String. Suara notifikasi ponselnya berulangkali terdengar beruntun di ponsel suaminya, Arman. Ia melihat sepintas "Kita VC ya, Mas? ". Agak aneh di indera pikiran Arinta. Pasalnya itu pesan dari Pak Suryadi.
Nama seorang lelaki, "Kenapa juga dia VC sama Mas Arman. Jelas-jelas sama jenis kelamin nya. " Batin Arinta.
"Atau.... Apakah dari seorang wanita yang namanya di samarkan menjadi nama lelaki? "Batinnya bermonolog. Yang masih berpura-pura menata pakaian sang suami, saat Arman keluar dari kamar mandi.
Lelaki itu berjalan cepat saat melihat lampu ponselnya menyala. Dia tersenyum sendiri dan masuk kembali ke kamar mandi dengan ponselnya. Arinta hanya menggelengkan kepala pelan.
"Benar dugaan ku. Mas Arman memiliki kekasih lain. " Batin Arinta perih.
Ia meremas ujung dress nya berjalan keluar, sia-sia jika menguping jika ujung-ujungnya ia akan di maki habis-habisan. Ia tak mau lukanya bertambah menganga karena wanita yang tak tahu diri itu.
"Aku pastikan semuanya, penderitaan ini setetes demi setetes air mata ini kau akan mendapatkan balasannya berlipat-lipat. " Batin Arinta geram menahan air matanya luruh. Ia memilih menemani putrinya belajar dan bermain di kamar nya.
Makan malam berlalu dengan tenang tanpa drama yang panjang seperti biasanya. Dan ujung nya ia akan keluar rumah dengan sumpah serapah nya Arman kepada Arinta.
Kinanti berceloteh tentang sekolah nya dan ditanggapi Arinta dengan senyuman. Arman acuh saja tak perduli padanya seolah-olah keduanya tak nampak di depannya.
"Segitu cinta nya kau padanya Mas? Kau bahkan tak perduli pada darah daging mu sendiri. " Batin Arinta begitu getir tanpa menatap suaminya Arman. Yang mengacuhkan keberadaan mereka berdua.
Malam ini Arinta berpura-pura tertidur lelap.
"Halo... Kita VC sayang.. Istriku sudah tidur. " Bisik Arman sambil bangkit dari ranjang nya menuju balkon. Arinta yang berpura-pura tidur membelakangi nya sambil menangis berderai air mata. Hatinya terluka lagi.
"Sejahat itu kah kau padaku? Mengapa apa salah ku? " Batin Arinta getirnya. Sedangkan Arman tertawa bahagia di balkon. Masih terdengar hingga ke telinga walaupun tak keras namun cukup jelas. Lawan bicara Arman seorang wanita, suaranya mendayu manja terkadang mendesah.
"Makasih sayang. Itu indah sekali saat ku kenakan. Cantik. "
"Cantik lagi yang memakainya. Aku sungguh-sungguh mengatakan nya. "
" Ikh. Bisa saja Mas Arman. Seleramu sungguh... "
"Jelas dong. Siapa dulu yang memilih nya. "
" Aku tambah dech sayangnya, Muach. "
"Seberapa tambah sayangnya, mhn.. Cantik? "
"Yakin sayang? Hanya aku satu-satunya? "
"Tentu saja, sayang. Sudah larut malam, kau menguap terus... Selamat bobok dan mimpiin aku sayang. "
"Tentu sayang, sampai nanti kita bertemu lagi. "
Akhirnya pembicaraan mereka pun selesai dan Arman kembali ke sisi Arinta untuk merebahkan tubuhnya untuk mengistirahatkan dirinya.
Arinta masih terjaga hanya menahan nafas beserta kesedihan tanpa dapat berbuat apapun. Menangisi nasibnya, " Kenapa kau tak jujur saja Mas? Aku juga tak tahu harus bersikap bagaimana."
" Aku sudah yatim piatu dan tak memiliki apapun. Apa kau tak dapat melakukan nya demi anak, apa tak kau pikirkan bagaimana perasaannya Kinanti jika kau tak mencintai ku, Mas." Batin Arinta. Hingga akhirnya ia pun tertidur karena keletihan nya.
Keesokannya Arinta mendapatkan kesempatan membaca isi ponsel nya Arman. Karena lelaki itu sibuk dengan putrinya di halaman belakang. Bermain bersama menuruti keinginan buah hatinya. Arinta tak melihat foto wanita lain, di sana dalam galeri ponselnya hanya foto mereka sekeluarga. Juga pesan singkat di WA juga tidak ada yang mencurigakan. Tak ada bukti untuk menuntut nya atau memberatkan nya.
