Rasi menepati janjinya akhir pekan ia datang. Dan bertanya kemungkinan dapat membawa aku pulang. Ternyata benar adanya kata suster Ida, hanya pernyataan dan KTP penjamin semuanya selesai.
Dengan penuh harap dan cemas Arinta berdoa semoga lancar rencananya pada hari itu. Dan akhirnya mereka berhasil keluar dari rumah sakit, Rasi mengajaknya ke warung makan dekat rumah sakit itu.
"Terimakasih Rasi. Jika kau tak membawa ku keluar., aku mungkin tak dapat mengetahui kabarnya Kinanti yang di bawa oleh suamiku. Aku sungguh mencemaskan nya. Mbak Maya tak mempercayai ku jika Sinta meneror ku lewat media ganjil. " Aku Arinta dengan wajah sedihnya.
"Dunia santet memang mengerikan. Keluarga ku juga ada yang meninggal karena iri dan di santet. Parahnya mereka sudah susah malah di fitnah memelihara persugihan. Aku mengerti apa yang kau rasakan. " Hibur Risa.
"Tenang, saja. Semuanya akan baik-baik saja. Jangan khawatir. " Lanjut Risa.
"Aku akan melihat dan membawa Kinanti dahulu. Baru sisanya aku balas Sinta. " Ucap Arinta dengan tekad.
"Ya, begitu juga bagus. Jangan pernah menyerah atas perbuatan jahat dia! Kau harus memenangkan pertempuran ini demi anak mu. " Rasi memberi dukungan.
"Maaf, ya aku cuma memberi tumpangan saja, aku harus bekerja siang ini. " Ujar Risa.
"Iya, terimakasih. Seperti ini saja aku sudah senang. Biar sisa nya aku akan selesaikan sendiri. " Jawab Arinta.
"Semoga Allah membantu langkahmu. Jangan lupa sebut namanya. " Rasi mengingatkan Arinta tentang kebesaran Allah. Dan Arinta mengiyakan. "Bismillah, semoga Allah permudahkan usaha ku. " Batin Arinta saat melangkah masuk ke rumah baru Arman.
Rumah ini dua kali lebih besar dari rumahnya dulu. Sangat mewah dan luas halamannya. Ia menekan bel pintu rumah. Keluarlah Art di rumah Arman. Bibi Mira saudara asisten rumah tangga nya dulu yakni bibi Rumi.
"Nyonya sudah pulang? " Tanya Bibi Mira. "Bibi Mira aku tidak sakit. Seseorang menggunakan ilmu gaib untuk meneror ku, dan Mbak Mira tak percaya akan hal itu. Entah mengapa aku di masukan ke rumah sakit jiwa. " Jelas Arinta dengan menangis.
Bibi Mira hanya memeluk wanita itu dengan gemetar dan takut ia juga ikut menangis. "Nyonya mau apa di sini? Pergi jauh saja Nyonya. Jangan mengharapkan Tuan. " Kata bibi Mira setengah terisak.
"Aku hanya datang mengambil Kinanti. Baru aku pergi Bi. " Sahut Arinta.
"Tapi nyonya.. Non Kinanti sakit. " Jawab Bibi Mira ragu. "Sakit apa? Kinanti anak sehat dan kuat. Sakit apa bibi? " Tanya Arinta marah.
"Sebenarnya non Kinanti dipaksa makan bangkai ayam cemani yang sudah di pakai Sinta. Tuan Arman sudah di guna-guna oleh nya, jika dia meneror Nyonya itu lumrah karena ia ingin menguasai hartanya tuan. " Jelas Bibi Mira takut.
"Nyonya harus berhati-hati. " Bibi Mira bergegas berlari ke belakang karena takut pada majikannya. Saat mendengar suara mesin motor masuk ke rumah.
"Kau? Perempuan gila! Mau apa kau masuk ke rumah ku! " Salak Sinta.
"Wanita iblis! Kau apakan putriku! Biadab! Kenapa kau tega lakukan itu! Aku kutuk kau mati mengenaskan beserta anakmu! " Teriak Arinta sambil mencabik tubuh Sinta.
Sinta yang kalah tenaga berteriak-teriak tak karuan. Arinta tak terima putrinya ikut di seret dalam persengketaan mereka. " Apa mau mu! Sudah kau miliki Arman. Masih saja kau ganggu kami wanita sundal! " Maki Arinta sambil menarik rambutnya Sinta. Juga menampar mukanya.
