Chapter 13

Setelah kejadian di gudang tua itu Stefani merasa dirinya butuh sebuah perlindungan. Ia berniat meminta Alex untuk mengajarinya bagaimana melindungi diri. Saat hari libur, Stefani datang ke rumah Antoni untuk menemui Alex.

Stefani berjalan menyusuri rumah itu, tetapi tidak menemukan keberadaan Alex. Ia lalu bertanya kepada salah satu pelayanan di rumah itu. Sang pelayanan mengatakan jika Alex sedang berolahraga di taman belakang rumah itu.

Stefani menghampiri Alex yang sedang berlatih berolah raga. Ia terkejut sekaligus malu melihat Alex bertelanjang dada. Matanya menatap lurus menyusuri setiap inci tubuh Alex.

Sempurna!

Tersirat di benaknya kenapa Alex tidak punya kekasih dengan melihat kesempurnaan Alex. Walaupun setiap hari bahkan Alex dikelilingi wanita cantik. Akan tetapi tidak terlihat tanda-tanda keseriusannya.

"Apa mungkin dia pencinta sesama jenis?" batin Stefani. Namun, dengan cepat Stefani menepis itu semua dari pikirannya.

"Apa kau sudah puas menatap seluruhku?" tanya Alex membuyarkan lamunan Stefani.

"Apa? Ti-dak. Siapa yang sedang memerhatikan dirimu?" Stefani  menjawab dengan begitu gugup.

"Aku sudah menangkap basah dirimu dan kau masih bisa mengelak." Alex menghampiri Stefani.

"Aku hanya berpikir! Kenapa kau tidak punya kekasih, kau punya segalanya, tampan, kaya dan kau tidak terlalu buruk," ucap Stefani panjang lebar.

Alex hanya menanggapinya dengan senyuman. Keduanya duduk bersama dan meneruskan obrolan mereka.

"Apa kau datang ke sini karena merindukan diriku?" goda Alex.

"Kau terlalu percaya diri, Tuan Alexander," balas Stefani. "Aku datang ke sini untuk meminta bantuannu."

"Kau butuh sesuatu?" tanya Alex disambut anggukkan kepala oleh Stefani. "Ada apa?"

"Apa kau bisa mengajariku bela ... diri?" tanya Stefani ragu.

"Bela diri?" Alex merasa terkejut mendengar penuturan Stefani. "Kau yakin Stefani?"

"Sangat yakin," jawab Stefani. "Apa kau bisa membantuku?" tanya Stefani

"Tentu saja. Dengan senang hati." Alex merasa senang saat Stefani mencoba untuk bangkit.

"Jadi ... kapan kita bisa mulai?" tanya Stefani antusias.

"Hei, sabarlah. Ini tidak akan semudah yang kau bayangkan," ucap Alex dengan tawanya.

"Baiklah, kita lupakan tentangku dulu. Sekarang kau harus menjawab pertanyaan dariku," ucap Stefani.

"Pertanyaan yang mana?" tanya Alex.

"Kenapa kau tidak memiliki kekasih sungguhan. Padahal dengan apa yang kau punya saat ini, kau bisa mendapatkan perempuan manapun," tanya Stefani.

"Ya kau memang benar, aku memang tampan, baik hati dan tidak sombong," jawab Alex, membuat Stefani membulatkan matanya.

"Huh, dasar sombong!" Stefani mengerucutkan bibirnya.

Alex yang melihat ekspresi wajah Stefani tak dapat menahan tawanya lagi.

"Berhentilah tertawa seperti itu! Apa perutmu tidak sakit," ucap Stefani kesal. "Baiklah kalau kau tidak berhenti tertawa aku akan pergi."

"Baiklah, aku hanya bercanda." Alex menarik tangan Stefani menyuruhnya untuk duduk di tempat semula.

"Dengar, Stefi semua harta ini bukan milikku. Ini semua punya kedua kakakku. Dan untuk masalah kekasih, aku sudah memilikinya, tetapi dia sudah pergi untuk selamanya, bahkan sebelum aku menyatakan perasaanku padanya. Sampai sekarang aku belum bisa mencari penggantinya. Rasanya sangat sulit untuk melupakan dia," ungkap Alex dengan wajah muram.

"Maafkan aku, Alex. Aku tidak bermaksud membuatmu mengingat masa lalumu." Stefani mengusap tangan Alex.

"Tidak masalah." Alex menggelengkan kepala seraya tersenyum.

"Oh, iya. Alex, kau tadi mengatakan kedua kakakku? Apa kau memiliki kakak selain Antoni?" tanya Stefani.

