Stefani kembali dari kantor Antoni. Setelah mengantar Olivia pulang ia langsung kembali ke rumahnya. Stefani sedikit kesal karena Olivia selalu memojokkan Marco.
Ada begitu banyak alasan mengapa Stefani begitu mempercayai Marco. Pria itu selalu ada saat dirinya membutuhkan. Stefani hanya tinggal bersama pengasuhnya. Dengan adanya Marco kesepian dalam hidupnya mulai sirna.
Orang tua Stefani tinggal di luar negeri mengurus bisnis keluarga di sana. Stefani memilih tinggal terpisah dengan orang tuanya karena memang mereka sudah memiliki keluarga masing-masing. Orang tua Stefani sudah berpisah sekitar tiga tahun yang lalu.
Jam sudah menunjukan pukul delapan malam, Marco sampai setelah Stefani selesai bersiap. Senyumnya mengembangkan saat pengasuhnya mengatakan jika Marco sudah menunggunya.
"Hai, Sayang. Maaf membuatmu menunggu lama," ucap Stefani seraya berjalan menuruni anak tangga.
Marco menoleh ke asal suara. Ia terpana melihat betapa cantiknya Stefani. Dengan kaos polos berwarna pink dan rok dengan panjang jauh di atas lutut. Sederhana, tetapi masih memberi kesan seksi.
Marco tidak dapat melepaskan pandangannya dari Stefani. Tatapannya mengatakan jika ia sangat menginginkan tubuh kekasihnya. Semakin Stefani mendekat semakin Marco sulit untuk bernapas. Ia hanya mampu menelan air ludahnya sendiri untuk membasahi tenggorokannya yang mendadak mengering.
"Tahan Marco! Ini belum saatnya. Jangan ceroboh. Kau masih membutuhkan dirinya," batin Marco.
"Hallo, Sayang." Stefy Mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah Marco.
"Eh ya maaf, Sayang," ucao Marco.
"Kau baik-baik saja?" tanya Stefani.
"Ya, aku baik-baik saja. Aku sungguh terpesona dengan penampilanmu. Kau sungguh sangat cantik," puji Marco.
"Terimakasih banyak," ucap Stefani salah tingkah.
Marco menyentuh wajah Stefani dari kening, turun ke pipi, dan berhenti di bibir. Tangan Marco bergerak mengusap bibir Stefani lalu bergerak menarik tengkuk Stefani. Marco melahap bibir Stefani yang langsung dibalas oleh sang kekasih.
Ciuman yang tadinya lembut makin lama makin menuntut. Tangan Marco sudah mulai berkeliaran ke mana-mana. Saat tangan Marco mulai masuk ke dalam balik bajunya, Stefani langsung menarik diri memisahkan tautan bibir mereka.
''Jangan, Sayang" Stefy menjauhkan tangan Marco yang melingkar di pinggangnya.
"Maaf, Sayang. Aku hampir saja lepas kendali," ucap Marco penuh sesal.
Keduanya saling berbalas senyuman sebelumnya mereka memutuskan untuk pergi makan malam di sebuah restoran yang sudah Marco pesan.
Keduanya menikmati makan malam romantis. Perlakuan lembut Marco selalu membuat Stefani merasa bahagia. Selesai dengan itu Marco mengajak Stefani ke Club Malam. Marco mengatakan ada janji dengan temannya.
Sesampainya di club malam, Marco mengajak Stefani turun dari mobil lalu membawanya masuk ke dalam club.
Marco menyuruh Stefani untuk menunggu di meja bar, sedang dirinya pergi ke ruang VVIP menemui temannya.
Dengan tangan gemetar, Marco membuka pintu kaca yang ada di hadapannya. Marco mulai masuk tiba-tiba tangannya ditarik oleh sesorang membuat Marco terkejut sekaligus ketakutan.
Getaran tubuh Marco makin hebat, apalagi saat melihat siapa orang yang ada di hadapannya.
Sesorang langsung memukulnya hingga tersungkur di lantai, tepat di bawah kaki seorang pria tampan yang terlihat kejam.
"Ampun, Bos," mohon Marco dengan menyatukan kedua tangannya.
"Kau tahu, kenapa aku menyuruhmu untuk datang ke sini?" Pria tampan itu menarik rambut Marco dengan sangat kuat membuat Marco meringis kesakitan.
"Maaf Bos. Saya kalah lagi, saya belum punya uang untuk membayar hutang saya," ucap Marco memelas.
"Belum punya uang?" Pria tampan itu semakin kuat menarik rambut Marco.
"Berikan saya waktu," pinta Marco.
"Aku sudah terlalu banyak memberimu waktu. Kini tidak akan ada waktu lagi untukmu," ucapnya.
"Tolong, Bos. Saya bersumpah akan membayar lunas hutang saya. Tapi berikan saya waktu," ucap Marco.
"Aku tidak bisa lagi memberimu waktu. Hutangmu sudah terlalu banyak. Bayar dengan nyawamu pun tidak akan cukup," sambung pria itu yang memiliki nama Julian Steven.
Marco menunduk rasa jarak dan kesal bercamlir menjadi satu. Ia memutar isi kepalanya mencari cara agar dirinya dapat lolos dari situasi yang mengerikan itu. Seketika senyuman licik mengembang di bibirnya. Entah setan apa yang sudah merasuki Marco, ia berniat menjual kekasihnya, Stefani kepada Julian.