Arman datang memisahkan mereka. "Arinta. Jangan menggila kau di rumah ku! " Teriak nya garang. Plak. Plak. Arman terkejut karena mendapatkan tamparan dua kali dari istrinya.
"Lelaki pecundang! Demi selakangan busuk kau korban kami anak dan istri mu! Dasar laki-laki gatal! " Maki Arinta.
"Jaga bicara mu! " Bentak Arman.
"Apa memang benar kan cuma karena lubang nya kau siksa kami! " Balas Arinta marah dengan mendelik.
"Bagaimana cara mu menjaga Kinanti sehingga ia masuk rumah sakit? Dasar bodoh hanya di tempel barang muka mu jadi bodoh dan tak waras! " Maki Arinta dengan emosi.
Brak. Arman tak terima di maki terpancing emosi dan menampar keras hingga Arinta terhuyung dan jatuh ke belakang. Naas nya tubuhnya jatuh di meja kaca.
Arinta terluka parah terkena serpihan kaca dan detik berikutnya Sinta mengambil vas dan memukul kepalanya. Prang.
"Mati saja kau! " Maki Sinta dengan luapan emosi. Plak. Arman menampar nya. "Sudah gila kau! Kau mau di penjara! " Hardik nya.
"Kita harus membawa nya ke rumah sakit. " Ujar Arman.
"Justru jika mengantarkan dia ke rumah sakit polisi akan mengusut kita akan di tangkap bersama. Mau kau mas? " Cegah Sinta menghasut.
Sinta mengambil pisau buah yang tak jauh dari sana. Di hujamkan ke tubuh Arinta yang lemah di batas kesadarannya.
"Matilah segera susul anak mu yang sekarat sekarang ini. " Bisik Sinta dengan kejamnya kejamnya mengatakan hal tersebut.
Arinta memejamkan mata. "Ya Allah, kejamnya wanita itu. Balas dia dan jangan berikan kesempatan untuk menjadi ibu. Wanita keji itu harus hidup menderita. " Batin Arinta.
"Mas ayo kita buang mayat nya ke sungai. Kita bungkus dengan karpet. " Perintah Sinta pada Arman.
"Dia masih hidup Sinta. Kita bisa jelaskan pada Polisi jika ini pembelaan. " Elak Arman.
"Aku tidak mau dipenjarakan. Mas ayo, tak ada saksi kita bawa saja dan membuangnya. " Bujuk Sinta untuk ke sekian kalinya.
Dan akhirnya Arman pun menyerah akan bujuk rayuan nya Sinta. Mereka naik mobil hingga ke pinggiran kota dan membuang nya di sungai yang deras karena banjir.
"Dia akan mati Mas karena arus deras hujan di sungai. Di tambah batu-batu sungai itu tajam. Ia tak akan selamat. " Bisik Sinta mencoba menenangkan Arman.
Tubuh Arinta hanyut dengan arus deras sungai itu hingga menghilang. Setelah itu keduanya nya pergi meninggalkan tempat kejadian perkara.
Arman gelisah banyak sekali yang dipikirkan nya, termasuk kalimat yang di lontarkan Arinta. " Kau akan mendapatkan balasannya. Hidupmu tak akan bahagia selama nya! "
"Yah kau benar Arinta, aku akan bersalah karena telah membunuh mu dan juga membuat anak kita sakit. Aku pecundang tidak berguna. " Batin Arman. Sepanjang jalan hatinya sakit karena kenyataannya ia sudah menjadi pembunuh.
Berbeda dengan Sinta, "Aku menang kau mati bersama anakmu yang tak akan lama lagi pasti akan menyusul mu. Hidup lah damai di alam baka sana. " Batin Sinta.
"Mas Arman selamanya akan menjadi milikku. Hanya untuk aku dan tak ada lagi wanita itu dan anak sialan nya. " Gumam Sinta lirih hampir tak terdengar.
Arman mengemudi setengah melamun dan tak memperhatikan setiap ekspresi Sinta. Begitu masuk ke rumah ia membersihkan bekas darah dan perabotan yang rusak ia buang jauh di luar kota untuk menghilangkan buktinya. Sedangkan meja kayu itu dia bakar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Tri Soen
Nikmati lah kemenangan mu tapi tunggu saja karma mu Arman dan Sinta ...Allah tidak pernah tidur dan akan mendengarkan do'a orang yg terdzolimi dan teraniaya ...
2022-11-08
0
HENI Ariyanti
serem,sadis..
2022-10-04
0