2. Perubahan

Mempunyai keluarga harmonis dan bahagia adalah impian setiap wanita yang menikah. Di cintai sang suami terlebih memiliki buah hati yang lucu di biduk mahligai rumah tangga.

Praang. Suara piring jatuh di lantai karena di banting ke lantai. Arinta yang baru saja menyiapkan tas sang anak terkejut. Bergegas berlari kecil menuju dapur yang jadi satu dengan ruang makan.

"Kau gila ya? Makanan basi kau suruh aku makan! Mau bunuh aku? " Tuding Arman kepada Arinta.

Arinta hanya memandang sendu, lagi-lagi drama pagi di gelar. Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian yang di buat sang suami.

Arman seorang lelaki yang sukses dalam bisnisnya memiliki istri yang cantik dan putri cantik yang lucu. Dengan rumah besar nya walaupun tidak tingkat namun cukup besar dengan satu asisten rumah tangga yang membantu kegiatan Arinta.

"Dasar wanita pemalas. Masak begitu saja tidak becus! " Hardik Arman, Arinta tak menjawab Arinta menjawabnya . Jika Arinta menjawab nya yang ada emosinya Arman bertambah dan meledak-ledak. Arinta tak ingin anaknya mendengarkan kata kasar ayahnya. Juga malu pada asisten rumah tangga nya yang sudah berusia, sama seperti ibunya.

Walaupun Arinta sudah yatim-piatu namun Arinta sangat menghargai wanita tersebut walaupun dia cuma asisten rumah tangga. Arman berlalu meraih kunci mobilnya berlalu begitu saja. Tanpa memperdulikan orang sekitar nya.

Kinanti menangis. "Papa jahat Ma. Masakan Mama enak di katakan basi. " Adu nya terus menangis. Arinta memeluk sang buah hati menenangkan nya.

Bibi Rumi menyapu piring pecah beserta nasi lauk yang berserak di lantai sambil menghela nafas, iba pada majikannya. Masih ada keganjilan lainnya.

Biasanya sepulang kerja Arman akan menyapanya halus dengan kecupan mesra pipi atau kening. Lalu menghujami ciuman di seluruh tubuh putri kecil mereka.

****

Pov Arinta

Mas Arman sudah berubah enam bulan ini kenapa? Seperti nya aku tak berbuat salah. Pasti nya ada yang di sembunyikan dariku. Namun apa? Acapkali ia berkata kasar tak semanis dulu.

"Sampai kapan ini ya, Allah. Rumah tangga ku seperti ini. Yang ada rasa sakit semuanya tak seindah dulu dan tak ada kebahagian, apalagi senyum terlebih lagi canda tawa lagi. "

"Mas Arman kau benar-benar berubah menjadi lebih kasar, jangan kan menyapa tersenyum pun tak pernah lagi, tak pernah sekali pun kau menghargai aku lagi. "

****

"Arinta, dimana kau simpan jam ku yang terbaru? " Teriak Arman bertanya dengan menatap tajam pada istrinya.

"Bukannya kemarin Mas Arman sudah tidak memakainya? Sudah dua hari ini Mas mengenakan jam yang ini! " Tunjuk Arinta pada sebuah jam di atas nakas.

"Dan jam itu sudah tidak ada di tempat nya, tempat nya kosong tepatnya tiga hari lalu, ku pikir Mas titipkan untuk di bersihkan seperti biasanya, Mas selalu melakukan perawatan pada koleksi jam Mas. " Sahut Arinta.

Lelaki itu membalasnya dengan menatap nya bengis. "Apa tak kau jual buat kau bersenang-senang ? " Tuding nya.

"Astagfirullah, Mas. Aku tak seperti itu! Tega kau menuduh ku! " Jawab Anita sembari menatap kecewa suaminya. Namun lelaki itu mengacuhkan nya.

"Wanita pemalas dan bau seperti kamu biasanya suka jajan kemana. Pasti kau merasa kurang uang belanja yang kuberikan jadi nya jam ku kau jual! " Ujar nya sewot sambil berlalu ke kamar mandi.

Arinta hanya duduk di tepi ranjang sambil menahan sesak di dada menahan air matanya yang akan turun. Brak. Dengan kasar ia keluar dari kamar mandi sama hal nya saat ia masuk tadi. Menuju walk in closed. Terdengar suaranya yang lantang.