Sejatinya Marco tidak pernah memiliki perasaan cinta untuk Stefani. Marco hanya mencintai uang yang dimiliki oleh Stefani. Selama ini Stefani tidak tahu kalau Marco penjudi level akut. Bahkan Marco sering meminjam uang kepada Stefani dengan alasan modal bisnis. Stefani sungguh lugu, tidak mampu menolak ucapan manis yang keluar dari mulut Marco.
"Bos ... saya punya barang bagus. Dia masih baru," ucap Marco seraya bangun dan mengelap darah di sudut bibirnya.
Julian tahu maksud Marco. Awalnya Julian ingin menerkam Marco karena berani menawarkan seorang wanita kepadanya. Namin, saat melihat foto Stefani aura kemarahannya berubah. Senyuman dan wajah cantik Stefani seperti magnet untuk Julian. Mungkin bukan untuknya saja, pria lain juga pasti akan tertarik kepada Stefani.
"Bawa dia ke tempatku!"
"Segera. Kalau begitu saya permisi."
Marco keluar dari ruangan itu sembari tersenyum penuh kemenangan. Ia juga merasa lega bisa lolos dari maut.
"Maaf, Sayang membuatmu menunggu lama." Marco menghampiri Stefy dan merangkul pundaknya.
"Tidak apa-apa." Stefani tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Stefani terkejut melihat luka lebam di wajah kekasihnya. "Sayang wajahmu terluka? Siapa yang melakukan ini?" tanya Stefani seraya menyentuh lebam di wajah kekasihnya.
"Bukan apa-apa. Cuma ada sedikit salah paham! Oh ya, Sayang ada yang ingin aku kenalkan padamu," lanjut Marco.
"Siapa?" tanya Stefani.
"Ayo ikut aku!" ajak Marco.
Marco menggenggam tangan Stefani membawanya masuk ke ruangan dimana Julian berada. Keduanya berjalan melewati pengujung yang sedang berada di lantai dansa. Mendadak perasaan Stefani tidak enak.
"Bisa kita pulang? Lain kali saja kita bertemu dengan atasanmu," ucap Stefani.
"Dia orang yang sibuk. Kita beruntung bisa bertemu dengan orang besar seperti dia," ucap Marco.
"Oke ... baiklah ...," ucap Stefani.
Marco membuka pintu ruang VIP. Di sana Stefani melihat beberapa orang pria sedang berkumpul bersama wanita berpakaian seksi. Mereka tak segan untuk untuk bersentuhan fisik di depan umum. Stefani merasa mual melihat pemandangan itu.
"Bos! Kenalkan ini Stefani," ucap Marco.
Julian tersenyum lalu mengisyaratkan kepada Marco kalau dia menginginkan Stefani.
"Siapa nama gadis ini." Julian beranjak dari tempatnya untuk menghampiri Stefani. "Hai, siapa namamu?" tanya Julian seraya mengulurkan tangannya ke hadapan Stefani.
Stefani mengulurkan tangannya dengan sedikit ragu kepada pria asing di hadapannya. "Aku Stefani."
Tangan Stefani gemetar saat Julian mencium punggung tangannya. Dengan segera Stefani menjauhkan tangannya menyembunyikan di belakang tubuhnya dan diam-diam mengusap bekas ciuman Julian di punggung tangannya.
"Sayang, bisa kita pulang sekarang. Aku merasa tidak nyaman disini," ajak Stefani seraya merangkul lengan Marco.
"Baiklah ayo," ucap Marco. "Kau tunggulah di luar ada yang ingin aku bicarakan dengannya," suruh Marco disambut anggukkan kepala oleh Stefani.
Marco menghampiri Julian setelah memastikan Stefani pergi. "Bagaimana, Bos."
"Kau pasti tahu aku tidak suka disentuh oleh wanita sembarangan. Tapi kau sangat beruntung karena aku menyukai wanita itu," ucap Julian.
"Jadi ... bisa aku anggap hutangku pada Anda lunas?" tanya Marco.
Julian menunjukkan senyum sinis pada Marco lalu berkata, "Aku akan membayarmu lebih untuknya."
Marco berseru di dalam hatinya mendengar ucapan Julian. Stefani memang membawa keberuntungan untuk dirinya.
"Bawa di ke tempatku," perintah Julian.
"Siap, Bos," seru Marco.
Stefani dan Marco keluar dari club. Mereka berjalan ke parkiran. Setelah sampai mereka masuk ke mobil dan meninggalkan tempat itu.
Stefani duduk diam di dalam mobil memandang ke jalanan di sampingnya. Stefani merasa perasaannya tidak enak dari tadi. Setelah cukup lama melamun, Stefani mulai menyadari kalau jalan yang ia lalui bukan jalan kembali ke rumahnya.
"Sayang, kita mau ke mana? Ini bukan jalan pulang?" tanya Stefy memandang wajah Marco penuh tanya.
"Temanku ingin bertemu. Sebentar saja oke," jawab Marco yang tersenyum manis kepada Stefy.
"Tapi kenapa mendadak?" tanya Stefani.
"Maaf, Sayang. Dia tiba-tiba mengatakan jika besok akan pindah ke luar negeri," jawab Marco.
"Baiklah." Stefy mengangguk dan tanpa curiga tetap mengikuti perkataan kekasihnya.
Stefani kembali duduk dalam diam. Ia tidak tahu saja masalah apa yang akan Marco berikan untuk dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Diana Susanti
di apusi Marco
2022-10-04
2