. Ia tidak ingin membuat Stefani berpikir keras.

Sambil makan terus mengobrol, Alice perlahan bertanya tentang kehidupan Stefani. Selama mereka mengobrol semuanya nampak normal sampai saat Antoni datang menghampiri mereka dan berhasil mengacaukan semuanya. Stefani yang mendengar suara laki-laki beranjak dari tempatnya dengan terburu-buru. Tanpa sengaja ia menjatuhkan pasta. Piring terjatuh hingga menimbulkan suara yang nyaring.

Terpopuler

Comments

Diana Susanti

Diana Susanti

lanjut kak mantab 👍👍👍

2023-03-10

1

lihat semua
Episodes
1 Chapters 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Chapters 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!