"Ya Allah beri aku petunjuk mu" Batin Arinta yang sudah bertekad untuk mencari bukti perselingkuhan nya Arman. Meski sudah mencarinya namun tak juga ia dapatkan satu pun jejaknya.
Hanya sepenggal kalimat. " Nanti kita VC saja" itu sudah tak dapat di gunakan untuk bukti. Hatinya kesal dengan meletakkan ponsel itu lagi di tempat nya. Ia melihat sang suami berjalan masuk buru-buru Arinta asyik dengan kegiatannya.
Arman tak curiga sama sekali. Tak lama terdengar notifikasi pesan masuk. Lelaki itu tersenyum bahagia melihat nya tanpa memperdulikan jika tingkahnya menjadi aneh bagi orang sekitar nya.
Layaknya orang yang kasmaran ia asyik dengan ponselnya, rebahan di sofa ataupun di ranjang nya cekikikan tak jelas seperti orang gila. Arinta tak berani menegurnya karena pernah ia mencobanya hasilnya?
Umpatan kasar dan caci maki keju keluar darinya terdengar di telinganya, Arinta malu pada putrinya karena anaknya mendengar kalimat cacian itu.
Yang tak layak di konsumsi oleh anak. Bagaimanapun ia harus menjaga perasaan putrinya. Arinta tak mungkin abai begitu saja, paling tidak ia berusaha semaksimalnya untuk tumbuh kembang buah hati nya.
**
"Kau sedang apa sayang? " Tanya Arman.
"Nungguin kamu sayang. " Suara Sinta mendayu.
"Kau kangen sama aku Cantik? " Goda Arman.
"Pasti nya sayang, lihat lah tak kau perhatikan aku di sini merindukanmu. " Jawab Sinta cepat.
"Aku sangat mencintaimu sayang.. " Lanjut Sinta.
"Kau sangat menggemaskan tahu tidak. " Kekehan kecil Arman lontarkan dengan menggoda.
"Aku sangat tak sabar bersama kamu Mas. " Rajukan manja setengah mendesah.
Panggilan beralih ke video call.
Mereka pun bertatap muka. Namun Arman bingung karena yang ada gambar hanya penuh dengan isi kamar Sinta.
"Mas... " Suara Sinta memanggilnya dengan sedikit mendesah.
"Sayang kau dimana? Katanya kangen". Arman mencebik kesal.
" Liat sayang... Aku mendambakan mu.. " Suara Sinta memanggilnya. Dan kamera beralih ke sebuah ranjang kosong.
"Sayang.. " Arman mencoba menahan kesal nya.
Tak lama terlihat tangan memenuhi kamera dan lalu berganti dengan wajah Sinta yang memenuhi layar benda pipih itu.
Ia menggoda Arman dengan senyuman dan kecupan yang dia lempar kan seolah-olah Arman di hadapan nya.
Kemudian berubah jadi keseluruhan bodynya Sinta nampak jelas dengan lingerie merah tanpa dalamnya. Ia melenggak lenggok menuju ranjang.
Arman menelan ludah karena terpancing hasrat nya. Menatap tak berkedip pada layar HP nya.
"Apa ini bukan bukti aku selalu merindukan mu. Uang belanjanya aku beliin baju favorit kamu sayang. Jika kita bersama di sini.. " Suara Sinta yang sedikit mendayu tak di hiraukan Arman.
Lelaki itu fokus pada lekukan tubuh Sinta yang sedikit berisi. Tidak kurus juga tidak terlalu gendut. Lelaki itu memperhatikan setiap pergerakannya, matanya berbinar hasrat kelelakian nya telah terpancing.
Arman pun mematikan ponselnya dan bangkit dari tempat nya berjalan keluar menuju mobilnya setelah menyambar kunci mobilnya. Arman sudah tak tahan lagi, ia tak dapat menahan nafsunya.
Mereka sudah pernah melakukan hal itu berulang kali. Bahkan entah kapan terakhir kalinya ia menyentuh sang istri Arman pub sudah tak ingat lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Tri Soen
Seorang suami yg berani bermain api dengan wanita lain suatu saat pasti hidup nya akan menyesal se-baik2 nya pelakor pasti akan menyesatkan juga ...
2022-11-08
0