"Arinta kenapa baju ku kusut seperti ini mana bau lagi! Dasarnya pemalas begitu saja tak becus! " Lagi-lagi Arman menuding nya juga memaki nya.

"Mana pernah kau mengerjakan semuanya dengan benar. Tak pernah ada yang beres! " Arman mengomel sepanjang dia berjalan di dalam kamar mereka. Mengacuhkan wanita pendamping nya selama delapan tahun terakhir ini.

Arinta mengambil baju-baju yang berserak di lantai tanpa bersuara menahan isak tangis nya kala Arman melemparkan koleksi kemejanya. Dan pilihan nya pada kemeja berwarna creamy. Arinta mengerutkan alisnya seperti nya ia belum pernah membeli kemeja berwarna seperti itu.

"Minggir! Kau menghalangi jalanku Pemalas! " Arman menendang tubuh istri nya tanpa perasaan.

"Auw. " Arinta mengaduh kecil saat tubuhnya terhempas ke samping membentur ranjang. "Untung saja Kinan tak ada. Bagaimana jika dia melihat semuanya. Pasti dia akan bertambah terluka karena Papa nya. " Batin Arinta perih.

"Sampai kapan ini ya, Allah. " Batin Arinta sesak sambil menatap kepergian sang suami yang membawa mobil kesayangannya entah kemana lagi pergi nya. Arinta hanya tergugu meremas pakaian suaminya dengan gemuruh amarah dan rasa sedih nya.

"Selama ini aku menjadi istri yang menurut Mas. Tak banyak menuntut juga tak menyukai kegiatan sosialita. Menjaga kehormatan ku sebagai istri walaupun aku bukan wanita berhijab seperti wanita muslim yang taat, aku juga tak kalah sama kuat nya. "

"Mengapa kau melirik wanita lain? Apa masalah nya, apa salah ku Mas? Di mana letaknya kesalahan aku, aku akan memperbaiki nya. " Pikiran Arinta berkecamuk tak karuan.

Setelah ia tenang ia menata baju-baju itu di keranjang untuk ia setrika lagi. Bibi Rumi melihat nya membawa setumpuk pakaian buru-buru membantu nya.

"Biar saya saja Nyonya. Sebaik nya Nyonya istirahat saja. Kelihatan nya itu lebih Anda butuhkan untuk saat ini. " Saran Bibi Rumi pada majikannya.

"Terima kasih. Bibi Rumi. Tolong katakan pada Kinanti, Mama istirahat sedang kurang enak badan. " Kata Arinta setelah memberikan setumpuk pakaiannya.

"Bibi jika capek di sambung besuk juga tak mengapa. " Lanjut Arinta setelah terpaku sesaat menatap wanita paruh baya itu.

"Iya Nyonya. Jangan khawatir, aku akan melakukan hal yang diperintahkan Nyonya. " Ujar Bibi Rumi berusaha menenangkan majikannya.

Arinta memutuskan untuk membaringkan tubuhnya. Mau bagaimanapun juga ia butuh istirahat. Dia mau putri nya mengetahui kesusahan hatinya.

Keesokannya. Hari menjelang malam Arman menginjak kan kakinya saat tiba di kediamannya. Arman melihat Arinta yang tengah menunggu nya namun tertidur di sofa tengah. Tepat nya ruangan yang digunakan untuk kegiatan mereka yakni ruang keluarga.

"Bangun hei babi! Dungu tak dengar panggilan aku? " Salak Arman. Arinta terjaga karena kaget mendengar suara nya yang lantang. Sedikit linglung namun tak menyadari jika Arman berdiri di depan nya.

"Maafkan aku letih dan ketiduran menunggu mu. " Jawab Arinta tergagap. "Dasarnya babi yang tak guna, bisa nya cuma makan tidur. " Omel Arman berlalu dengan melirik nya sinis.

"Tega nya kau Mas. Mengatai aku seperti itu! Bagai mana kata yang tepat untuk kamu Mas? " Batin Arinta sedih.

Terpopuler

Comments

Tri Soen

Tri Soen

Duuuh kok Arman jadi kasar gitu ya kasian Arinta yg sabar ya....

2022-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!