"Oh ya, aku belum menceritakan tetang dia." Alex menepuk keningnya sendiri.

"Sebenarnya aku memiliki saudara selain Antoni. Walaupun bukan saudara kandung tetapi dia sangat baik. Kami bertiga pernah berada di satu titik lemah. Kami pernah di pertemukan dan sama- sama tinggal di panti asuhan." Alex menceritakan semua tentang dia dan kedua kakaknya.

Dengan antusias Alex menceritakan tentang sosok yang dia sebut kakak selain Antoni. Dia selalu menganggap sosok itulah yang membawa dirinya dan Antoni ke tangga kesuksesan. Alex tak bisa melupakan semua kebaikan sosok itu.

"Dia memiliki kepribadian yang kuat. Dengan sekali melihat orang akan merasa takjub padanya," ucap Alex.

Stefani mendengarkan cerita Alex dengan seksama. Dia merasa penasaran seperti apa sosok yang diceritakan oleh Alex.

"Benarkan. Aku merasa penasaran dengannya. Siapa namanya?" tanya Stefani penasaran.

"Namanya —"

Sebelum Alex menjawab pertanyaan Stefani, seorang pelayanan datang. Pelayanan itu mengatakan jika Antoni memanggil mereka. Alex dan Stefani langsung beranjak dari tempat itu menghampiri Antoni dan juga Alice.

"Kakak, ada apa memanggil kami?" tanya Alex saat tiba di ruang tengah.

"Kamu hanya ingin mengobrol saja. Apa kami sudah mengganggu kebersamaan kalian?" goda Alice.

"Tentu saja tidak," jawab Stefani.

Di ruang keluarga Stefani, Alex, Antoni, dan Alice berkumpul, bercanda dan tertawa bersama. Lagi-lagi ada yang menyarankan agar hubungan Alex dan Stefani berlanjut ke tahab yang lebih serius. Namun, Stefani dan Alex masih kekeh dengan mengatakan hubungan mereka hanya sebatas persahabatan.

Alice mengetahui keduanya masih memiliki kenangan di masa lalu yang belum bisa mereka singkirkan. Stefani masih belum bisa melupakan apa yang terjadi dengan dirinya dan Alex masih belum bisa melupakan gadis yang dulu dia cintai meskipun gadis itu sudah tiada.

"Oke, baiklah ada yang ingin aku dan Alice sampaikan," ucap Antoni.

"Tentang apa, Kak?" tanya Alex.

"Bisa dikatakan ini suatu kabar gembira," jawab Antoni.

Antoni berdiri dan disusul oleh Alice. Kemudian Antoni melingkarkan tanganya di pinggang Alice.

"Dua bulan lagi kami akan menikah," ucap Antoni.

Mendengar kabar itu Alex langsung berlari memeluk kakaknya, seperti anak kecil mendapatkan permennya.

''Selamat kakak dan kakak ipar. Inilah yang aku nanti dari dulu. akhinya kalian bisa bersatu di atas pelaminan," ucap Alex.

Alex begitu senang mengetahui Antoni dan Alice akhirnya bisa menikah. Hubungan Antoni dan Alice sudah terjalin sejak enam tahun yang lalu. Selama itu mereka merahasiakan hubungan mereka dari orang tua Alice.

Selama mereka menjalin hubungan, keduanya tidak mendapatkan restu dari orang tua Alice. Di mana keluarga Alice sangat kaya, sedangkan Antoni dulu hanya seorang pekerja cafe.

Setelah Antoni berada puncak kesuksesannya keduanyar bisa mengungkapkan hubungan mereka. Dengan status Antoni saat itu, orang tua Alice tidak ada alasan untuk menolak hubungan mereka.

"Selamat, Alice, Kak Antoni. Aku turut bahagia mendengarnya." Stefani menghampiri Chelsea dan Antoni untuk mengucapkan selamat. "Aku turut bahagia untuk kalian."

"Terima kasih, Stefani. Oh iya kau harus mau menjadi pengiring pengantinku," ucap Alice.

"Aku tidak akan menolak," ucao Stefani.

Stefani merasa senang melihat kebahagiaan di wajah Alice. Ada sedikit rasa iri di hatinya.

Dalam benaknya Stefani bertanya, apakan ada orang yang akan mencintainya seperti Antoni mencintai Alice?

Siapa Yang Tahu?

Selamat membaca

Salam hangat dari ku Ekha wartuti

Terpopuler

Comments

Diana Susanti

Diana Susanti

lanjut kak mantab 👍👍👍👍
Salam kenal kak

2023-03-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!